Setelah beberapa menit berjalan, tiga Tuan Muda itu tiba di sebuah taman yang berada di dalam kawasan perumahan yang cukup sepi. Tidak hanya lingkungan perumahan yang menimbulkan sedikit ketidaknyamanan, taman bermain dengan pagar besi berbentuk hati ini juga tidak terlihat seperti taman pada umumnya. Waktu seolah berhenti di tempat ini dengan meninggalkan jejak-jejak kenangan yang terbungkus karat dan debu. Perosotan yang di pasang di sisi kiri taman berdiri muram, warna biru cerah alat bermain itu telah memudar dan terkikis oleh cuaca. Ayunan yang tak jauh dari benda itu terlihat tidak jauh lebih baik. Rantainya yang berkarat mengeluarkan suara derit karat setiap kali berayun. Jungkat-jungkit yang terpasang di sisi kanan taman tergeletak miring, jelas sekali terlihat akan langsung patah meski tidak benar-benar duduk disana.
"Wah, ini ... benar-benar tempat yang bagus untuk mencelakakan orang, kan?" lontar Luz yang terdengar cukup putus asa.
Soraru yang berinisiatif maju selangkah dan melempar batu ke tengah taman dengan mengerahkan sedikit tenaga. Tidak ada apapun yang terjadi, kali ini Eve yang melempar batu ke arah yang lain. Tidak ada apapun yang terjadi seperti ledakan ranjau atau apapun yang dapat meledak tertanam di tanah, para Tuan Muda itu tidak tahu harus merasa lega atau semakin curiga.
"Haruskah kita maju?" bisik Soraru.
Mengedarkan pandang ke seluruh taman, perhatian Eve terpaku pada gubuk tua yang berdiri dengan atap yang nyaris runtuh di pojok taman. Pintu kayunya yang lapuk setengah terbuka, mengungkapkan isi dalamnya yang dipenuhi alat-alat berkebun usang. Tetapi ada satu benda yang seharusnya tidak ada tergantung pada gagang pintu kayu tersebut.
"Bukankah itu flashdisk milikmu?" tanya Eve yang dibalas dengan anggukan oleh Soraru.
"Jadi kita harus kesana, ya. Baiklah, aku akan maju duluan."
Baru Luz akan maju, Eve menahan lengan pria jangkung itu. "Jangan gegabah, Luz. Sebagai orang yang memimpin jalan, akulah yang harus maju lebih dulu!"
"Justru karena kamu yang memegang peta jadi harus tetap di belakang! Sudahlah, biar aku saja!" Tegas Soraru. Namun Luz dan Eve kompak menarik Soraru untuk mundur.
"Kau gila, ya?! Aku masih mau hidup sampai 60 tahun!!" Amuk Luz.
"Aku bahkan belum melamar Sou! Jangan seenaknya kau!" Hardik Eve tak kalah tegas.
Mendengar unjuk rasa tak masuk akal itu, Soraru mengernyit heran. "Kalian ini bicara apa?"
"Sudahlah, biar aku saja!" Luz yang akhirnya merebut posisi pemimpin jalan, melangkah dengan hati-hati diikuti Eve dan Soraru di belakangnya.
Dengan keheningan yang lambat laun terasa semakin mencekam, Luz tidak tahu apakah dia memang beruntung atau hint yang ditulis di dalam surat hanyalah ancaman kosong. Tapi jika yang kedua adalah kebenaran, maka Luz benar-benar bersyukur karena itu artinya mereka bisa tiba di depan gubuk dengan mudah. Luz yang sebelumnya melangkah pelan dengan sedikit berjinjit merubah cara jalannya dan menapak sempurna. Namun belum ada tiga langkah Luz merubah cara jalannya, pria abu-abu itu menginjak gundukan kecil yang mana memicu aktifnya mekanisme yang menyalakan alarm nyaring ke seluruh taman. Menutup rapat-rapat telinga masing-masing, para Tuan Muda itu merapat dengan saling melindungi punggung yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Precious Thief || SakaUra [ END ]
Short Story♦️Utaite Fanfiction♦️ The Last of Mine Series Usai mendapatkan kertas bersimbol unik, Sou memutuskan untuk menyelidiki hal ini diam-diam seorang diri. Lama tak mendapatkan petunjuk, Sou menunda pencarian dan fokus untuk menjalani keseharian barunya...