5th Chapter; This How I Getting My Revenge

108 17 1
                                    

What we have is timeless
My love is endless
And with this ring I say to the world
You're my every reason
You're all that I believe in
With all my heart I mean every word

Sepasang suami istri itu menikmati dansa mereka di bawah lantunan lagu lawas luar negeri. Tangan si nisa mendarat di dada bidang suaminya sementara tangan lainnya memegang segelas wine, ia tersenyum manis.

"Rasanya kayak nikah lagi ya?" Galen tertawa kecil.

Wanita itu mengangguk. "This song was played in our wedding. Don't you remember?"

"I remember every second of our wedding day, sayang." Pria itu mengecup wanitanya cukup lama.

Si nisa tersenyum senang. Ia menurunkan tangan suaminya yang bertengger di pinggangnya kemudian meninggalkan arena dansanya sendiri, sudah jauh lebih peduli dengan surat-surat formal yang ada di atas meja.

"Kita sekolahin Jo di Gandhi aja ya?" katanya seraya mengangkat salah satu kertas. "Adik kamu udah kasih rekapan biayanya, nih."

"Kamu ngajak aku dansa buat lobi aku masukin Jo di sini?" Galen berjalan menghampiri istrinya kemudian mengambil kertas tersebut.

Sang istri tergelak kuat. "Nggak dong!"

"Kalau aku ajak kamu dansa buat sekolahnya Jo, aku bakal minta kamu sekolahin Jo di JIS."

Galen langsung melirik istrinya. "Tapi kasih yang lebih, ya? Jangan dansa aja."

Wanita itu langsung menjetikkan jarinya. "That's why I choose Ghandi, aku nggak mau nyusahin diri."

"Udah, deh, kamu nggak usah berat hati mikirin biaya. Penerus kita cuma Jo doang, kita harus kasih yang terbaik." Wanita itu mengambil semua rekap data yang dibuat oleh adik iparnya kemudian mendorong tubuh Galen ke arah kamar Jo. "Coba kamu tanya Jo, dia yang pilih mau sekolah dimana."

"Aku maunya Jo sekolah di Binus School."

"Kenapa?"

"Biar relasi besarnya di Indonesia lebih banyak," kata Galen. Ia meletakkan gelas winenya ke atas meja lalu meraih kumpulan kertas itu yang berisikan informasi terkait Bina Nusantara. "Nanti kalo udah kuliah, baru kita bawa Jo ke Belanda."

"Aku mau kuliah di Indonesia, pa."

Sepasang suami istri itu langsung menoleh ke sumber suara, hanya untuk menemukan Jo yang rambutnya berantakan berdiri sambil memeluk bantal guling.

"Kamu belum tidur, Jo?" Galen langsung berdiri di depan meja begitu pula dengan istrinya yang mengambil wine suaminya.

"Belum." Jo berjalan mendekati sang ayah. "Aku mau ambil double degree aja kayak mama."

"Kalo SMA-nya mau dimana?"

"Terserah kalian."

"Di Gandhi aja ya, Jo!" Mamanya Jo melongokkan kepalanya dari sekat dapur sebelum akhirnya memunculkan eksistensi dan membawa segelas susu hangat.

Galen menatap istrinya dan mengikuti kemana istrinya bergerak. "Kamu mau di Gandhi, Jo?"

"Nggak perlu yang mahal-mahal.." Jo bergumam kemudian menerima susu pemberian sang ibu. "Sebenernya Jo mau sekolah di M.H. Thamrin, tapi-"

"Besok papa dan mama cariin info tes masuknya ya, Jo."

"Hah?" Jo mendongak menatap orang tuanya. Raut muka sang ayah terlihat setuju, sedangkan raut muka sang ibu terlihat panik bukan main.

"Jo bakal tinggal di asrama dong?!" Wanita itu kaget.

Galen repetitif mengusap bahu istrinya. "That's a good thing, Na. Biar Jo mandiri."

Kacang AlmondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang