.....
Aku kembali duduk dibangku yang sama, setelah lima tahun berlalu. Masih teringat jelas bagaimana ia nyata, aku bahkan merasakan kehangatan disetiap hadirnya.
"Aya, kenapa sendirian disini? Seharusnya kamu pulang, kamu tak perlu menunggu saya lagi."
Seharusnya kamu tak perlu datang, walaupun aku menginginkannya, Jihad. Aku sudah ikhlas, biarkan luka ini sembuh, dan biarkan aku mengingatmu.
"Selama masih ada yang mengingatnya, ia akan terus hidup, walau tanpa raga."
Tapi mungkin sekarang aku harus memulai lembaran baru, bersama orang baru.
"Tak apa Aya, kamu tak perlu khawatir soal saya disini. Melihatmu bahagia itu sudah cukup."
Aku tahu hanya ada aku sendiri ditempat ini, tapi mengapa selalu ada suaramu yang begitu aku rindukan? Jihad, setelah ini apakah aku akan datang ke tempat ini lagi?
Berhentilah membuat suara-suara itu hidup dalam kepalaku.
Sebab, setiap kali aku mengunjungi taman ini seolah ada dirimu yang terduduk dan menungguku di bawah pohon ini.
Padahal dirimu bahkan tak lagi bisa kugenggam.
Bagaimana bisa, aku lebih menyayangi dirimu dari apapun di dunia ini?
Mengapa aku harus bertemu denganmu?
Mengapa harus kamu?
Dan mengapa hanya aku yang bisa mendengar suaramu?
Ini sebuah kesalahan, Jihad.
Vote kamu sangat berpengaruh untuk kami ❤️
Wajib banget vote cerita ini, kalian harus baca minimal lima chapter, kalau masih gak tertarik, silahkan cari tempat lain, karena kalian baru boleh menilai cerita setelah membaca lima chapter pertama.. (Maaf..)
KAMU SEDANG MEMBACA
LIKE WE JUST MET
FanfictionTerlalu dikata sederhana untuk sebuah kenyamanan yang tercipta, sampai-sampai ia lupa, bahwa ia hidup dalam kebutaan atas kenyataan. Akankah ia bisa keluar dalam zona nyamannya? ____________ "Ini adalah cerita yang sangat bagus." "Bukankah begitu?" ...