Suara air mengalir memecah keheningan pagi yang masih gelap. Di dapur sederhana itu, Urata berdiri di depan wastafel. Tangannya dengan cekatan membersihkan sayuran untuk persiapan hari ini. Aroma segar dedaunan hijau menguar ke udara, bercampur dengan bau kayu dari meja-meja yang tertata rapi. Rumah makan yang sepi itu hanya diramaikan oleh suara denting peralatan dapur dan hela napas Urata yang sesekali terdengar. Selesai dengan sayuran, ia beralih ke pisau dapurnya. Tangannya baru saja menyentuh gagang pisau ketika suara derit pintu memecah konsentrasinya.
Urata menoleh dengan matanya yang menyipit kala melihat sosok yang masuk. Tanpa berkata apa-apa, Eve duduk di salah satu kursi dekat meja tak jauh dari dapur. Urata kembali ke kegiatannya, berusaha mengabaikan kehadiran Eve yang tidak biasa ini. Keheningan yang canggung menyelimuti ruangan untuk beberapa saat. Merasa ada sesuatu yang tidak beres, Urata memutuskan untuk memecah kesunyian.
"Ada apa? Tidak biasanya kau datang sepagi ini," tanya Urata tanpa menoleh, tangannya masih sibuk mengasah pisau.
Eve tidak langsung menjawab. Dari sudut matanya, Urata bisa melihat temannya itu gelisah, seolah sedang menimbang-nimbang sesuatu.
"Urata," Eve akhirnya bersuara, suaranya pelan namun tegas. "Apa kau mengenal seseorang bernama Madotsuki?"
Gerakan tangan Urata terhenti seketika. Ia berbalik perlahan, matanya menatap tajam ke arah Eve. "Mengapa kamu menanyakan hal itu?"
Menyadari perubahan drastis dalam sikap Urata, Eve menegakkan tubuhnya. Dengan gerakan perlahan, ia mengeluarkan sebuah foto dari tasnya dan meletakkannya di atas meja.
"Foto ini diambil dari CCTV," jelas Eve, suaranya sedikit bergetar. "Ini kau, bukan? Dan pria di sebelahmu... aku yakin itu Madotsuki."
Urata mengernyitkan dahi, matanya terfokus pada foto yang menampilkan dirinya berdiri di sebuah gang gelap bersama seorang pria bermantel hitam. Ia terperangah sejenak sebelum kemudian berhasil mempertahankan ekspresi wajahnya.
"Apa keperluanmu?" tanya Urata, suaranya rendah dan mengancam.
Eve menarik napas dalam sebelum menjawab, "Aku ingin tahu beberapa hal tentang Madotsuki."
"Aku tidak tahu apa-apa tentang orang itu," jawab Urata cepat, terlalu cepat untuk meyakinkan Eve.
"Sou diculik," Eve akhirnya mengungkapkan alasan kedatangannya. "Dan Madotsuki adalah penculiknya."
Kata-kata Eve bagaikan hantaman keras bagi Urata. Matanya melebar, napasnya tertahan untuk sesaat. Namun, secepat ekspresi itu muncul, secepat itu pula Urata menguasai dirinya kembali.
"Itu bukan urusanku," ujar Urata dingin, nada suaranya dipenuhi apatis yang mengejutkan. "Apa yang terjadi pada Sou tidak ada hubungannya denganku."
Eve terperanjat mendengar respon Urata. "Bagaimana bisa kau berkata seperti itu? Dan kau... kau sungguh mengenal Madotsuki? Apa hubunganmu dengannya?!"
"Itu bukan sesuatu yang perlu kau ketahui, Eve," balas Urata, suaranya penuh ancaman. "Sebaiknya kau pergi sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Precious Thief || SakaUra [ END ]
Nouvelles♦️Utaite Fanfiction♦️ The Last of Mine Series Usai mendapatkan kertas bersimbol unik, Sou memutuskan untuk menyelidiki hal ini diam-diam seorang diri. Lama tak mendapatkan petunjuk, Sou menunda pencarian dan fokus untuk menjalani keseharian barunya...