Dukungan berupa vote, komentar, dan antusiasme kalian akan sangat berarti untuk penulis.
selamat membaca!
. . .
Bab 2
High School in Jakarta"Dara!" Nafasnya berhembus lega. Akhirnya, setelah tiga puluh menit berlagak seperti anak hilang, Dara punya seseorang yang dikenal di SMA Pelita Dharma. SMA yang digilai kalangan elitis dengan SPP setinggi langit ini berhasil Papa dapatkan kursinya untuk Dara di detik - detik terakhir- berbekal koneksi dan pencapaian Dara di dunia musik klasik.
SMA Pelita Dharma selalu menjadi pilihan orang tua di Kota Jakarta Selatan akibat keberhasilannya mencetak alumni yang berpengaruh bagi negeri. Hanya tiga pilihan untuk masuk kesini; pintar, prestasi, atau uang.
"Jasmine!" Sapa Dara lega menghampiri Jasmine- teman kelasnya semasa SMP- setelah membelah lautan murid yang berkumpul di lorong. "Good to see you here."
"God, gue dari tadi celingak - celinguk kaya anak ilang. Seneng banget liat lo disini, Dara." Ucap Jasmine lega. "Cuman gue yang berhasil masuk kesini diantara circle gue tau, sedihhh."
"Sama, circle gue juga pada mencar semua," balas Dara. "Amanda juga udah pindah ke Aussie." Dara menangis seharian ketika Amanda memilih mengikuti jejak kakaknya ke Australia padahal sebelumnya sahabatnya itu berjanji tidak akan meninggalkan Jakarta.
"Sama banget lagi! Keluarga Prudence juga ke Kanada, padahal dia udah janji bakal di Jakarta aja." Permasalahan mereka ternyata sama. Dara jadi banyak berbincang dengan Jasmine sepanjang jalan menuju ruang Auditorium untuk acara penyambutan murid baru.
"Kursi di dalam ruangan sudah diatur berdasarkan kelas ya. Informasi mengenai pembagian kelas bisa kalian cek di website sekolah bagian murid ajaran baru. Di dalam sudah ada senior yang akan akan mengarahkan. Thank you and welcome to Dharma." Jelas seorang senior yang memakai rompi berwarna navy dengan logo 'Student Council' yang bertugas di depan ruang Auditorium.
"Dara, lo kelas apa?" Jasmine menunjukan portal website sekolah yang mencantumkan 10 - 5 sebagai kelasnya.
Dara membuka portal sekolah dan menemukan kelasnya tercetak di sana, 10 - 3. "Yah, Jasmine." Dara berseru sedih. Jasmine memang bukan teman dekatnya tapi saat ini hanya Jasmine yang Dara kenal, ia berharap setidaknya ia bisa bersama Jasmine lebih lama. "Kita beda kelas."
Keduanya berpisah. Dara melangkah setelah mendapat petunjuk tempat duduknya lewat murid berompi navy yang mengarahkannya untuk duduk dimana. Auditorium sudah mulai penuh mengingat sebentar lagi acara pembukaan akan dimulai.
Tempat duduk disusun seperti layout bioskop dengan kursi tegap nan empuk. Bedanya layar besar yang ada di depan dilengkapi oleh podium dan layar yang memutar video profil SMA Pelita Dharma.
Ada seorang gadis yang tatapannya sedang berpendar kesana kemari dan dua kursi disampingnya masih kosong. Dara berjalan mendekat berniat duduk disana. "Keren banget..."
"Hi?" Sapa Dara kikuk. Seketika gadis itu menoleh dan iris coklatnya langsung disuguhi figur seorang gadis berambut hitam yang mulutnya setengah terbuka dengan manik mata yang melebar.
"Eh?" Gadis itu terkejut. "Hi! Duh malu banget, pasti lo denger celetukan gue ya? Gue kira gue ngomong dalam hati."
"It's okay. Lagian yang denger kayanya cuman gue." Dara terkekeh pelan, "Kursi ini kosong?"
"Iya, kosong kokk. Duduk ajaa." Gadis itu mengulurkan tangan. "Anyway, gue Sarah!"
"Gue Dara." Sarah terlihat seperti gadis riang yang banyak berceloteh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walk to 17th [TERBIT]
Teen FictionNamanya Dara Atmadja, murid baru yang menjadi topik obrolan teratas setelah wajahnya menghiasi sampul majalah. Pemenang kompetisi piano internasional yang tampak sempurna itu citranya runtuh di depan Giory Nalendra, kapten sepak bola kesayangan warg...