31 Revenge For The Past

22 4 23
                                    

Derap langkah bergema di seluruh aula lantai satu. Mafu menggenggam erat katananya hingga buku-buku jarinya memutih. Rambut putihnya bergoyang pelan saat angin dingin menyusup melalui celah-celah dinding bangunan tua yang telah lama ditinggalkan. Mata merahnya menatap tajam ke arah Silvana, dengan yukata putih-biru dan jubah yang berkibar lembut dalam remang-remang cahaya rembulan menembus jendela-jendela tinggi yang berdebu.

"Kau yakin hanya akan menggunakan kipas itu?" tanya Mafu, suaranya terdengar meremehkan meski dalam hati ia merasakan kewaspadaan yang luar biasa. Matanya mengamati setiap detail kipas lipat yang terlihat rapuh namun mematikan itu.

Silvana hanya tersenyum tipis, membuka kipasnya dengan gerakan anggun yang diikuti suara 'klik' pelan namun tajam. Cahaya temaram yang masuk melalui jendela-jendela tinggi memantulkan kilau besi yang menjadi kerangka kipasnya, menciptakan kilauan yang mengancam. "Ini lebih dari cukup untuk menghadapimu, Nak," jawabnya tenang, posturnya rileks namun penuh kewaspadaan.

"Hah! Banyak omong!"

Tanpa peringatan, Mafu melesat maju dengan kecepatan tinggi. Katananya terayun dalam gerakan mematikan yang ditujukan ke leher Silvana, bilah tajamnya membelah udara dengan suara berdesis. Namun dengan gerakan yang nyaris tak terlihat, Silvana mengelak ke samping sambil menutup kipasnya dalam satu gerakan mulus. Ujung besi kipas yang tajam menyayat lengan Mafu, merobek yukata putihnya dan menciptakan garis merah panjang yang segera mengucurkan darah.

Mafu melompat mundur, darah segar mengalir dari luka pertamanya, menciptakan tetesan merah di lantai. Ia bahkan belum melihat dengan jelas bagaimana Silvana melakukan serangan itu. Gerakannya begitu halus seperti air yang mengalir.

"Lihat, kan? kipas ini sudah cukup." Silvana mengulum senyum culas.

Mafu mencoba meneguhkan tekad. "Yah, kalau kau lebih lemah dariku, kamu bukan petinggi klan Aikawa."

Kali ini Silvana memilih maju. Ia bergerak begitu lincah dengan setiap langkahnya membawa ancaman. Kipasnya terbuka dan tertutup dalam ritme yang membingungkan, menciptakan ilusi yang mempersulit Mafu untuk membaca gerakannya. Suara dari kipas besinya berpadu dengan langkahnya, menciptakan simfoni pertarungan yang menegangkan.

Mafu berusaha mengambil jarak, tubuhnya berputar cepat untuk berlindung di balik sebuah pilar besar. Debu beterbangan saat bahunya bertemu dengan permukaan pilar dengan kasar. Silvana yang memanfaatkan suara kecil itu untuk mengetahui lokasi Mafu segera meluncur ke samping dengan gerakan memutar yang anggun. Kipasnya menebas udara dalam gerakan melengkung yang mematikan. Ujung kipas yang tajam menciptakan sayatan dalam di paha Mafu, memercikkan darah ke dinding terdekat.

Mafu menggertakkan giginya, menahan rasa perih yang menusuk. Ia mengayunkan katananya dalam serangan horizontal yang kuat, mencoba membuat Silvana mundur. Namun lawannya itu hanya perlu melakukan sedikit gerakan menghindar lalu melompat mundur untuk membuat jarak.

Pertarungan berlanjut dengan intensitas yang semakin meningkat. Mafu melemparkan sebuah kursi kayu ke arah Silvana, serpihan kayu dan debu beterbangan di udara. Silvana merespons dengan menutup kipasnya cepat, menggunakannya seperti tongkat pendek untuk menghancurkan kursi menjadi kepingan. Suara keras kayu yang hancur menggema di ruangan.

Memanfaatkan hujan serpihan kayu sebagai pengalihan, Mafu melesat maju dengan serangan tusukan cepat. Namun, dalam gerakan yang tampak begitu mudah, ia mendefleksi tusukan katana Mafu dengan kipas terbukanya, membuat bilah tajam itu meleset ke samping. Dalam sekejap mata, kipasnya telah tertutup dan bergerak dalam sabetan menyilang yang menciptakan sayatan baru di dada Mafu.

"Bukankah kamu digadang-gadang sebagai pembunuh yang terampil? Tapi apa-apaan ini?" ucap Silvana di sela pertarungan, suaranya tetap tenang namun kalimatnya menyiratkan penghinaan. Ia menghindari serangan putus asa Mafu dengan gerakan memutar yang cepat, jubah biru lautnya berkibar menciptakan tirai yang mengaburkan posisinya. "Apa hanya segini saja perkembanganmu?"

My Precious Thief  ||  SakaUra [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang