33 Purgatory

18 5 5
                                    

Di sudut ruangan yang tersembunyi, Madotsuki duduk dengan napas terengah-engah. Jemarinya menari dengan cepat di atas keyboard laptop. Mantel hitam panjangnya berkibar pelan tertiup angin, sementara keringat dingin mengalir di dahinya yang berkerut.


"Sedikit lagi..." gumamnya dengan suara serak, matanya tak lepas dari layar laptop yang menampilkan progress bar program pengendali bom jarak jauh para anak-anak buahnya yang pasti sudah menyebar ke tiga perusahaan terkutuk itu.


85%... 87%... 90%...


Tawa pelan mulai terdengar dari mulutnya yang kering. "Akhirnya... AKHIRNYA!" serunya dengan wajah yang dipenuhi kepuasan saat melihat angka loading terus merangkak naik. "MATILAH KALIAN SEMUA, HARAPECO!!"


DOR!


Sebuah peluru melesat tepat menembus layar laptop, menghancurkan perangkat itu dalam sekejap. Percikan api kecil muncul sebelum layar itu benar-benar mati, membawa seluruh program yang nyaris selesai ke dalam kegelapan. Serpihan plastik dan kaca dari layar laptop berhamburan di sekitar kaki Madotsuki.


"TIDAK!" Madotsuki berteriak murka, berbalik dengan cepat ke arah datangnya tembakan. Urat-urat di lehernya menegang, matanya nyalang mencari sosok yang berani menggagalkan rencananya.


Dari luar jendela, Sakata menerobos memecahkan kaca dengan kakinya lalu mengayunkan cambuknya ke wajah Madotsuki. Sorot tajam mata merahnya malam ini terasa berbahaya di bawah sinar rembulan di banding biasanya.


"Mari akhiri ini, paman," ujar Sakata dengan senyum tipis, suaranya terdengar tenang namun mengancam. "Lagipula, aku sudah jauh lebih mandiri sekarang. Aku tidak lagi butuh wali."


"KEPARAT KAU, SAKATA!!!"


Belum sempat Madotsuki bereaksi, Sakata melompat dengan gerakan akrobatik yang mulus. Di udara, ia memutar tubuhnya 360 derajat sambil mengayunkan cambuknya dengan presisi.


CTAR!


Ujung cambuk itu menyabet telak di pipi kiri Madotsuki, meninggalkan garis merah yang dalam. Darah segar mengalir dari luka sayatan yang menganga.


"ARGH!" Madotsuki mengerang, refleks menyentuh pipinya yang terluka. "Brengsek!"


Dengan gerakan cepat, ia mengeluarkan dua pistol dari balik mantelnya. Dengan kecepatan yang mengagumkan untuk pria seusianya, ia melepaskan tembakan beruntun ke arah Sakata. Kedua pistol mengeluarkan api dari moncongnya, menerangi area atap dengan kilatan-kilatan terang.


DOR! DOR! DOR! DOR!


Namun Sakata bergerak lebih cepat, tubuhnya meliuk dengan kelenturan yang tidak masuk akal. Setiap peluru yang ditembakkan Madotsuki hanya menembus udara kosong, meninggalkan jejak-jejak lubang di dinding dan lantai atap. Sakata berputar, melompat, dan menunduk dengan timing yang sempurna, seolah ia bisa membaca setiap gerakan Madotsuki sebelum terjadi.

My Precious Thief  ||  SakaUra [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang