17. Evaluasi

4.8K 623 69
                                    

chapter ini agak panjang whohoooo

Guys mulai coba kasih komentar di setiap paragraf yuuuk?

Dukungan berupa vote, komentar, dan antusiasme kalian akan sangat berarti untuk penulis. Jangan lupa klik bintangnya ya!

selamat membaca!

. . .

Bab 17

Evaluasi

"Adek, mau jus strawberry apa mangga?"

Di atas ban renang menyerupai bebek, Giory menoleh menatap Giandra yang datang dari dalam rumah. "Strawberry."

Hari minggu merupakan hari sakral di keluarga Barlianta. Peraturanya tidak ada yang boleh membuat agenda sendiri sebab hanya di hari minggu Ayah libur, jadi Bunda ingin semua orang punya agenda bersama - sama. Di sore hari yang cerah ini Giory memilih berenang di temani Giandra yang baru mengambil jus dari pantry. Sementara Ayah dan Bunda sedang menonton tv sambil membicarakan konspirasi alam semesta.

Bukan konspirasi sebetulnya, namun topik pembicaraan Ayah dan Bunda terkadang seputar masalah kesehatan masyarakat di negeri ini. Sebagai mahasiswa kedokteran, Giandra biasanya berkontribusi memberi pertanyaan selayaknya mengikuti kelas tiga sks sementara Giory memilih menyusun lego di tengah pembicaraan negara itu.

Giandra memberi jus sesuai yang Giory inginkan lalu duduk di kursi santai. "Shakila Aurine nanyain lo lewat dm gue–" Giory berdecak sebelum Giandra menyelesaikan ucapannya.

"Bang, gue ga mau ngomongin Shaki." Giandra tertawa namun tetap melanjutkan kalimatnya.

"Shakila mau minta maaf udah nyelingkuhin lo. Pc ke lo ga dijawab terus katanya," ungkap Giandra sembari meneguk jus mangga miliknya. "Dia udah bahagia sama selingkuhannya."

"Anjing gitu Bang." Tawa Giandra semakin kencang. Image selebgram Shakila Aurine yang sempurna dengan 700k followernya itu tidak lebih dari sekadar cewek matre di mata adik-kakak Barlianta.

"Lo diselingkuhin udah, sama cewek yang pusat dunia udah, di tinggal ke Belgia pernah, mantan lo malah jadian sama sahabat lo juga udah. Apalagi yang belom ya?" Giandra malah mengabsen karakteristik mantannya.

"Mantan gue cuman empat." Sahut Giory malas.

"Oh, iya - iya cuman empat." Ejek Giandra terdengar sangat puas. Kakaknya itu masih tertawa seakan mengejek Giory adalah hal yang paling menyenangkan. "Lo belom ngerasain LDR."

"Berisik lo, Bang!" Giory menyemprotkan air kolam renang hingga mengenai wajah Giandra agar kakaknya berhenti tertawa.

"Eh tapi serius, pengalaman punya mantan tuh penting. Pengalaman yang lo dapet itu ngebentuk diri lo buat bangun hubungan ideal yang lo mau kedepannya." Mulai, Giandra akan memulai sesi podcast kehidupan. Giory tidak keberatan sebenarnya karena obrolan ini terkadang bisa menyelamatkannya dari masa krisis. "That's how you grow, bro. Kalau masalah lo sama kaya yang pernah lo hadapi sebelumnya, berarti lo ga tumbuh. Tapi masalah lo beda, sama cewek yang sifatnya beda, lo berarti tumbuh, Gi. Kata Hindia juga, pindah berkala rumah ke rumah, mengambil pelajaran jika berpisah."

Giandra mengakhiri kalimatnya sambil bersenandung lagu Hindia - Rumah ke Rumah. "Tapi gue baru kelas 11, Bang." Giandra mencipratkan air kolam hingga mengenai wajahnya.

"Ya baguslah lo aware, jadi lo ga mainin cewek kedepannya." Giory harus bersyukur seperti apa ya memiliki kakak yang menyebalkan (yang menyayanginya) seperti Giandra.

Walk to 17th [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang