08 Uninvited Guest

109 9 42
                                    

Memandangi langit yang menguning dengan senyum lebar, pria dengan mantel hitam panjang itu bersenandung pelan dan memutar tubuh ke arah sebaliknya. Menikmati heningnya koridor di mansion besar ini, pria itu mendekati sebuah pintu dan memasukkan ujung pinset ke lubang kunci pintu sekali putar. Begitu suara klik terdengar, ia mendorong pintu santai dan bersiul kala menelisik seisi ruangan yang di kelilingi oleh rak-rak buku. Langsung menuju meja kerja, pria itu menarik kursi dan menyalakan komputer. Memastikan sarung tangan hitamnya terpasang rapi, ia menyambungkan flashdisk ke CPU lalu meng-klik icon folder. Sekian menit berselancar dan membuka satu demi satu file, manik ungu gelap pria itu perlahan menyipit dan bergumam panjang.


"Tidak kusangka Kurowa Eve akan serapi ini. Atau dia memang sengaja hanya meninggalkan file dokumen yang hanya separuh dalam komputernya?" duga pria itu. " ... ah, benar juga. Wajar dia melakukan hal ini karena anak itu ketahuan saat menyusup."


Setelah membaca semua file yang ia buka, layar kembali ke tampilan awal untuk kemudian layar komputer mendadak dipenuhi peringatan error akibat masuknya virus. Mencabut flasdisk santai, pria itu mendengus tipis. "Sangat disayangkan tapi mau bagaimana lagi. Mungkin di tempat selanjutnya bisa kudapatkan. Dengan begitu, pasti ... "


Beranjak dari kursi, pria itu menyibak poni surai hitamnya dan meninggalkan ruang kantor Eve begitu saja. Meraih gagang pintu, pria itu menoleh sejenak ke dalam ruangan untuk kemudian menutup rapat pintu dalam keadaan tak terkunci. Ada sekian saat pria itu diam di depan pintu dan menoleh ke sisi, sesaat terpikir untuk masuk lebih dalam dan melihat-lihat tempat lain. Akan tetapi tujuan utamanya adalah ruang kantor sang Tuan Muda, jadi berkeliling hanya akan membuang-buang waktu.


Menarik sedikit lengan mantelnya, ia melirik jam arloji yang menunjukkan jam 5 sore. "Sepertinya pertunjukkan anak itu sudah selesai, ya. Pasti banyak hal menyenangkan terjadi disana."


Awalnya pria itu sama sekali tidak setuju dengan usulan baru yang diberikan keponakannya. Tetapi saat mendengar kalau anak itu ingin memvalidasi keterikatan Manjushage dan ZINGAI, maka ia tidak punya alasan untuk menolak usulan tersebut. Apalagi dengan melibatkan warga sekitar, sudah pasti semua orang akan dikerahkan dan dia bisa lebih mudah menyusup ke mansion tanpa harus bersusah payah.


"Dia benar-benar mirip Tuan Besar, mau ratusan kali dia menyangkal," pujinya senang.


Seperti halnya dia datang ke mansion, pria itu pun dengan mudahnya pergi dari sana. Kalaupun ia terekam dalam CCTV, para ZINGAI itu hanya bisa menggertakkan gigi karena kecerobohan mereka sendiri. Seiring senandungnya bergema di sepanjang koridor, langkah santai yang juga mengiringi secara tidak langsung menyiratkan betapa gembira hati pria itu dengan situasi yang sangat menguntungkannya ini.


Di salah satu kursi taman, Eve mengerjapkan matanya untuk kemudian mendapati Sou sebagai hal pertama yang ia lihat. Sou yang juga akhirnya merasa lega karena Eve sudah siuman langsung meraih lengan Eve.


"Eve-san!!"


Hendak bangun dari rebahnya, Eve meringis sakit dan spontan meremat bahu kirinya. Terkejut dengan hal ini, Sou segera membantu Eve duduk dan memeriksa bahu Eve. "Apa kau terluka?!"


Mungkin karena masih mengumpulkan kesadaran, Eve tidak langsung menjawab. Untungnya keheningan itu tidak berlangsung lama dan ia mengusap wajahnya. " ... bagaimana pestanya?"

My Precious Thief  ||  SakaUra [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang