06. Knowledge Comes From Experience

219 42 28
                                    

Kau genggam tanganku
Saat diriku lemah dan terjatuh
Kau bisikkan kata
Yang hapus semua sesalku
Andra & The Backbone

◀❇❇✳❇❇▶

Seorang ibu memiliki peran yang sangat besar untuk anak-anaknya. Mulai dari saat mengandung, menyusui, hingga membesarkannya bak merawat permata suci. Kehidupan sekarang adalah kehidupan pertamanya, namun ibu telah memberikan hal yang sebisa mungkin ia berikan kepada anak-anaknya entah itu dalam bentuk materi atau emosi.

Kadang-kadang, Galen berpikir tentang seberapa besar keberuntungan yang ia dapatkan karena memiliki ibu seperti Gina. Bahkan untuk mengurainya saja, Gina lebih pantas disebut sebagai malaikat alias lebih dari ibu. Gina tidak pernah mengeluh, kehebatan lainnya adalah Gina tidak pernah sakit karena lelah. Gina itu kuat, Gina itu baja, Gina itu malaikat.

Bukan jadi pemandangan yang jarang Galen dapati setiap kali Gina menghibur anak-anak berwajah kusam dan berpakaian kumuh di daerah padat pemukiman. Wanita berusia empat puluh itu masih bisa menunjukkan kecantikannya setiap kali tersenyum di hadapan bocah-bocah polos yang ia bantu. Sekadar menghibur biasa untuk membangun chemistry, kelembutannya dalam mengajarkan pengetahuan dasar, atau mungkin permainan penyegar otak yang penuh tawa.

Galen bilang, Gina itu bukan ibu tapi malaikat. Sebab dia mengayomi semua orang.

Dan soal keberuntungan mendapatkan sosok ibu seperti Gina itu.... Berbicara tentang segala kebaikan yang telah ia pertontonkan kepada Galen. Kebaikan Gina bukan sebatas memberikan hak-hak anak di bidang pendidikan, ia rela mengabdikan sisa hidupnya untuk membesarkan satu anak asuh lain di usianya yang sebentar lagi setengah abad, Ghaylan.

Gina juga memberikan dukungan emosional kepada Galen setiap kali Galen berduka atas segala perjuangan yang ia lakukan, atas segala kekalahan yang ia raih di pertandingan, di setiap keberangkatan menuju tempat pelatihan. Gina mendukung penuh apa yang anak-anaknya lakukan, ia tidak menuntut apapun selain meminta anak-anaknya mencari jati diri untuk ditekuni.

Galen bersumpah, Galen mencintai ibunya sepenuh hati tanpa syarat. Walau suatu saat nanti Gina akan berhenti menjadi sosok yang membantu banyak orang, walau suatu saat nanti Gina akan beristirahat dan hanya bisa duduk dan tidur tanpa melakukan apa-apa, Galen akan tetap mencintai Gina Pramulia.

Sang anak mengarahkan kamera DSLR milik Visus ke tempat ibunya berinteraksi dengan anak-anak di ruangan minimalis berikut. Bunyi lensa memotret momen memekak telinga Galen, anak itu menurunkan alat rekamnya dan mengamati interaksi Gina.

"Bunda Gina dulu tuh suka bingung kenapa bunda harus belajar. Padahal kalo nggak belajar juga kan bunda tetap bisa cari makan, mamanya bunda masih sayang sama bunda, ayah bunda juga masih bisa kerja. Tapi pas bunda bilang begitu ke guru di sekolah bunda, beliau malah kaget."

"Bu guru bunda bilang, 'Gina... Nggak selamanya hidup itu ada di titik yang sama. Emangnya, kalau mama dan ayah kamu nggak sekolah dulu, kamu bisa makan dan tinggal di rumah yang sekarang?'. Bunda jadi—"

Salah satu anak laki-laki ada yang angkat tangan dan menginterupsi, "kita nggak bisa membaca bukan karena males belajar, bun. Tapi harus kerja cari makan, bukan makan enak."

Gina tersenyum. "Iya... Tunggu dulu ya, nak. Kalo ada orang yang masih bicara, tolong didengerin dulu."

"Galen."

Galen menoleh ke sumber suara, hanya untuk menemukan sosok Abhi datang dengan muka serius. Pria rambut cepak itu mengisyaratkan agar Galen pergi keluar.

Galen menoleh lebih dulu ke arah sang ibu yang masih bicara panjang diantara anak-anak, sebelum akhirnya berjalan mengikuti Abhi pergi.

Abhi membawa Galen ke sebuah kendaraan HiAce yang parkir. Abhi membuka bagasi mobil kemudian mengambil kotak putih besar berisikan snack.

Kacang AlmondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang