8. Giving Love (Optional)

5.5K 783 103
                                    

SEMOGA KALIAN SUKA CHAPTER INI HAHAHHA (soalnya aku juga suka) 

Dukungan berupa vote, komentar, dan antusiasme kalian akan sangat berarti untuk penulis. Jangan lupa klik bintangnya ya!

 . . .

Bab 8
Giving Love (Optional)

Dara memasuki rumahnya lunglai yang ia pikirkan hanya tidur, tapi rasanya tidur secepat ini mustahil. Dara harus terus berlari mengejar ketertinggalan semua orang yang sudah memahami garis bilangan dan koordinat kartesius. Setidaknya Dara harus berusaha menonton video pembelajaran dan mengerjakan soalnya. Dara berjanji ia baru boleh tidur setelah itu.

"Darla, sudah makan?" Papa membawa nampan berisi sup hangat, nasi, dan ayam kecap. Sepertinya akan makan di ruang kerjanya.

"Udah, Papa" Dara melanjutkan langkahnya menuju tangga, menuju kamarnya di lantai dua tapi langkahnya terhenti. "Papa bukannya mau ke Singapore?"

"Udah, Papa baru aja sampai rumah satu jam yang lalu." Oh, cepat sekali. "Papa cuman meeting disana, garret popcornnya sudah Papa taruh di kamar kamu ya."

Dara mengangguk berniat pergi ke kamar tapi Papa membawa obrolan baru, "How was your school? Everything's okay?" Ia menelisik Papa dengan pertanyaannya yang aneh. Ultimatum yang diberi Nenek jadi membuat Papa mengawasi proses belajarnya sekarang.

"Susah," balas Dara refleks. "Tapi masih bisa diatasin," tambahnya cepat. Mengklarifikasi balasannya yang terdengar menyedihkan di awal.

"Okay, good to hear that." Balas Papa singkat. Keduanya diam, berbagi tatapan kosong. Dan Dara sadar, ada sebuah tembok yang perlu ia langkahi agar bisa bercerita sebebas mungkin pada Papa. "Let me know if you need help. Papa bisa jadi CTO karena Papa pinter matematika."

Dara bingung harus merespon seperti apa, nada Papa terlalu tenang untuk dikategorikan sebagai bercandaan. "Okay, good to hear that." Akhirnya Dara menjiplak balasan Papa.

"Bara bilang minggu ini kamu sudah masuk try out di bimbel ya?" Papa kembali memperpanjang obrolan.

"Iya. TO pertama."

"Good luck."

Percakapan malam itu terdengar kaku. Mungkin karena intensitas berbicara mereka tidak dalam frekuensi yang sering diputar. Papa terlalu banyak merancang protokol dengan komputer sementara Dara terlalu banyak berbicara dengan piano.

. . .

Terkadang. Hari penting yang di pasang pengingat di kalender adalah sebuah hari yang ingin Dara loncati. Seperti hari Senin di akhir bulan yang berarti pelaksanaan try out di bimbingan belajar.

Dara yakin ia bisa lolos di pelajaran bahasa dan biologi, namun jika hitungan. Dara tidak percaya diri. Delapan menit lagi TO akan dimulai, tangannya dingin dan rumus matematika yang ada di benaknya buyar ketika office boy keluar dari ruangan kelas tanda sudah selesai dibersihkan.

"Dara." Dara terlonjak. Ia mundur satu langkah ke belakang dari tempatnya berdiri karena Giory berhenti tepat di depan wajahnya.

"Kak Giory?"

Lelaki itu sepertinya baru saja sampai di bimbingan belajar terlihat dari tas yang tersampir di bahu dan nafas yang terengah - engah. Lelaki mengeluarkan sebuah kotak berwarna biru yang dilapisi pita emas dari dalam tas. "Buat lo."

Mulut Dara terbuka. Ini coklat Royce yang sedang populer di Korea Selatan dan Giory menyodorkannya tepat di depan wajahnya. "Sorry?" Balasnya terkejut.

Walk to 17th [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang