hi, hehe. hows ur dayyyy?
aku memutuskan update hari ini ga tau juga kenapa, chapter ini tuh menurutku kaya deket sama apa yg terjadi di lingkunganku... jd tinggalin komentar yaa kalau kalian ngerasa hal yang sama 😉
happy reading
. . .
Bab 36
Involving Feelings
"Duluan, Capt." Giory mengangguk untuk membalas ucapan Darrin yang melangkah lebih dulu keluar lapangan. Semua anggota klub sudah membubarkan diri menandakan latihan hari Senin telah usai. Keringatnya mengucur deras membasahi wajah, ketika tangannya bergerak mengambil handuk yang ia taruh di duffel bag, keningnya mengernyit melihat botol corkcicle black panther milik Darrin yang tertinggal di bangku, dasar ceroboh.
"Can we talk now?" Sahutan itu keluar dari bibir Sharlene, yang sudah menunggu di tribun lapangan sejak sesi latihan dimulai dua jam yang lalu.
"I'm sorry to break it to you, tapi ga ada yang perlu dibahas, Shar." Balasnya tanpa repot menoleh ke belakang.
Decihan Sharlene terdengar sampai ke telinganya, "Giory, kita punya rencana hari ini, terus kamu cancel gitu aja tanpa alasan jelas."
Giory menghela nafas, "Sharlene, let's set our boundaries." Giory menoleh sesaat menemukan paras gadis itu yang tidak bisa ia tebak, seperti biasanya.
Sharlene Deneisha terlalu membingungkan bagi Giory yang terlalu terus terang. Gadis itu berlaga tertarik lalu berubah menjadi dingin di kemudian hari. Giory tidak merasa segala hal yang ia lakukan untuk Sharlene dikembalikan dalam bentuk yang serupa. Segala perhatiannya, segala pujian, segala ajakan, segala afirmasi yang ia lontarkan untuk Sharlene tidak kembali dalam bentuk yang sama. Giory merasa hanya ia yang peduli, hanya ia yang berusaha, dan hanya ia yang mencintai.
"Jadi Raja bener?" tanya Sharlene tercekat, "Raja bilang kamu deketin aku karena kamu kasihan?"
Nafasnya berhembus pelan, "Gue, Raja, sama Zaydan selalu rangkul lo sebagai temen karena di antara semua orang yang ada di angkatan kita, cuman lo yang ga diterima di lingkar manapun."
Kalimat yang terdengar menyakitkan itu adalah fakta umum yang semua orang ketahui, perangai Sharlene yang dingin dan ucapannya yang menyakitkan membuat gadis itu tidak memiliki banyak teman. "We try to understand you, tapi gue catching feeling sama lo. I genuinely like you because of who you are, but after two months, I don't think we are a good match as lovers, we better stay as friends. Maaf gue udah hancurin pertemanan kita."
"Not a good match?" tanya Sharlene bingung, "Aku ga paham kenapa kamu putusin aku waktu aku lagi di Budapest. I'm trying my best with you-"
"Lo bahkan ga bilang bakal pergi ke Budapest, Shar." Balas Giory lelah, "Lo ga pernah bilang apa yang lagi lo lakuin, tiba - tiba lo di Budapest, tiba - tiba menang medali lukis, tiba - tiba gambar lo jadi sampul buku cerita anak - anak. That was wonderful achievements, gue bakal seneng kalau gue bisa kasih dukungan buat lo. Bukan denger hasil lo dari orang lain buat tau apa yang lagi lo kerjain. Gue ga ngerasa kehadiran lo selama kita pacaran," jelas Giory menyalurkan apa yang menjadi keresahannya selama ini.
"Itu mau lo? Gue bisa kabarin lo setiap saat kalau itu yang lo mau," ungkap Sharlene tercekat dan sapaannya sudah berganti, "Gue bisa perbaikin itu."
Giory menggeleng, udara menjadi berat dan segala sesuatu terasa salah. "We're polar opposites-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Walk to 17th [TERBIT]
Teen FictionNamanya Dara Atmadja, murid baru yang menjadi topik obrolan teratas setelah wajahnya menghiasi sampul majalah. Pemenang kompetisi piano internasional yang tampak sempurna itu citranya runtuh di depan Giory Nalendra, kapten sepak bola kesayangan warg...