33-Anger in Memory

140 21 4
                                    

[Arus waktu bagaikan aliran sungai yang tiada henti
Mengalir deras dan tak pernah kembali
Jarum jam berputar dalam hitungan nya dan tak pernah berhenti
Detik demi detik berlalu dan terus pergi
Masa lalu dalam memori, dan masa depan penuh misteri
Menandai jejak kehidupan yang tak terganti
Yang tersisa hanyalah masa kini, yang harus dijalani
Karena waktu yang hilang, takkan pernah terulang lagi]

"Apa yang kau lihat?" Tanya Alpha pada seorang laki-laki yang tampak berusia beberapa tahun lebih tua dari nya.

Sepasang manik mata teralihkan begitu mendengar suara yang tidak asing di telinga nya. Tangannya menunjuk ke depan memberi tahu Alpha apa yang tengah dilihatnya.

"Seandainya kita terbebas dari sini, aku akan bersekolah, menjadi sukses, memiliki pekerjaan yang biasa-biasa saja, memiliki keluarga ku sendiri, lalu menjadi tua dan mati dengan tenang." Ujar 005 pada Alpha sambil menatap segerombolan siswa yang tampak tertawa satu sama lain sambil menggendong tas mereka masing-masing.

Alpha menatap raut wajah laki-laki dihadapan nya sambil terkekeh.

"Don't be stupid. You know it's not gonna happen, right?" Ujar Alpha dengan nada bercanda.
("Jangan bodoh. Kau tau itu tidak akan terjadi, kan?")

*****

Langkah kakinya terus melaju cepat meskipun dengan tertatih. Deru nafasnya tak beraturan, dan matanya terus terbuka lebar menatap ke depan. Hanya sebuah harapan kecil yang meneguhkan hati nya, dan menguatkan tubuhnya untuk terus bergerak.

"Tidak tidak tidak. Kumohon. Sekali ini saja kumohon." Gumam nya dengan sebulir air mata yang jatuh tak terasa.

Kakinya bergerak lebih cepat begitu melihat tempat yang sejak tadi ingin ditujunya. Sebuah perkemahan kecil, sebuah rumah bagi Alpha, dengan beberapa orang yang sudah seperti keluarga di dalamnya. Hatinya merasa tenang begitu melihat keadaan nya masih baik-baik saja.

Kakinya terus berjalan cepat menghampiri perkemahan itu, dan semakin dekat setiap saat nya. Sebuah tangan tampak melambai dari kejauhan, menampakkan sebuah wajah dengan sebuah senyuman tengil khasnya namun begitu menenangkan.

Alpha terkekeh begitu melihat sosok yang tak asing tampak menyambutnya ramah. Ia terus mempercepat jalannya menghampiri laki-laki itu begitu melihat wajah yang sangat dikenalnya itu. Hingga sebuah kilatan cahaya begitu terang menghalangi pandangannya. Dentuman yang begitu keras datang tanpa aba-aba hingga membuat sekitarnya seolah membisu tak bersuara. Sebuah ledakan yang tanpa ia sadari dengan singkat menghancurkan segalanya. Sebuah tujuan, harapan, kehidupan, segalanya.

Tubuh Alpha terpelanting jauh akibat ledakan itu. Tubuhnya membentur tanah dengan kuat dan membuatnya kesulitan untuk bergerak. Cahaya yang sangat menyilaukan hingga membuat matanya terpejam erat. Alpha berusaha bangkit dan membuka matanya perlahan. Telinganya berdenging hebat hingga ia bahkan tak dapat mendengar suaranya sendiri.

"Alpha?" Panggil seseorang pada Alpha.

Semburat cahaya matahari pagi melewati sela-sela tirai, dan menyapa hangat wajah Alpha. Ia membuka matanya sayu begitu mendengar namanya dipanggil. Alpha menghela nafas dalam-dalam memantapkan hati nya. Kembali meyakinkan dirinya bahwa itu hanya mimpi, hanya sebuah memori yang ia harap takkan terulang lagi.

"Kau menangis?" Tanya seorang gadis yang kini berada di hadapan Alpha.

Mendengar ucapan Jenny lantas Alpha segera mengusap air matanya yang terjatuh melewati pipinya.

I'm the VILLAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang