Dukungan berupa vote, komentar, dan antusiasme kalian akan sangat berarti untuk penulis. Jangan lupa klik bintangnya ya!
selamat membaca
. . .
Bab 23
Dara Atmaja dalam Kalimat Lapangan Macan Favoritnya
"Gue ga punya motivasi," ungkap Sarah menelungkupkan kepalanya di atas bantal leher yang ia bawa dari rumah. "Mau tidur aja seharian."
Dara ikut menguap. Belajar bahasa di siang terik seperti ini merupakan pilihan yang salah, daripada membaca novel Les Miserables yang harus mereka interpretasi unsur intrinsiknya, Dara lebih baik tidur.
"Dara, di bab 29 banyak majas hiperbola ga sihh?" Cherin si anak ambis yang cita - citanya masuk UC Berkeley masih saja berkutat dengan novel prancis itu.
"Cher, gue ga sanggup." Balas Dara mengeluarkan bendera putih. Matanya berair oleh kantuk hingga Cherin yang melihatnya tertawa dan meminjamkan bantal leher miliknya.
Dara baru saja akan menyusul Sarah, sebelum Cherin kembali berkata, "Dar, hp lo bunyi terus tuh." Haish! Ada saja gangguan sebelum tidur, Dara membuka kata sandi ponselnya kasar, ingin mengetahui siapa yang mengusik-
+62 1121 2882
dara, gue kala
can i ask you a favor?
nick masih belum masuk sekolah sementara gue harus latihan buat lomba bulan depan
boleh ga pulang sekolah lo iringin biola gue pake piano
lagunya studio ghibli, gue bakal bawain ost Howl's Moving CastleHowl's Moving Castle, favorit Dara diantara lagu studio ghibli lainnya. Dara segera mengetik balasan hingga sekelebat ingatan tentang percakapan Papa dan Nenek muncul di ingatan, "Engga, Ibu. Dara udah ga nyentuh piano lagi."
Harapannya hampir pupus, tapi perasaan yang memenuhi raganya ketika ia bermain bersama Kala di depan klub musik klasik mengurungkan niatnya. Dara tidak bisa menampik raganya masih menyatu dengan piano, perlahan iya mulai mengetik balasan untuk Kala.
Sepertinya selama Nenek tidak tahu Dara akan baik - baik saja. Ya, Dara akan baik - baik saja.
. . .
Tawa Dara mengudara setelah menyelesaikan notes Howl's Moving Castle yang Kala akan bawa di perlombaan bulan depan, "Gue bener ga Kak notasinya?"
"Bener," balas Kala sambil menaruh biolanya, "World class performer ga usah di raguin lagi."
"I'm not," elak Dara malu, merasa belum pantas menyandang julukan itu.
Kala terkekeh pelan, "We should do it often."
Dara tidak keberatan, "Sure, gue bisa gantiin Kak Nick sampai dia sembuh." balas Dara menggampangkan.
"Gapapa?" tanya Kala terkejut, "Gue latihan setiap hari, ga di ruang musik sih, gue latihan di rumah."
"Gue ada bimbel setiap Senin, Rabu, Jumat sih Kak." Ringis Dara, "Tapi Selasa sama Kamis gue bisa kokk."
"Kalau lo ga keberatan sih kita bisa pake ruangan ini, lagian gathering klub hari Rabu." Saran Kala, "Kalau anak lain mau join, gapapa? Kadang kita suka main bareng di ruang musik kalau lagi ga di pake."
Walau ragu, Dara tetap mengangguk, "Boleh, gue juga pengen nambah temen."
"Bagus deh," balas Kala, "Berarti kita latihan disini setiap Selasa sama Kamis sepulang sekolah, deal?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Walk to 17th [TERBIT]
Ficção AdolescenteNamanya Dara Atmadja, murid baru yang menjadi topik obrolan teratas setelah wajahnya menghiasi sampul majalah. Pemenang kompetisi piano internasional yang tampak sempurna itu citranya runtuh di depan Giory Nalendra, kapten sepak bola kesayangan warg...