20 Agreement

39 6 23
                                    

Membuka matanya perlahan, Soraru mengerang lemah sebelum kemudian mengusap wajah lelah. Tidak perlu baginya untuk mengumpulkan kesadaran karena rasa nyeri di sekujur tubuh telah membawa semua kesadarannya ke permukaan. Baru pria biru itu akan mengedarkan pandangan, ia bertemu mata dengan sepasang mata kekuningan milik harimau putih yang menguap lebar tepat di depan wajahnya.


Belum sempat Soraru memproses situasi, telinganya menangkap suara isakan dari arah samping kirinya. Menoleh patah-patah, Soraru menemukan Park Sia yang duduk memeluk lutut tampak ingin menangis lantaran adanya harimau lain yang merebahkan diri tepat didepan mereka berdua. Yang artinya, mereka berdua terkurung di pojok dengan dua harimau sebagai penjaga.


Sepertinya, dari semua penculikan yang pernah Soraru alami, penculikan kali ini terlalu mengguncang akal sehatnya.


"Ka-kamu bangun, Soraru-san," lirih si agen.


Terkejut dengan suara yang terlalu berat untuk seorang wanita dan terasa familiar itu membuat Soraru terkesiap. " ... Sou?"


Sou seketika berlinang air mata. "Iya ...! Ini aku ...!"


"Astaga, sini, sini!" Menarik Sou ke dalam pelukan, Soraru menepuk-nepuk punggung Sou beberapa kali sambil melirik hati-hati kearah dua harimau yang memagari mereka. "Apa yang sebenarnya terjadi selama aku tidak sadar?"


"Ugh, itu ... setelah kalian kalah dari Madotsuki, aku berusaha untuk mengulur waktu sampai Reol-san atau Sekihan-san datang. Tapi aku juga tidak berhasil menang darinya. Hal terakhir yang aku ingat hanya kamu yang dibawa di mulut harimau putih itu lalu aku juga tidak sadarkan diri setelahnya," cerita Sou.


"Begitu, ya. Ada dugaan siapa pemilik dua harimau ini?"


"Entahlah, tapi kurasa Red Parade ada hubungannya karena sebelum aku pingsan ada seseorang yang meledakkan bom asap."


Memerhatikan sekeliling, Soraru menyimpulkan kalau mereka berdua saat ini disekap di sebuah kamar sederhana dengan satu ranjang dan satu set meja makan sebagai furnitur utama dalam kamar. Penerangan satu-satunya ruangan ini hanyalah cahaya matahari yang masuk dari ventilasi yang memanjang dari pojok kiri ke kanan tepat di atas kepalanya. Merasa Sou sudah sedikit tenang, Soraru menghela napas lega lalu melonggarkan pelukan.


Tak sengaja menggeser kakinya, harimau putih yang awalnya merebahkan kepalanya tiba-tiba mendongak dan menggeram marah kearah Soraru. Dua pria itu spontan kembali saling memeluk dengan wajah pucat. Meski bagusnya mereka tidak diikat, tapi dengan dua harimau buas dan sensitif ini jelas membuat keduanya lebih putus asa untuk kabur.


"Mau bagaimana lagi, kita hanya bisa menunggu bala bantuan datang," ujar Soraru.


"Tapi semua peralatan kita telah dilucuti, termasuk pelacak yang ada di beberapa aksesori pakaian juga," ungkap Sou.


Soraru mengernyitkan dahinya, berusaha berpikir keras. Aku harus bagaimana, Mafu?


Di waktu yang sama, tepatnya di salah satu kamar rawat inap rumah sakit, Eve yang telah siuman duduk termenung dengan sepasang mata kosong. Di ranjang sampingnya, Luz belum sadarkan diri. Mendengar suara ketukan, Eve mendongak dan menatap sosok Mafu yang menggeser pintu dan melangkah masuk dengan mata terbungkus perban.

My Precious Thief  ||  SakaUra [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang