1. Aura of the Ruler
BRAAAK!!!
"OI, OI, YANG BENAR SAJA!! JANGAN MAIN-MAIN DENGAN MAKANAN, DONG!!"
Teriakan pengunjung di sala satu meja makan membuat semua perhatian tertuju padanya. Sou yang sejak tadi makan sambil mengerjakan tugas ikut menoleh dan menatap meja yang diisi oleh 3 preman berbadan besar. Tampaknya mereka memesan set katsudon dan aneka gorengan lain. Akan tetapi, salah satu mangkok terlihat berantakan seolah diaduk-aduk dengan kasar.
Sakata yang buru-buru menghampiri pun menyapa takut-takut. "Pe-permisi, ada masalah apa, ya?"
"Hah! Lihat ini dengan matamu!!" Preman itu mengangkat mangkoknya ke hadapan wajah Sakata. "Bisa-bisanya ada tusuk gigi di dalam katsu!! Kau mau main-main, ya?!"
"Eh? Ta-tapi seharusnya itu tidak mungkin! Tusuk gigi diletakkan di tiap meja makan-"
"LALU APA?! KAU MAU BILANG AKU BERBOHONG?!"
Jelas banget dia bohong, wajahnya kebaca sekali, batin Sou.
Sou yakin Sakata juga pasti menyadari kebohongan itu. Tetapi melihat pria merah itu tampak berpikir keras, sepertinya dia ingin menyelesaikan masalah ini tanpa menggunakan kemampuannya. Sakata benar-benar berhati-hati menjaga rahasianya itu. Mengambil satu suapan, Sou beranjak dari kursinya. Berniat untuk membantu. Namun, dia mengurungkan niat begitu melihat Urata keluar dari dapur dan memancarkan aura yang cukup membuat Sou memiliki alasan untuk bersembunyi.
Menyadari kedatangan Urata, Sakata hendak berseru dan meminta tolong. Akan tetapi, melihat bagaimana raut Urata yang biasanya manis itu dipenuhi oleh kemarahan membuatnya ciut dan buru-buru menyingkir dan membuka jalan. Tiga preman itu merenggut marah, tak terima di tantang oleh orang yang jauh lebih kecil dari mereka.
"Apa masalahmu?" tanya Urata dingin.
"TELINGAMU ITU PAJANGAN, HUH?? KAU LIHAT-!"
Belum rampung omelan salah satu preman, Urata menghajar wajah preman itu dengan gagang spatula dengan ayunan kuat. Pukulan itu membuat preman tersebut terhuyung dan kepalanya membentur punggung kursi kosong di belakangnya.
"Aku tanya apa masalahmu, kan?"
Dua preman yang lain melompat dari kursi mereka. "OI! KAU PIKIR APA YANG KAU LAKUKAN?!"
"Katamu tadi, katsudon buatanku ada tusuk gigi, kan? Kau tahu gunanya tusuk gigi?" ujar Urata sembari tangannya mengambil salah satu mangkuk penuh katsudon.
Dengan sekuat tenaga, Urata menendang selangkangan preman di hadapannya lalu membekap wajah preman itu dengan katsudon panas. Raungan perih preman itu menggelegar ke seluruh rumah makan yang mana membuat para pengunjung yang menyaksikan memilih untuk menundukkan pandangan.
Tak ayal, preman satu lagi yang tersisa kebingungan dan bergidik ngeri. Terlebih melihat suasana rumah makan yang mencekam seolah mereka kompak untuk tidak menginterupsi penyiksaan itu.
"Ap-apa-apaan?!" cicit preman itu.
Hampir semua orang yang tinggal di kawasan perbelanjaan tahu betul dengan setiap pemilik toko yang ada. Para pengunjung yang sudah berlangganan mendatangi kawasan ini pun pasti sudah mengerti ciri khas setiap toko langganan mereka. Hal ini juga berlaku di rumah makan Yamadanuki, di mana rumah makan ini terkenal dengan cita rasa masakan yang kaya dan pelayanan yang ramah dan hangat. Akan tetapi, ada peraturan tak tertulis yang menyatakan untuk tidak membuat koki rumah makan itu marah. Gangguan dari pengunjung yang buruk tidak terjadi sekali dua kali, namun bukan sekali dua kali orang-orang di kawasan itu melihat seperti apa koki rumah makan Yamadanuki marah. Bagi Sou yang sudah mengenal Urata sejak sekolah, membuat Urata marah itu sama saja dengan mencari mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Precious Thief || SakaUra [ END ]
Short Story♦️Utaite Fanfiction♦️ The Last of Mine Series Usai mendapatkan kertas bersimbol unik, Sou memutuskan untuk menyelidiki hal ini diam-diam seorang diri. Lama tak mendapatkan petunjuk, Sou menunda pencarian dan fokus untuk menjalani keseharian barunya...