49-[Ares] : Club (1)

68 13 0
                                    

"Gw mau ikut!" Ujar Eva memaksa.

"Berapa kali ku bilang? Ini terlalu berbahaya, tidak ada yang tau apa yang akan terjadi disana nanti." Sahut Alpha.

"Gw janji gak akan ngerepotin kok, gw bakal berusaha semampu gw buat bantuin lu. Biarin gw ikut." Ujar Eva keras kepala.

Alpha menatap ke arah Eva dengan tajam. Melihat tatapan itu Eva tak berani lagi untuk mengeluarkan suaranya. Alpha yang menyadari Eva ketakutan terhadap nya, tak mengatakan apapun dan kembali melanjutkan langkahnya.

"Halo? Kau sudah dapat alamatnya?" Ujar Alpha melalui ponselnya.

"Tentu saja. Sekitar 2 jam lagi kapalnya berlabuh, akan ku kirimkan lokasi nya." Balas Victor.

"Cukup jauh juga. Baiklah, aku segera kesana." Ujar Alpha sambil bergegas mengendarai motor nya.

"Aku sudah menelusuri informasi terkait bandar narkoba ini, sepertinya barang mereka dikirim dari kawasan *Golden Triangle. Tidak diketahui siapa pemiliknya, yang jelas ia menggunakan kurir sebagai kambing hitamnya, jadi tidak ada yang tau pasti seperti apa rupanya. Tapi dari kabar yang beredar, 'pemilik palsu' itu dikawal oleh beberapa orang VVIP yang dinamakan 7 Rings." Jelas Victor.

*Kawasan Golden Triangle atau Segitiga Emas adalah wilayah di Asia Tenggara yang mencakup perbatasan tiga negara: Myanmar, Thailand, dan Laos. Nama "Golden Triangle" diberikan karena wilayah ini menghasilkan "emas hitam" atau opium, yang kemudian diolah menjadi heroin. Sejak tahun 1950-an, kawasan ini telah menjadi pusat perdagangan narkotika internasional, dengan sebagian besar produksi opium berasal dari Myanmar.

"Tidak ada yang tau sehebat apa kemampuan 7 orang itu, yang jelas mereka menggunakan cincin yang sama sebagai kartu identitas mereka di dunia narkoba ini. Aku memperingatkan mu soal ini, karena banyak orang sesama bandar narkoba biasanya akan menjauhi orang-orang yang tampak menggunakan cincin di jari tengah tangan kanan nya." Sambung Victor.

"Bagaimana caraku menangkap pelakunya  jika kau sendiri tidak tau siapa orang dibalik para 'pemilik palsu' itu?" Tanya Alpha sambil mengendarai motornya.

"Entahlah. Gunakan saja insting mu. Oh iya, mengetahui informasi bahwa mereka sering mengirim 'barang' dan lolos pengecekan, sepertinya memang benar ada orang dalam yang membantu mereka. Kalau kau bisa memberiku informasi dengan cara apa mereka berkomunikasi, aku pasti bisa melacak siapa saja orang yang terlibat." Ujar Victor.

"Baiklah." Jawab Alpha singkat melalui earpiece nya.

Tak terasa kini Alpha tiba di pelabuhan dan memarkir motornya dengan hati-hati. Angin laut berhembus cukup kencang, membawa aroma segar yang khas. Suara ombak yang menghantam dermaga terdengar jelas di telinganya. Sambil mengunci motornya, ia melihat ke kejauhan dan memperhatikan seorang pria lain yang berdiri di ujung dermaga, tampak menunggu sebuah kapal yang akan segera berlabuh.

Alpha berjalan menghampiri pria itu.

"Seperti nya anda tengah menunggu seseorang?" Ujar Alpha membuka suara.

Mendengar hal itu lantas orang itu menoleh ke arah Alpha yang mengajak nya bicara.

"Ah, ya, kau benar. Sebentar lagi teman ku sampai." Balas pria tersebut singkat lalu kembali menatap ponselnya.

Alpha hanya mengangguk sambil sedikit melirik ke arah layar ponsel pria itu.

"Hey Victor, kau dengar aku." Gumam Alpha sambil berjalan sedikit menjauhi pria itu.

"Ya, katakanlah." Sahut Victor.

"Kau bisa mematikan cctv di area ini? Sebentar saja. Ada yang perlu ku lakukan." Ujar Alpha.

I'm the VILLAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang