7. Implicit

5.1K 698 40
                                    

GUYS! AKU MAU DOUBLE UPDATE RAMEIN YA KOLOM KOMENTARNYAA!

Dukungan berupa vote, komentar, dan antusiasme kalian akan sangat berarti untuk penulis.

selamat membaca!

. . .

Bab 6
Things We Don't Know

"Jangan lupa makan siang, Darla." Dara mengangguk - angguk. Nasihat Papa tidak pernah berubah. Hari ini Papa mengantarnya lagi ke sekolah, ya meski bersama supir dan asisten pribadinya. Dara masih berdiri di depan Range Rover dan Dara juga tidak tahu kenapa Papa ikut turun dari mobil. "Papa ada rapat di Singapore hari ini, kamu mau titip sesuatu?"

Dara menggeleng pelan sedang tidak punya selera untuk apapun, "Papa bawain garrett popcorn aja ya. Kamu masih suka kan?"

"Iya, yang caramel ya Papa." balas Dara cepat mengundang kekehan Papa. Percakapan berakhir dan matanya menatap Papa kosong, Dara tidak punya hal lain yang ingin diutarakan.

"Pagi, Om."

Begitu Dara menoleh netranya disuguhkan perawakan Giory Nalendra Barlianta yang datang dari parkiran motor. Lelaki itu memakai knitwear berwarna hitam yang kontras dengan kulitnya yang terang. Rambutnya acak - acakan akibat helm yang dipakai selama perjalanan, satu poin yang berhasil menambah daya tariknya pagi ini.

Netra Giory bersitatap dengannya tapi Dara langsung mengalihkan pandang. Tidak punya muka menatap senior yang paling disayangi satu sekolah- yang menangkapnya basah hampir overdosis.

"Giory, apa kabar?" Kening Dara berkerut mendengar sapaan akrab yang keluar dari Papa.

Giory menyalami Papa membuat Dara menyingkir guna memberi ruang. "Baik sekali, Om. Apalagi kemarin Liverpool menang lawan MU, saya jadi ada bahan buat ejek Abang." Papa tertawa mendengar jawaban Giory.

"7 - 0 pula. Om semalem nonton bareng komunitas di Senayan." Ah, jadi itu alasan Papa pergi malam - malam mengenakan jersey bola.

"Giory juga suka nonton disana Om bareng temen - temen kalau match nya weekend." Ck, Giory pakai nyambung segala, padahal Dara tidak ingin menonton percakapan ini lebih lama.

"Loh, ga pernah ketemu ya sama Om. Om rutin nonton disana padahal." Papa terkekeh. Wajahnya berseri - seri menemukan sesama fans Liverpool FC.

"Nanti Gio hubungi ya Om kalau lagi nonton." Dih? Akrab sekali.

"Iya, harus." Seketika Dara cemberut. Giory mudah sekali membangun obrolan bersama Papa padahal Dara saja terkadang tidak tahu harus membahas apa. Pandangannya berpendar ke samping dan matanya menemukan objek yang bisa membawanya kabur dari sini.

"Papa! Itu temen Dara, Dara mau ke kelas bareng Sarah ya!" Pamit Dara menyalami tangan Papa sekali lagi.

"Iya, ingat pesan Papa tadi apa?" Haish! Sarah keburu masuk ke dalam lobby.

"Iyaa, Dara ga akan lupa buat makan siang," balasnya cepat. Ia tahu Giory mengamatinya lewat ekor mata tapi persetan Dara tidak mau menatap wajah lelaki itu barang sedikitpun.

"Pinter." Papa menepuk puncak kepalanya dan Dara bergegas pergi setelah berpamitan.

Kakinya setengah berlari mengejar Sarah yang untungnya berjalan sangat lambat karena menatap layar ponsel. "Sarah!" Panggil Dara lega. "Miss you."

Sarah menatapnya aneh, "Ewh?"

Sembari melingkarkan lengannya pada Sarah, Dara melirik ke belakang dan dua fans Liverpool itu belum beranjak dari tempat, masih mengobrol seperti sedia kala.

Walk to 17th [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang