Outro: Remember, Don't Look Back in Anger

83 15 0
                                    

Cinta 'kan selalu abadi
Walau takdir tak pasti
Kau selalu di hati, cinta matiku
Seraya aku berdoa merayakan cinta
Kau selalu kujaga
-Nidji

◀❇❇✳❇❇▶

25 tahun kemudian, dari masa sekarang

Mungkin sepuluh tahun yang lalu, lima belas tahun yang lalu, hingga dua puluh lima tahun yang lalu, diri pernah berdoa sepenuh hati meminta kehidupan yang jauh lebih sempurna dibanding sebelumnya.

Bagi para pemuda pemudi, mereka minta mimpinya dicapai sebaik-baiknya. Bagi ayah dan ibu, mereka berharap anak bisa jadi yang terbaik di banyak tempat. Bagi para pencari Tuhan, hamba menuntut surga di balik amal yang sudah dikumpulkan.

Sama seperti buku yang pria itu temukan di bawah ranjang, Galen yang baru saja mulai bersih-bersih mengamati penampilan fisik si barang dengan tatapan sulit diterka.

Kacang Almond
Oleh Patrecia H. Rajasa

Kalau bukan Jo, siapa lagi yang menggali buku berikut dalam tumpukan barang memorial dalam kotak.

Buku ini hanya memiliki dua kopi saja, dipegang oleh Galen serta penulisnya sendiri. Karya sastra ini jelas bukan sesuatu yang bernilai rendah, ibarat kata, ada banyak tangis dan tawa yang dilarutkan dalam setiap paragraf dan majasnya.

Maka bertepatan dengan Jo yang baru saja masuk ke dalam kamar, Galen segera mengangkat buku tersebut sebatas wajahnya dan menatap sang anak dengan ekspresi menuntut.

"Kamu dapet buku ini dari mana?" tanya Galen dengan alis mengerut.

Jo serta merta melotot dan merebut buku tersebut dari sang ayah. "Papa cek kolong kasur Jo ya?!"

"Jawab pertanyaan papa, Jozefien."

Gadis remaja itu mengatup bibirnya sesaat seraya melamat wajah ayahnya. Buku tetap berada di pelukan, menutupi dadanya yang berdegup kencang melihat Galen seperti tengah menahan amarah. Memangnya, apa yang perlu dipermasalahkan dari buku novel ini?

"Papa dan mama udah bilang tiga kali ke kamu, jangan buka ataupun ambil barang-barang yang ada di dalam kotak."

Baiklah, Jo akui kalau dirinya memang bersalah saat itu. Jo yang membuka kotak tanpa izin dan Jo juga yang tanpa pikir panjang membalik setiap lembar novelnya tanpa merasa bersalah.

Tapi sekali lagi Jo pertanyakan, "emangnya ada apa sama novel ini, papa?"

Dari lima ratus halaman, Jo baru saja membaca setengahnya saja. Jo bahkan belum mengetahui bagaimana kisah cinta yang akan dilalui Galene Rajasa dan Hazel Nastusha di dalam novel, belum lagi penanganan kasus Bimo Satria dan perkembangan karakter Jeremy Abelvan alias Evan. Jo baru saja menyelesaikan konflik pertama cerita, belum lama ia mengetahui bagaimana kisah hidup ayahnya di masa remaja.

Sementara itu, Galen tanpa sadar menghela napas mendengar pertanyaan dan menangkap ekspresi wajah anak semata wayangnya. Pria itu mengulurkan tangannya tanpa suara, meminta balik buku krusial tersebut dari pelukan Jo.

"Papa ceritain semua konfliknya sama Jo sekarang juga, asalkan Jo mau balikin buku itu ke papa." Galen berusaha memberikan penawaran agar buku itu segera kembali ke tangan yang lebih tepat.

Jo termangu. "Papa sembunyiin apa di sini?"

"Jo, novel itu dibaca untuk orang-orang yang udah tujuh belas tahun ke atas. Kamu masih di bawah umur."

Bukan. Jo yakin sekali bukan itu alasan papanya melarang Jo membaca novel tersebut, hal ini tentu melibatkan sosok asli Hallene P. Rajasa alias penulis novel itu sendiri.

Kacang AlmondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang