27 Temporary Detention

58 6 34
                                    

"Jadi, Sakata," Halyosy memulai, jemarinya mengetuk-ngetuk map berisi berkas di tangannya. "Bisa kau jelaskan lebih detail tentang rencana Madotsuki?"

Mata Sakata menerawang sejenak sebelum kembali fokus pada Halyosy. "Madotsuki... dia punya banyak sekali rencana," ujarnya pelan, suaranya sedikit serak. "Tapi tujuan akhirnya adalah menghancurkan tempat ini bagaimanapun caranya."

Di balik kaca one-way, sekelompok orang menyaksikan dan menyimak interogasi itu dengan seksama. Eve berdiri kaku, tangannya terkepal erat di sisi tubuhnya. Di sampingnya, Soraru menggigit bibir bawahnya, matanya tak lepas dari sosok Sakata. Luz yang sudah tampak lebih tenang duduk dengan kepala yang terkulai lesu setelah meminta salah seorang agen membawa Rahwia kembali ke ruangannya untuk beristirahat.

"Selama ini..." Eve berbisik, suaranya bergetar. "Selama ini kita salah sasaran."

Soraru mengangguk pelan, "Kita telah mengarahkan seluruh dendam dan amarah kepada orang yang salah."

Luz berhenti melangkah, matanya menatap nanar ke arah Sakata. "Dan... dia bahkan tidak membantah apapun yang kita katakan."

Menyaksikan sesi interogasi yang terus berlangsung secara damai itu membuat Eve merasakan gelombang emosi yang semakin kuat. Rasa bersalah, kebingungan, dan kemarahan pada diri sendiri bercampur menjadi satu. Dia telah mengatakan hal-hal buruk kepada Sakata lantaran didorong oleh amarah dan kesalahpahaman. Sou yang sejak tadi mengamati mendekat ke arah Eve, berbisik pelan dengan senyum terkembang, "Ini mengingatkanku pada saat kita tahu bahwa Mafu adalah Manjushage. Kita juga terkejut, kan?"

Eve menoleh, matanya bertemu dengan Sou. Dia mengangguk pelan, "Iya, tapi... situasinya berbeda. Posisi Sakata tidak bisa disamakan dengan Mafu. Aku sudah mengatakan hal yang sangat buruk padanya. Bagaimana mungkin aku bisa memperbaiki ini?"

Luz, yang kebetulan mendengar percakapan itu, ikut bergabung. Wajahnya tampak pucat dan lelah. "Aku setuju dengan Eve," ujarnya lirih. "Selama ini aku merasa diriku adalah korban dan sangat ingin menghabisi Red Parade. Tapi sekarang... aku bahkan tidak tahu harus bersikap bagaimana."

Sou kurang lebih dapat memahami kemelut dalam hati Luz. Terlebih, kedua orang tuanya di masa lalu juga pernah terlibat dengan Cross Dead. Akan tetapi, kematian yang menimpa ayah Luz ataupun Ibu Sakata bukanlah sesuatu yang diharapkan keduanya. Luz ingin ayahnya kembali dan Sakata ingin ibunya selamat. Perbedaannya hanyalah Sakata bertaruh dan mempercayakan keselamatan ibunya pada ayah Luz. Dan Luz hanya tidak tahu kebenaran itu.

“Kita tidak punya pilihan selain menebusnya.”

Suara Mafu yang tiba-tiba menyela mencuri perhatian semua orang. “Sakata tahu dengan jelas mengenai pertemuanku dengan ibunya. Tapi dia bahkan tidak mengungkitnya. Meski Sakata berterima kasih padaku soal pembantaian itu, tapi itu tidak merubah fakta kalau aku juga hampir membunuhnya selama ini. Karena itu, yang bisa kulakukan sekarang hanyalah membalasnya dengan melindunginya, seperti bagaimana dia melindungi kita.”

Menatap kembali Sakata yang tampak tenang membeberkan segala macam kemampuan yang dikuasai Madotsuki, Eve mengerjap lemah. Teringat pada saat festival balon membuat Eve perlahan memahami tujuan dari festival yang menghebohkan itu. “Melindungi, ya.”

Soraru yang juga teringat dengan pertarungan pertamanya dengan Red Parade mengulum senyum tipis. “Dia selalu memiliki kesempatan untuk membalas serangan kita, tapi dia hanya menyerang balik dengan serangan biasa.”

Luz menatap Sakata yang tersenyum di dalam sana dengan pandangan nanar. “Dia bertingkah seperti dialah penjahatnya karena namanya. Dia memikul sesuatu yang bukan seharusnya dia pikul.”

My Precious Thief  ||  SakaUra [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang