hi, wkwkwk aku double up karena besok aku ga bisa up ;(
Jangan lupa di klik dulu bintangnya sebelum scroll ke bawah! Enjoy
selamat membaca!
. . .
Bab 10
Defined: What is Home?Ketika hari - hari di sekolah terasa sulit, Dara membenci jika mobil sudah sampai di titik antar jemput. Gadis itu turun dari mobil setelah mematikan airpods yang memutar lagu Niki.
"Permisi." Langkah Dara berhenti. Sebuah sepatu berlogo Nike menghalangi langkahnya. Dara mendongak mencari wajah dari pemilik sneakers ini. "Dengan Dara Atmadja yang minggu lalu nangis di Lapangan Macan?"
"Berisik." Menyebalkan. Dara melangkah ke kanan menghindari Giory Nalendra jelek yang berlagak sok akrab. Tawa lelaki itu mengudara setelah Dara meninggalkannya di pintu masuk.
Dara sudah lama tidak melihat Giory yang banyak menghabiskan waktu berlatih entah menyewa lapangan mana di Kota Jakarta. Konsekuensi klub sepak bola tidak bisa berlatih di sekolah akibat lapangan utama sedang dipersiapkan panitia JSC untuk upacara pembukaan. Akibatnya Dara sudah jarang melihat figur kapten sepak bola yang berlagak sok akrab ini.
Giory menyusul langkahnya dengan cepat, "Gue jadi kurir lagi hari ini," ujar Giory sambil menahan lengan seragamnya untuk menunjukan paper bag bertulis Garrett Popcorn. "Bunda bilang terima kasih buat tanda tangannya. Kemarin Bunda ke Malaysia terus Bunda minta gue kasih ini ke Dara Atmadja yang minggu lalu nangis-"
"Kak Giory! Nyebelin lo!" Langkahnya terhenti guna menatap Giory tajam. Dara kesal Giory terus mengungkit kejadian di Lapangan Macan. Tapi Giory mengabaikan air mukanya dan menarik tangan Dara agar barang berpindah tangan.
"Ga boleh nolak makanan."
Masih dengan tatapannya yang penuh permusuhan Dara berucap, "Terima kasih, Tante Arum."
Giory mengangguk kembali sambil melanjutkan langkahnya pelan, "Dan gue juga minta maaf." Dara meliriknya lewat ekor mata. "I don't mean to be rude, gue ga remehin perasaan lo yang lagi sedih. Gue cuman khawatir Om Aksa bakal nyari lo, Lapangan Macan ditutup jam delapan dan kemarin lo dateng waktu lapangan hampir ditutup. Lapangan udah sepi, so I'm concerned about your safety."
Sebenarnya Giory tidak salah memintanya pulang, kalau saja situasinya berbeda Dara tidak akan tersinggung. Kemarin perasaannya tidak karuan sehingga emosinya menjadi rapuh. "Kemarin gue ngerasa offended waktu lo maksa gue pulang ke rumah."
"Sorry, gue ga tau rasanya. Rumah selalu tempat ternyaman buat gue." Ucapan Giory menarik atensinya. Keluarga Giory terdengar sempurna di telinga Dara, tidak heran jika Giory tidak tahu rasanya tidak ingin pulang ke rumah.
"Don't be sorry." Giory tidak perlu meminta maaf akan hal itu, "Gue seneng kalau denger cerita tentang keluarga orang yang bahagia. Gue berasa dapet pandangan baru soal keluarga. Dan gue juga minta maaf udah bentak lo."
"Dimaafin." Lelaki itu tiba - tiba berdiri di depannya dan menarik jarinya tanpa aba - aba membuat gestur seakan mereka sedang berjabat tangan. "Jadi, kita sepakat."
"Hah?" Dara belum menangkap maksud Giory.
"Kita sepakat buat menghargai opini masing - masing." Giory memberi intro, "Menurut gue, rumah selalu jadi tempat paling nyaman buat pulang. Tapi menurut Dara Atmadja yang minggu lalu nangis di Lapangan Macan-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Walk to 17th [TERBIT]
Teen FictionNamanya Dara Atmadja, murid baru yang menjadi topik obrolan teratas setelah wajahnya menghiasi sampul majalah. Pemenang kompetisi piano internasional yang tampak sempurna itu citranya runtuh di depan Giory Nalendra, kapten sepak bola kesayangan warg...