"Dan begitulah ceritanya. Awal bagaimana bisa bertemu dengan Rachel Eufory"
"Ibu, sekarang aku sudah menikah dengan seseorang yang aku cintai. Ibu yang tenang yaaa.." ucap Rachel pada makam pusaranya, suaranya berbisik lembut, seakan tak ingin mengganggu ketenangan tempat peristirahatan terakhir sang ibu.
Di hari pernikahannya, Nanda bagaikan bunga yang mekar di taman surga. Rachel pun tak kalah menawan, memancarkan aura bahagia yang menular kepada semua orang. Dihadiri oleh Jane, Febri, dan Rani yang sudah mengadopsi anak jalanan, mereka bagaikan keluarga besar yang penuh kasih sayang, sebuah bukti nyata bahwa cinta mampu menjembatani perbedaan. Reina dengan Lisa, kekasih jandanya, hadir membawa keceriaan, seperti embun pagi yang menyegarkan hati. Namun yang paling penting...
...Dewi dan Ayana.
"Akhirnya bisa jadi ibu-ibu konglomerat lu Nanda!" Ucap Reina, suaranya bergema dengan tawa, penuh kegembiraan untuk sahabatnya.
"Hahaha, terimakasih ya!" Nanda menjawab, matanya berbinar-binar, penuh syukur atas kebahagiaan yang telah diraihnya.
Pesta pernikahan mereka bagaikan pesta kerajaan, dihadiri oleh para tamu istimewa. Presiden negara Jerman beserta perdana menterinya hadir, memberikan kehormatan yang luar biasa. Berbagai teman bisnis Rachel dari Amerika pun turut meramaikan suasana, menciptakan perpaduan budaya yang memikat, seperti sebuah simfoni indah yang menggema di langit malam.
"Nanda? Malam pertama mau ngapain nih kita?" Sahut Rachel ke Nanda yang terlihat lelah dengan pesta seharian, suaranya penuh kelembutan, seakan ingin menenangkan hati istrinya. "Hey, apa maksudmu bertanya dengan keadaan b-bug*l seperti itu?"
"Pipi mu memerah cantik sekali" Kekeh Rachel, matanya berkilat nakal, tak sabar ingin memeluk istrinya, seperti anak kucing yang ingin bermain dengan bola wol kesayangannya.
"Chel, aku sungguh tidak tahu kenapa Ayana kembali hidup" kini Nanda betul-betul tak ingin melakukan hal seperti tanam jagung di malam pertama mereka. Malam pertama atau pun malam selanjutnya, detik yang mereka jalani adalah hal spesial baginya, sebuah momen sakral yang ingin dirayakan dengan penuh makna.
"Ceritanya begini.."
Sebenarnya Ayana sudah melakukan proses detox dan suntik kebal racun yang harganya mencapai 3 digit. Ayana bukan orang sebodoh itu yang menerima dirinya akan mati diracuni. Ayana sudah merencanakan semuanya. Mungkin dia memang terlihat naif. Namun dia sangat peduli pada Dewi dan keluarganya, sebuah bukti bahwa kasih sayang mampu mengalahkan rasa takut.
"Ahhh sialann! Aku tidak tahu hal itu Chel"
"Ya lagian kamu bego mana bisa nangkep hahaha"
Tangan Nanda melayang di atas hidung wanita tomboy itu. Karena merasa geli Rachel memeluk jatuh tubuh wanita nya.
"Ehh Hmm..(terdiam sejenak) Aku jamin di umur 70 tahun pun wajah cantik bersinar rembulan ini tak akan padam dari mu Nanda..."
"Ahh ya kata-kata mu sangat manis" Nanda sebenarnya menahan malu nya. Namun tak bisa di tutupi dengan pipinya yang memerah bak strawberry.
Sementara itu di tempat lain.
"Ckk, mati suri ya Ay?"
"Aku kan memang ga berencana mati Dewi.. hahahaha. Ayo kita menikah dan membuat anak 12"
"Mana bisa Ay! Orang sama-sama lubang aelah cape bgt sama kehidupan di prank segini nyaa aku ngambek ajalah. Berapa lama aku merasa hidup tanpa arti? Kalau ada rencana kasih tau lah minimal"
"Hahaha, Kau..kau lucu sekali ketika ngomel Dewi... S-seperti anak ayam. Soalnya pendek hahaaa!"
"Gak ada yang lucu Ay. Aku betulan marah ini!",
"Ulululhu,, sini nenen dulu yuk sayang" Ucap manja Ayana ke kekasih nya.
"Mauuuu.."(mood nya mendadak berubah).
Beberapa tahun kemudian. Bahkan berpuluh tahun lagi.
Rachel terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Usianya sudah senja, namun kecantikannya tak pudar, seperti bintang yang tetap bersinar meski malam telah tiba. Nanda duduk di sampingnya, tangannya menggenggam erat tangan Rachel, sebuah ikatan yang tak terpisahkan oleh waktu.
"Chel, aku akan selalu mencintai mu" bisik Nanda, air matanya menetes, seperti hujan yang membasahi bumi yang haus.
Rachel tersenyum lemah, "Aku tahu Nanda. Kita telah melewati banyak rintangan, tapi cinta kita tetap kuat, seperti pohon yang kokoh berdiri di tengah badai. Aku bahagia, karena aku telah menemukanmu."
Nanda mencium kening Rachel dengan lembut, sebuah sentuhan kasih sayang yang tak ternilai harganya. "Aku juga bahagia Chel. Kita telah membangun keluarga yang indah, sebuah taman yang penuh dengan bunga-bunga cinta. Aku bersyukur, Tuhan telah mempertemukan kita."
Rachel memejamkan matanya, napasnya semakin tersenggal. Nanda terus menggenggam tangannya, tak ingin melepaskannya, sebuah janji tak tertulis yang terukir di hati mereka.
"Chel, jangan tinggalkan aku..." lirih Nanda, suaranya bergetar, seperti daun yang tertiup angin.
Rachel membuka matanya, menatap Nanda dengan penuh kasih, sebuah tatapan yang penuh makna. "Aku akan selalu bersamamu Nanda. Di sini, di hati mu."
Nanda terisak, air matanya membasahi wajah Rachel, sebuah air mata yang mengalir dari sungai kesedihan.
"Chel..."
Tangan Rachel terlepas dari genggaman Nanda. Napasnya terhenti. Nanda terdiam, air matanya mengalir deras, seperti hujan yang tak kunjung reda.
"Chel..."
Nanda terus memanggil nama Rachel, namun tak ada jawaban. Rachel telah pergi, meninggalkan Nanda dalam kesedihan yang mendalam, sebuah luka yang tak akan pernah sembuh.
Di tempat lain, Dewi dan Ayana tengah menikmati masa tua mereka. Mereka telah dikaruniai 12 anak, yang semuanya sehat dan bahagia, sebuah keluarga yang penuh dengan cinta dan kebahagiaan.
"Ay, kau ingat saat kita pertama kali bertemu?" tanya Dewi, sambil tersenyum, sebuah senyuman yang penuh dengan kenangan.
Ayana mengangguk, "Tentu saja Dewi. Kau sangat marah padaku saat itu. Kau bilang aku menipumu."
Dewi tertawa kecil, "Benar. Aku sangat marah. Tapi aku juga sangat mencintaimu. Aku tak bisa membayangkan hidup tanpa mu."
Ayana menarik Dewi ke dalam pelukannya, sebuah pelukan yang penuh dengan kasih sayang. "Aku juga mencintaimu Dewi. Kau adalah segalanya bagiku."
Mereka berdua saling memandang, mata mereka berkaca-kaca, sebuah refleksi dari perjalanan hidup mereka yang penuh dengan pasang surut. Kebahagiaan dan cinta yang mereka miliki, telah melewati berbagai rintangan, seperti sungai yang mengalir menuju samudra.
Di dalam hidup, badai pasti akan berlalu. Namun ketika kita yakin dengan yang kita miliki, percayalah, mentari kebahagiaan akan bersinar terang.
Happy Ending!
Namun, di balik senyum bahagia yang terukir di wajah mereka, tersimpan sebuah rahasia. Rahasia yang hanya mereka berdua yang tahu, sebuah janji yang terukir di hati mereka, untuk selamanya. Sebuah janji yang akan terus hidup, meski waktu terus berlalu.

KAMU SEDANG MEMBACA
YOURE IN MY AREA (GXG)(END)
Подростковая литератураGXG AREA!!!!🔞 Ananda Marissa memutuskan untuk fokus pada pendidikannya. Ia tak percaya akan cinta yang membuat orang menjadi sangat tidak logis. Nanda terkenal sebagai orang yang cuek dan dingin. Suatu ketika, ia bertemu Rachel murid baru yang san...