19. by @ we guess it means: intentions seen

4.9K 717 114
                                    

lebih suka bab fluffy atau yg meaningful guyss? lemme know 😉😉

Guys mulai coba kasih komentar di setiap paragraf yuuuk?

Dukungan berupa vote, komentar, dan antusiasme kalian akan sangat berarti untuk penulis. Jangan lupa klik bintangnya ya!

selamat membaca

. . .

Bab 19

by "@" we guess it means: intentions seen

Jadwal pulang Dara mundur sangat jauh dari waktu yang semestinya akibat harus menyelesaikan laporan acara klub Dharma Relawan yang terhitung sukses di hari Sabtu. Matahari sudah hampir terbenam dan Dara baru keluar dari sekretariat klub. Supirnya belum kunjung datang akibat lalu lintas Ibukota yang warna jalanannya merah menyala di maps.

Sorak - sorai datang dari arah lapangan yang masih dipakai JSC, Dara tidak tahu klub mana yang bertanding hari ini. Rasanya terlalu pusing melihat klub sepak bola bersama suporternya yang datang dari sekolah berbeda setiap satu minggu dua kali.

Langkahnya semakin pelan mengintip pertandingan yang sedang berlangsung di lapangan.

"Dara, lo masih disini?"

Giory yang memakai pakaian latihan berjalan mendekat, "Gue baru beresin laporan visit rumah sakit kemarin." balas Dara, kernyitan timbul di dahinya. "Bukannya lo latihannya di luar sekolah? Kenapa balik lagi ke sekolah selesai latihan?"

"Iya gue latihan di Sport Hall tadi, tapi iPad gue ketinggalan di loker." Dara menggeleng, jadi ada ya spesies yang berani meninggalkan iPad di loker sekolah. "Lo masih mau disini?" tanya Giory sambil menyampirkan tasnya ke bahu. Dara meliriknya sekilas, berusaha tidak tersenyum atas perkataan Giory yang kelewat halus. Padahal Dara masih bisa menerima pertanyaan semacam 'lo ga pulang ke rumah?'.

"Ini mau pulang, nunggu supir gue masih dijalan," balas Dara kembali menatap ke arah lapangan yang diikuti Giory kemudian.

"Lo... pernah ga ada di situasi dimana lo kesulitan percaya sama orang lain." Tiba - tiba, Dara meliriknya lagi. Tapi pandangan Giory lurus ke depan, menatap permainan yang sebentar lagi akan selesai.

"Konteks apa?" tanya Dara mengikuti obrolan aneh yang tiba - tiba Giory bangun.

"Misalkan lo jadi ketua kelompok biologi, lo harus bagi - bagi tugas ke temen lo yang ngerjain makalah siapa sampe yang bikin slides presentasi siapa. Dan ketika lo ngedelegasiin tugas ke temen - temen lo, lo percaya ga kalau mereka mampu kerjain itu semua?"

"Gue yakin mereka mampu," balas Dara beropini. "Gue selalu jadi ketua kelompok seni musik dari SMP dan kadang gue suka kepikiran, mereka mampu ga ya buat hafalin aransemen yang gue buat? Mereka terbebani ga ya kalau gue kasih tau permainan mereka masih kurang bagus pas di denger?" Cerita Dara tanpa menatap Giory.

"Banyak banget kayanya yang gue pikirin sampe gue pusing sendiri. Pas gue jadi ketua, rasanya gue selalu gelisah mikirin banyak kemungkinan buruk kaya 'gimana ya kalau ada yang salah nada di tengah - tengah' hal - hal kaya gitu kadang muncul tanpa diminta." Dara terkekeh pelan ketika memorinya berputar ke belakang.

"Tapi lo tau?" Kali ini Dara menoleh menemukan Giory yang menatapnya lamat - lamat, "Titik baliknya waktu gue dinasehatin sama pelatih piano, waktu gue mau tampil di lomba pertama, kata beliau gini 'Dara, ketika kamu ada di panggung. Kamu harus tinggalin semua pikiran buruk kamu di belakang. Ketika ada bisikan - bisikan negatif di hati kamu yang bilang 'kamu bakal gagal, kamu bakal lupa nada di tengah lagu,' dan hal - hal jelek lainnya. Kamu harus kelola emosi itu." Mata Dara mengunci milik Giory yang memperhatikannya serius, "Kamu harus ubah emosi negatif kamu jadi suatu yang berlawanan, dari 'kamu bakal lupa nada di tengah lagu' jadi 'kamu ga akan lupa nada di tengah lagu'. Dan ternyata bener aja."

Walk to 17th [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang