12. Part Of Education Division

163 26 20
                                    

Hanya perlu memulai
untuk menjadi hebat raih yang kau impikan
Seperti singa yang menerjang semua rintangan tanpa rasa takut
-CJR

◀❇❇✳❇❇▶

Apa yang Galen bicarakan tentang wawancara itu tidak salah. Ketika Hazel sudah terhubung via Zoom Meeting dengan para penyeleksi, percakapan tak jauh-jauh dari apa makna dan maksud dari setiap bait yang Hazel tulis di motivation letters. Visus Melaung sangat memerhatikan setiap hal yang ada dalam karangan tersebut dan bertanya cukup rinci. Mulai dari maksud Hazel perkara melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis terhadap isu yang terjadi di depan mata, apa yang akan Hazel lakukan untuk melatih dan mengembangkan kemampuan tersebut, penanggulangan masalah jika rencana Hazel tidak berjalan baik, dan lainnya.

Bukan cuma itu, Visus Melaung juga terlihat menganalisis karakter dan kemampuan interpersonal Hazel dari cara Hazel menjawab pertanyaan dan menjalin komunikasi dengan pewawancara. Tidak ada pertanyaan yang sulit sampai tiba di pertanyaan beruntut terakhir.

"Motivation letters dan jawaban kamu bagus. Tapi... kenapa saya harus memilih kamu?"

Galen bilang, harus menjawab dengan jujur. Mau seburuk dan sesepele apapun jawaban yang dimiliki, hal itu bisa membantu penyeleksi untuk menentukan pilihan. Maka dari itu Hazel menjawabnya dengan, "saya mampu memberi kontribusi besar terhadap tim dan memiliki banyak keberuntungan soal pendidikan dan pengetahuan. Tapi buat saya, apa yang saya miliki sekarang tidak akan berharga jika saya tidak memberikannya kepada yang juga berhak mendapatkannya."

Hazel bahkan tidak tahu apakah jawaban itu yang mampu membawanya masuk ke dalam ruang rapat daring yang diisi dua perempuan (termasuk dirinya) dan tiga laki-laki. Diskusi malam minggu pukul delapan malam perkara kondisi pendidikan di lapangan serta rancangan program kerja akan dibicarakan.

Alias, Hazel lolos. Hazel berhasil masuk ke divisi pendidikan dan akan mengabdi di salah satu Gili di Lombok.

"Saya Alika, dua hari yang lalu baru aja umur dua puluh. Lagi ngerantau ke Depok."

"Anak UI bukan?" Salah satu laki-laki berjenama Yesaya angkat suara. "Ngomong-ngomong, happy birthday."

Alika mengangguk dan tersenyum cerah memancing senyum bahagia Yesaya timbul. Sementara itu, laki-laki lain yang wajahnya enak dipandang cuma geleng-geleng kepala melihat interaksi kecil Alika dan Yesaya.

Sebelum itu, Hazel perkenalkan dulu siapa saja orang-orang yang sudah mengintroduksi diri masing-masing. Dimulai dari ketua divisi, Kavi, orang Nusa Tenggara Barat yang merantau ke Semarang demi menempuh pendidikan K3 di Universitas Negeri Semarang. Kavi seumuran dengan Alika, tapi dilihat dari setiap tutur kata yang ia ucapkan menunjukkan bahwa pria itu jauh lebih dewasa dan cocok menjadi pemimpin.

Kalau kata Yesaya, sih... Kavi ikut volunteer karena mau pulang kampung.

Lalu berikutnya, ada orang dengan pembawaan seru yang namanya Yesaya. Dia bilang dia lebih sering dipanggil Yesa atau Esa dan menolak keras dipanggil Saya, mahasiswa tahun kedua Universitas Indonesia fakultas ekonomi bisnis yang usianya lebih muda satu tahun dari Kavi dan Alika. Pria berkulit sawo matang dan mata agak bulat itu tidak merantau seperti kawan kuliahannya di divisi berikut, orang Depok asli.

Yang ketiga ada Alika, perempuan berwajah tegas tapi menarik yang masih memperkenalkan diri sendiri. Gadis itu melihat Yesaya dari layar elektroniknya, "kok tau, Sa?"

Kacang AlmondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang