34. Versailles et Turbulence

4.1K 602 241
                                    

guysss... jujur ya, chapter ini tuh kurang greget jadi harus baca langsung sama "chapter 35. meet me behind them all." WAKAKAKKA.

kalau kalian mau baca chapter 35, bisa aku update langsung heHehEhe. jadi buat mliehat antusiasmenya penuhin kolom komentar chapter ini yuuukkk.

LETSGO penuhin 150 komen buat baca chapter 35 🤟 i know u can do it guys, yall rock! 😎

happy reading

. . .

Bab 34

Versailles et Turbulence

Sebagai seorang yang menjadikan mall sebagai tempat singgah utama, Dara mengaku saat ini sudah waktunya mencabut gelarnya sebagai hantu mall. Ada banyak hal yang menjadi determinan gelarnya dicabut, diantaranya: kesibukan belajar di bimbel, membantu Kala berlatih di ruang musik, mengunjungi pertandingan sepak bola Dharma, dan belajar di Starbucks atau perpustakaan kota.

Dara merasa lahir kembali, pasalnya setiap Sarah dan Cherin membahas tentang koleksi baru Zara atau rare beauty yang baru masuk ke Sephora Indonesia, Dara tidak tahu apa - apa. Sekarang Dara lebih hafal promo Starbucks dan jam operasional perpus daripada koleksi barang yang baru. Sepertinya Dara harus mengagendakan pergi ke mall bersama Sarah dan Cherin, girls day out.

Tangannya terus bergerak mengaduk coklat panas ketika suara langkah kaki datang dari arah pintu garasi yang tersambung ke pantry. Syarafnya merespon mengikuti alam bawah sadarnya untuk menoleh dan siapa sangka pelakunya adalah Papa.

"Darla, belum tidur?" Papa menggenggam beberapa shopping bag yang Dara yakini sebagai cendramata.

Ini masih jam delapan malam, pertanyaan Papa terlalu basa - basi. Tapi Dara tetap tersenyum sembari mengangkat sendok kecil yang ia gunakan untuk mengaduk coklat panas, "Dara baru selesai bikin essay bahasa, Papa mau dibuatin coklat panas juga ga?"

"Boleh," Papa terkekeh sambil menaruh paper bag dari Jo Malone di atas meja, "Oleh - oleh buat kamu."

Keningnya mengernyit, mencoba mengingat parfum Jo Malone edisi mana yang packagingnya penuh bunga dan bernama Sweet Orchid? Wah, sepertinya Dara benar - benar sudah tertinggal tren.

"Darla ga suka parfum?" tanya Papa sambil duduk menghadapnya di pantry.

"Sukaa!" Dara bergegas merubah ekspresinya, "Parfum Dara juga dari Jo Malone tauu, tapi Dara baru liat deh varian yang ini."

"Ini bakal launching bulan depan," jelas Papa mengentaskan rasa penasarannya. "Papa dikasih dari teman. Teman Papa perfumer, dia yang mengembangkan parfum itu. Hope you like it."

Dara mengangguk paham, keren juga lingkar pertemanan Papa. Dara baru dengar ada profesi perfumer. "Makasih Papa," ungkap Dara sembari memberi Papa coklat panas buatannya. Dara beralih duduk di samping Papa sembari membuka kotak parfumnya, ia menyemprotkan parfum itu ke pergelangan tangan.

"Oh!" Matanya membulat merespon indra penciumannya yang dimanjakan perpaduan citrus, fruity, tropical, dan floral. Ini tipikal parfum yang Dara suka, wanginya agak mengingatkan Dara pada perfume milik fresh edisi sugar lychee yang selalu habis di Sephora. "Dara mau kenalan sama temen Papa ini." Papa tertawa mendengar celetukannya yang spontan. "Dara suka banget wangi kaya giniii, yang fresh tapi masih ada floral sama fruity nya gituu."

"Iya, nanti Papa kenalin." Balas Papa sambil tersenyum. Senyumnya berseri - seri, Dara jadi ingin tahu figur teman Papa itu seperti apa.

"Temen Papa itu kan perfumer, berarti dia yang ciptain wangi ini ya?" tanya Dara penasaran.

Walk to 17th [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang