"Halo." Sapa Alpha menelepon seseorang.
"Oh Vin, tumben kamu menghubungi bunda dulu ada apa?" Tanya seorang wanita di telepon yang bisa dipastikan adalah bunda Vin.
"Nggak apa-apa bun, V-Vin hanya kangen." Ujar Alpha gugup.
"Beginikah suara wanita yang melahirkan ku?" Batin Alpha.
Sebuah senyuman terukir jelas di wajahnya yang sangat jarang ia tunjukkan pada siapa pun.
"Vin kamu sudah makan? Bunda bilang kan jangan lupa makan nanti sakit. Suaramu juga terdengar berat, apa kamu benar-benar sakit?" Tanya wanita iu khawatir.
"Beginikah rasanya dikhawatirkan? Heh." Batin Alpha terkekeh.
"Tadi Vin sudah makan. Emm bunda Vin mau bertanya satu hal." Ujar Alpha pada wanita itu.
"Mau tanya apa sayang hm?" Tanya wanita itu penasaran.
"Apa.. Vin punya saudara kembar?" Tanya Alpha.
Mendengar pertanyaan Alpha lantas wanita itu terdiam sejenak.
"A-Ahahaha kamu ini bicara apa. Kamu anak bunda satu-satunya, kamu tidak punya saudara. D-Dasar kamu ini, kenapa kamu nanya itu, hm?" Ujar wanita itu yang terdengar gelagapan.
Mendengar jawaban itu rahang Alpha mengeras, tangannya mengepal kuat. Entah kenapa jawaban itu membuat hatinya seolah tergores.
Setidaknya kejujuran itu akan sedikit menenangkan hatinya walaupun kenyataan itu pahit. Mendengar kebohongan itu membuat Alpha berpikir, bahwa dia adalah sosok yang tidak diinginkan kehadirannya hingga membuat wanita yang melahirkan nya berbohong mengenai keberadaan nya.
"Haha tidak apa-apa, tadi Vin melihat seseorang yang mirip sekali dengan Vin jadi kupikir dia kembar dengan Vin." Ujar Alpha terkekeh menahan emosi.
"K-Kamu lihat dimana nak?" Tanya bunda Vin yang terdengar seperti ketakutan.
"Sudah lupakan saja, kupikir aku salah orang, Vin tutup telpon nya dulu." Balas Alpha langsung mematikan panggilan audio itu tanpa sempat mendengar jawaban dari wanita itu.
Mata Alpha menatap tajam ke depan dengan tangan mengepal kuat.
"HAHAHAHAHA" Tawa Alpha sambil mendongak keatas.
"Hahh hahaha. Jangan salahkan aku jika nanti kau kehilangan putramu. Karena kau sendirilah yang membuat alasan itu jelas. Alasan kenapa aku harus membunuh Vin." Dengus Alpha dengan kasar lalu terkekeh sambil menyeringai, nampak jelas dimatanya tatapan keserakahan.
*****
Gelap. Satu-satunya kata yang mendeskripsikan suasana malam tanpa cahaya bulan itu. Namun kegelapan itu tak mampu menyembunyikan kedua ujung bibir Vin yang tertarik dan sedikit memperlihatkan giginya. Matanya berbinar sangat menyiratkan isi hati nya yang kini tengah merasakan sebuah arti dari, "Kebahagiaan".
Sesekali ia menatap Alpha dengan senyum yang sedari tadi melekat pada wajahnya. Alpha yang sedari tadi sudah menyadari tatapan menusuk dibelakang nya itu lantas menghentikan langkahnya.
"Senang?" Tanya Alpha pada Vin yang langsung dibalas anggukan cepat oleh Vin.
Baru kali ini Vin merasa se senang itu. Alpha hanya mengajaknya makan malam makanan favoritnya di sebuah kedai kecil yang tak jauh dari rumahnya. Sederhana, namun membuatnya merasakan hangat nya sebuah rasa persaudaraan.
"Ada tempat yang ingin lu kunjungi?" Tanya Alpha.
Vin menatap Alpha berbinar seolah mengatakan boleh kah dia untuk mengunjungi nya. Melihat itu lantas Alpha mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm the VILLAIN
Teen Fiction[SEDANG DALAM PERBAIKAN] Setelah semua yang ia korbankan, bahkan termasuk seluruh hidupnya, tapi kenapa justru kematian adalah balasannya? Apakah kehidupan itu benar-benar adil? Tidak, apa bahkan ia bisa dikatakan, 'Hidup'? Code name ALPHA. Seorang...