Soraru yang membuka pintu kamar segera menyambut senang. "Akhirnya datang juga!"
Membalas sama riangnya, Sakata membawa masuk kotak makanan ke dalam kamar. "Selamat siang para uangku~!"
"Apa itu yang diajarkan Urata padamu? Kurang ajar," umpat Eve dengan tawa lebar.
Membalas dengan kekeh kecil, Sakata meletakkan kotak ke atas meja makan yang sudah di set untuk di dalam kamar dan mengeluarkan satu persatu mangkuk. "Sebenarnya tidak diajarkan juga, sih, toh uang kalian nanti bakal jadi biaya pernikahan kami juga."
"Aah, tidak~ Sakata tidak lagi bodoh seperti dulu~" gurau Soraru dengan tawa tipis.
"Bagaimana kabar Urata-san sekarang?" tanya Luz yang ikut membantu menata hidangan.
"Baik, kok. Walau agak repot karena Mafu-kun dan So— ah!"
Sadar sudah kelepasan, Sakata tidak berani mengangkat kepala kala wajahnya mulai terasa sedang dilubangi oleh hujaman dari kedua mata yang memelototinya dan menuntut penjelasan. Luz yang tidak ingin terperangkap dalam zona ancaman ini segera mundur dengan duduk sopan dan menyesap tehnya, berlagak tidak melihat apa-apa.
Tidak ingin berlama-lama larut dalam tekanan, Sakata segera menyelesaikan pekerjaannya dan berbalik undur diri. "Uuh ... itu, aku kebetulan ingat ada pesanan lain, jadi—"
"Ara? Urata bilang justru kamu yang mengantar karena tidak ada kerjaan siang ini?" ujar Soraru dengan seringai tajam.
Alamak, Ura-saannnn!! Jerit Sakata dalam hati.
Entah kapan Eve bergerak, pria itu sudah di belakang Sakata dan merangkul bahu pria merah itu. "Sepertinya kamu juga belum makan siang, ya. Aku akan minta pelayanku mengambilkan satu kursi lagi."
"Eh, eh, gak perlu, emm ... Eve-san? Aku mau langsung—"
Membuka dompetnya, Eve berlagak macam orang kebingungan. "Oh, gawat, sepertinya aku tak punya uang pas. Sepertinya aku tidak perlu kembalian—"
"Jadi gini." Sakata sudah pindah duduk di kursi Eve dengan wajah serius bak saksi mata kasus kejahatan. Soraru dan Eve tersenyum puas. Sedangkan Luz masih setia menyeruput teh dengan tenang.
Ada sekian menit makan siang menjadi sesi interogasi untuk kemudian melunak menjadi obrolan yang hanya diisi keluh kesah mengenai pasangan masing-masing. Sakata yang sudah tidak lagi diserang dengan rentetan tanya Soraru dan Eve kini bisa menelan makanannya tanpa merasakan keram pada perut.
"Mafu itu terlalu menggampangkan situasi! Dipikirnya semua anak kecil bisa menoleransi rasa pedas, kah? Lambung anak-anak itu, kan, masih rawan sakit kalau makan pedas berlebihan!" gerutu Soraru.
"Sebenarnya sama orang dewasa pun itu berlaku juga, sih," timpal Sakata.
"Tapi, kan, orang dewasa sudah bisa menoleransi beberapa jenis rasa pedas!"
"Ah, oke—" Sakata memutuskan untuk bungkam. Sudah hukum alam untuk tidak membantah perkataan orang tua.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Precious Thief || SakaUra [ END ]
Short Story♦️Utaite Fanfiction♦️ The Last of Mine Series Usai mendapatkan kertas bersimbol unik, Sou memutuskan untuk menyelidiki hal ini diam-diam seorang diri. Lama tak mendapatkan petunjuk, Sou menunda pencarian dan fokus untuk menjalani keseharian barunya...