Selama dua tahun terakhir, para bodyguard ataupun satuan agen yang berada di bawah naungan Harapeco Group mengalami peningkatan yang cukup luar biasa. Terutama dalam teknik pengintaian dan pertarungan jarak dekat. Kemajuan ini dapat terjadi karena Manjushage telah menyatakan dirinya akan bergabung sebagai pelatih utama untuk semua unit dan divisi keamanan dalam Harapeco Group. Apakah selesai sampai disana? Tentu saja tidak. Mengingat bahwa hingga hari ini nama Manjushage masih begitu harum, maka berafiliasinya Manjushage dengan Harapeco Group adalah sebuah rahasia. Demi menghindari kecurigaan pihak luar dan meminimalisir munculnya gangguan, maka Manjushage diberikan codename lain di dalam Harapeco Group dan hanya segelintir orang yang mengetahui codename ini.
Derap langkah barisan pengawal yang mengiri kedatangan guru besar mereka bergema di koridor utama markas. Berjarak satu langkah ke belakang di sisi kanan sang guru besar, Halyosy berjalan mendampingi. “Kedatangan anda sungguh mengejutkan kami, Guru.”
Menyibak surai putih panjangnya, sang guru besar yang adalah seorang wanita tinggi dan mengenakan setelan kemeja dan rok renda dua ambak menyela, “Ara? Jadi menurutmu aku tidak bisa bergabung dalam investigasi penyusup yang sedang kalian selidiki?”
Halyosy menggeleng. “Tidak, justru kami amat berterima kasih karena anda bersedia meluangkan waktu anda.”
Berbalik kearah kiri, tangan putih ramping yang terhias oleh pewarna kuku pink fanta itu terulur memberikan ID card pada Reol. “Kau yang buka pintunya, ya. Aku tidak mau mereka rusak,” pintanya selagi memerhatikan kembali hiasan kuku jari.
Segera melaksanakan perintah sang guru besar, Reol menempelkan ID card pada sensor di sisi pintu dan pintu terbuka otomatis. “Silakan masuk, Guru.”
Mengulum senyum manis di bibir, sang guru besar berucap dengan bariton riangnya yang amat menyenangkan telinga siapa pun pendengar di sekitarnya. “Ayo masuk!”
Setelah sang guru besar masuk, Halyosy menyusul kemudian bersama dengan para petinggi lain. Setelah rombongan petinggi masuk, Akatin, Sekihan, Reol, lalu Sou sebagai yang terakhir masuk ke dalam ruangan dan menutup pintu. Sisanya yang tinggal di luar, berbalik dan berjaga di depan pintu masuk.
Di dalam ruang tertutup itu, semua orang telah berdiri di depan kursi masing-masing dan menunggu sang guru besar untuk duduk di kursi paling depan. Halyosy menarik kursi dan mempersilahkan sang guru besar untuk duduk lebih dulu. Setelah yang lain telah menyusul duduk, sang guru besar melipat satu kakinya ke atas. Nyaris membuat beberapa pasang mata kehilangan fokus karena sepasang kaki jenjang yang terbalut stoking hitam itu menyibak sedikit roknya. Setelah memastikan semua orang berada di kursi masing-masing, sang guru besar membuka rapat dengan sebaris kalimat yang dipenuhi oleh intonasi penuh keyakinan. “Identitas penyusup itu, sudah pasti adalah Red Parade dari Cross Dead.”
Para petinggi termasuk Halyosy memberikan reaksi terkejut yang sama. Memerhatikan reaksi semua orang, Sou menoleh kearah Reol dengan bermaksud untuk bertanya. Namun, ia justru di buat terkejut karena seniornya itu ternyata juga menunjukkan reaksi yang sama paniknya bahkan jauh lebih pucat. Sekihan dan Akatin juga tampaknya keringat dingin setelah mendengar kalimat sang guru besar. Sepertinya memang hanya dia yang tidak mengetahui apa itu Cross Dead.
“Tu-tunggu sebentar, Manun-shisho! Anda bilang penyusup itu adalah Red Parade dari Cross Dead, tapi bukankah Cross Dead di masa lalu telah dihancurkan oleh Manjushage dan Mr. Fixer sebelumnya?” tanya salah satu petinggi yang masih ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Precious Thief || SakaUra [ END ]
Kurzgeschichten♦️Utaite Fanfiction♦️ The Last of Mine Series Usai mendapatkan kertas bersimbol unik, Sou memutuskan untuk menyelidiki hal ini diam-diam seorang diri. Lama tak mendapatkan petunjuk, Sou menunda pencarian dan fokus untuk menjalani keseharian barunya...