01 KESAN JELEK

3.9K 138 1
                                    


SELAMAT MEMBACA CERITA !!!!!!!

DALAM HITUNGAN

1

2

3

KALIAN HARUS VOTE !

Matahari mulai meredup, menyapa cakrawala dengan warna jingga yang lembut.  Di dalam ruangan OSIS, dua gadis masih asyik dengan tugas mereka.  Bukan hal yang aneh,  hampir setiap sore,  mereka menghabiskan waktu bersama,  berbincang dan menyelesaikan berbagai urusan organisasi.

Ananda Marrisa,  Ketua OSIS yang menjabat hampir setahun,  adalah sosok yang penuh dedikasi.  Tak ada masalah kesiswaan yang luput dari perhatiannya.  Ia selalu didampingi Dewi,  sahabat sekaligus sekretarisnya,  yang setia membantunya.

Nanda,  begitu ia akrab disapa,  dikenal sebagai pribadi yang ambisius.  Ketika berorganisasi,  terutama saat menjabat sebagai Ketua OSIS,  ia berubah menjadi sosok yang tegas dan tak kenal kompromi.

Dewi,  sebaliknya,  adalah sosok yang lembut dan penuh kasih sayang.  Hatinya terpaut pada Ayana,  kekasihnya yang juga seorang perempuan.

Nanda dan Dewi memiliki orientasi seksual yang sama,  dan keduanya menerima keadaan ini dengan lapang dada.  Bagi mereka,  ini bukanlah keanehan,  melainkan bentuk keberagaman yang indah.

Meskipun Nanda adalah seorang lesbian,  ia memilih untuk tak menjalin hubungan dengan siapa pun.  Menurutnya,  hubungan asmara terlalu rumit dan sulit untuk dijalani.  Ia lebih memilih untuk fokus pada tugas dan tanggung jawabnya sebagai Ketua OSIS,  membangun masa depan yang lebih baik untuk sekolah dan teman-temannya.


Nanda mengamati Dewi yang tertidur pulas di meja, bibirnya sedikit terbuka,  mengucapkan kata maaf karena harus izin pulang lebih awal.  "Cuma ketiduran saja,  harus minta maaf segala,"  gumam Nanda dalam hati.  "Padahal izin dari orang tua saja sudah cukup."  Ia terkadang heran dengan aturan-aturan tak tertulis yang mengikat Dewi,  seolah-olah dunia ini hanya berputar di sekitar persetujuan orang lain.

Rumor bertebaran seperti angin liar,  mencoba menebak alasan Nanda selalu menolak ajakan pacaran,  bahkan dari cowok terganteng di sekolah.  "Kenapa sih Nanda gak mau pacaran?  Padahal banyak yang ngejar,"  bisik para siswi di kelas.

Nanda,  yang mendengar bisikan itu,  hanya tersenyum sinis.  Ia tak peduli dengan rumor yang beredar,  asalkan tak mengganggu proses belajar dan perkembangan dirinya.  "Jalan hidupku,  aku yang menentukan,"  batinnya,  sambil kembali fokus pada tugasnya sebagai Ketua OSIS.

Nanda POV
"

Wi, semua data calon siswa baru udah selesai di rekap kan?" tanyaku, suaraku sedikit terengah-engah setelah seharian berjibaku dengan tumpukan kertas. Dewi, yang masih asyik dengan pekerjaannya, hanya mengangguk singkat. "Udah Nan, ayo kita pulang."

Kami pun bergegas meninggalkan ruangan, badan lelah setelah seharian berjibaku dengan tugas-tugas organisasi. Dua jam rapat membagi tugas untuk pembukaan masa orientasi, seminggu kerja tanpa henti di ruangan ini, dan besok adalah hari H! Tak boleh lelah, semangat harus tetap terjaga!

Meski sekolah belum buka, para guru tetap berdatangan, sibuk mengurus segala hal yang berkaitan dengan penerimaan siswa baru. Orang tua calon siswa pun berdatangan silih berganti, mengingat SMA Harapan Jaya membuka kuota lebih luas tahun ini. SMA elit favorit di Jakarta, siapa yang tak ingin masuk?

Aku menunggu Dewi di parkiran,  menunggu ia mengeluarkan motornya.  "Nan,  lo ga excited liat siswa baru tahun ini?" tanyanya,  suaranya sedikit terbawa angin.  "Lo ngomong apa wi?" tanyaku,  tak jelas mendengar karena suara angin yang berdesir di telingaku.  "Siswa baru Nanda,  gue harap banyak yang cantik-cantik haha!"  jawabnya,  suara tawanya terbawa angin.  "Eh curut sawah..  Ayana mau lo kemanain coba?"  tepisku,  nada suaraku sedikit meninggi.  "Itu mah gampang!"  jawabnya,  dengan cengiran khasnya.

Haduh!  Sahabatku memang begitu adanya.  Ketika Ayana mulai mencuekinya,  Dewi akan menjadi seperti orang gila.  Bahkan ia tak mau makan ataupun mandi berhari-hari.  Kalau jadi Ayana,  aku juga bakal marah dengan sifat ganjennya kepada orang lain.

"Dewiiiiiiiii hati-hati di depan ada mobil!!!!!"  teriakku,  suaraku terengah-engah,  jantungku berdebar kencang.  "Baaaaakkk!"

Hampir saja kecelakaan terjadi.  Dewi mengerem mendadak di depan mobil putih yang ingin melaju kencang.  Ban depan motor kami menabrak samping mobil itu.  Untungnya tidak apa-apa.

Dewi langsung memarkirkan motornya di tengah jalan yang sepi.  "TAK TAK TAK!!!"  ia menggedor-gedor kaca mobil sang pengendara dengan keras,  emosinya meledak.  "Keluar Lo!!"  teriaknya,  suaranya bergetar karena amarah.

Pengendara itu hanya membuka kaca mobilnya setengah.  Ternyata si pengendara adalah wanita.  Aku menebak usianya lebih muda setahun dari kami.  Gayanya agak tomboy,  namun masih terlihat sisi wanitanya.  Ya,  dia memiliki payudara!  Semakin lama memandangi wajah gadis itu,  semakin membuatku kesal.

"Minggir," kata wanita tomboy itu dengan nada dingin.

"Ehh!  Yang salah siapa ga sopan banget Lo ya sama orang," balas Dewi dengan nada tinggi,  mukanya memerah karena marah.

Wanita itu akhirnya menatap kami.  "Eh Mba,  ini jalan luas kalo ada mobil melintas pengendara motor ya harus sadar diri," katanya.

"Wah jelas-jelas anda yang salah mau ngajak berantem?" tantang Dewi,  suaranya bergetar karena emosi.

Suasana semakin memanas.  Aku tahu Dewi orang yang memiliki harga diri tinggi dan mudah tersulut emosi ketika bertemu dengan orang yang menurutnya tidak sopan.  "Udah Dewi.  Kok kayak anak kecil gini sih?  Ayo cabut aja," kataku mencoba menenangkan Dewi,  suaraku lembut.

"Kalo ada CCTV yang nerobos lampu merah itu Lo!"  Dewi masih berusaha membela diri,  suaranya bergetar karena emosi.

Aku mencoba menjelaskan sesuai aturan,  namun wanita tomboy itu seakan tak mau menerima kesalahannya.  "Buang waktu aja dengar Lo ribut.  Karena lo cantik yang pake kaca mata kalian gue maafkan," kata wanita itu dengan nada meremehkan.

Wanita tomboy itu segera menutup jendelanya dan melaju kencang dengan mobil Pajero Sport putihnya.

Aku hanya bisa terdiam,  tapi Dewi nampaknya tak terima dengan sikapnya.  "Agak lain tuh orang," celoteh Dewi yang sedang di atas motor,  suaranya bercampur dengan amarah.  "Oh iyakah?" kataku.  "Gue tandain mukanya," jawab Dewi dengan tatapan tajam,  rahangnya mengeras.

Setelah insiden tadi,  Dewi langsung pulang ke rumahnya setelah mengantarku.  Rumah kami tidak terlalu jauh,  hanya berjarak dua rumah.

Wanita tomboy yang aneh.  Jikalau aku jelek,  dia akan melanjutkan perseteruan begitu?


"Tring! Tring!"  Nada dering Reff Fortune Cookie JKT48 bergema,  menandakan panggilan dari kakakku,  Yuna.  "Halo Marrisa?  Apa kamu sudah pulang?"  suaranya terdengar lelah,  namun tetap hangat.

"Halo kak Yuna,  iya ini aku sendiri.  Baru saja pulang,"  jawabku.  Kak Yuna,  satu-satunya kakakku,  menggantikan peran ibu yang telah tiada.  Ia bekerja sebagai dokter di rumah sakit besar di luar kota.

Aku mengerti kesibukannya.  Ia harus berjaga hampir 20 jam di sana.  Hanya panggilan telepon di akhir pekan dan kiriman uang bulanan yang menjadi penghubung kami.  Hidup sendiri setelah ayah bercerai sebelum ibu meninggal,  membuatku merasa sepi.

Sejenak aku lupa bahwa aku masih memiliki keluarga.  Selama ini,  keluarga Dewi lah yang selalu perhatian kepadaku.  Namun,  makin lama aku sadar bahwa kak Yuna bekerja keras di sana juga demi aku.

"Jaga kesehatan ya Marrisa.  Oh iya,  Kakak punya berita baik.  Kemungkinan di akhir semestermu,  Kakak akan pulang ke rumah,"  suaranya terdengar sedikit gembira.

"Ahh sungguh?!  Baiklah kak,  aku menantikannya,"  jawabku,  walaupun dalam hatiku,  "Masih lama,  sih?"

Kabar baik apa,  sih?  Aku hampir frustasi hidup tanpa keluarga di sini.  Namun,  keadaan seperti ini membuatku terbiasa.

"Iya Marrisa.  Sudah dulu ya,  Aku memiliki beberapa pasien hari ini,"  katanya.

"Iya kak,  sampai jumpa."

Begitulah hubungan kami,  hanya sebatas panggilan telepon dan kiriman uang.  Saking lamanya kami tidak bertemu,  aku sempat lupa dengan wajah kak Yuna.


POV Nanda End.

Visual Dewi Rukmana

Visual Dewi Rukmana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To Be Continued

Jangan segan menekan tombol bintang jika kalian ingin mengikuti cerita dari Nanda!

^~^

YOURE IN MY AREA (GXG)(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang