"Heh. Padahal aku mau menyelesaikan misi ini diam-diam. Tapi sepertinya tidak bisa ya. Nah siapa yang mau maju duluan?" Ujar Alpha tersenyum miring.
"Sekitar 30 orang? Aku tidak punya waktu untuk bermain-main. Akan ku kalahkan mereka dengan cepat." Batin Alpha sambil mengeluarkan pisaunya.
Mendengar provokasi Alpha, seorang pria pertama mendekat sambil mengacungkan celuritnya pada Alpha. Dengan cepat Alpha juga melesat ke arah pria itu sambil memutar mata pisaunya, menciptakan kilatan tajam yang menggores rahang pria itu. Merasakan rasa perih pada wajahnya pria itu justru semakin membabi buta mengayunkan senjatanya. Alpha menghindari setiap tebasan yang diarahkan padanya, ia dengan cepat mendekati pria itu dan menggorok leher pria itu hingga terjatuh ke lantai.
Melihat rekannya sudah terkapar tak berdaya, lawan berikutnya mencoba menyerang dari belakang, tetapi Alpha dengan cekatan berbalik, menggunakan siku untuk memukul perut bagian samping lawan dan melanjutkan dengan pukulan keras ke wajah. Kedua kakinya berputar melilit tubuh pria itu dan membantingnya dengan kuat.
Tak tinggal diam, melihat Alpha tengah sibuk melawan seorang pria, tiga orang lainnya menyerang bersamaan. Menyadari hal itu, Alpha segera menancapkan pisaunya pada leher pria yang terkapar dibawahnya, lalu dengan cepat melompat ke udara, melakukan tendangan berputar yang menghantam kepala salah satu lawan, sementara tangannya mengambil pisau lain dan bergerak cepat untuk melukai dua lainnya. Setiap gerakan Alpha tersebut penuh dengan keahlian dan strategi, memanfaatkan gravitasi kapal yang bergoyang untuk menambah kekuatan pada serangannya.
Dengan keahlian dalam seni bela diri dan pemahaman mendalam tentang taktik pertempuran, Alpha berhasil mengalahkan semua lawannya hanya dalam waktu yang cukup singkat. Dia menggunakan kombinasi serangan tangan kosong, tendangan, dan penggunaan pisau yang presisi untuk memastikan setiap lawan nya terjatuh dan tak bisa bangkit lagi. Lantai kayu yang sebelumnya bersih itu kini penuh dengan genangan darah dan bau anyir yang semerbak memenuhi ruangan.
Tak mendengar suara apapun lagi, kedua pria yang sebelumnya berjaga diluar pintu itu, lantas masuk ke dalam ruangan itu untuk melihat apa yang terjadi. Sangat terlihat dengan jelas betapa terkejutnya raut wajah mereka begitu melihat rekan-rekan nya tergeletak kaku di lantai.
"Aku hanya akan membiarkan salah satu dari kalian hidup jika mau menjawab pertanyaan ku. Jadi katakan, siapa diantara kalian yang masih mau hidup?" Tanya Alpha menatap kedua pria itu dengan tajam.
"Persetan dengan mu!" Pekik salah seorang pria berlari ke arah Alpha sambil mengangkat parangnya.
Dengan cepat Alpha melemparkan sebuah pisau yang sejak tadi di genggamnya dan menancap tepat pada dahi pria itu yang membuatnya seketika jatuh tersungkur.
Melihat rekannya yang sekejap mata menjadi mayat, pria itu lantas membalikkan badannya dengan cepat dan berniat melarikan diri. Tak tinggal diam, Alpha menarik sebuah pisau dari leher mayat seorang pria di bawahnya dan melemparkannya. Dengan cepat pisau tersebut melayang dan menancap tepat pada betis pria di depannya itu yang membuatnya terjatuh.
Alpha berjalan menghampiri pria itu yang kini berusaha bangkit. Kaki Alpha menekan punggung pria itu dan membuatnya tetap menempel pada lantai.
"Siapa orang di balik semua ini?" Tanya Alpha.
"A-Aku tidak tau!" Sahut pria itu dengan cepat.
Mendengar jawaban itu, Alpha semakin menekan punggung pria itu menggunakan kakinya.
"A-Aku benar-benar tidak tahu! Aku hanya diminta untuk mengawal barang-barang nya dengan selamat." Jelas pria itu.
"Lalu dimana barang-barang nya di simpan?" Tanya Alpha.
"Di palka kapal." Jawab pria itu cepat.
"Tunjukkan jalannya!" Titah Alpha sambil menarik paksa kerah baju pria itu.
Dengan langkah kaki tertatih pria tersebut berjalan mendahului Alpha untuk menunjukkan jalan.
Tak berselang lama kaki mereka kini sudah sampai pada sebuah ruangan dengan tumpukan kardus di dalamnya.
"Victor? Kau menemukan sesuatu?" Tanya Alpha.
"Belum, aku masih menelusuri lebih lanjut. Ada apa?" Tanya Victor.
"Entah kenapa aku merasa ini terlalu mudah. Apa mungkin ini jebakan?" Ujar Alpha.
"Kenapa kau berpikir begitu?" Tanya Victor heran.
"Entahlah, hanya feeling ku saja." Balas Alpha sambil membuka salah satu kardus dari tumpukan itu.
"Tunggu, ini... Cassanova?!" Batin Alpha menyadari sesuatu begitu membuka salah satu kardus itu.
"Alpha kau benar! Semua ini sudah direncanakan! Itu hanya pengalihan, barang yang asli di edarkan melalui kapal lain. Aku sudah menemukan lokasi nya!" Ujar Victor.
"Kami tahu kalian ada di dalam. Keluar dengan tangan di atas kepala dan tidak akan ada yang terluka. Jangan berniat melakukan apapun! Karena kami sudah mengepung tempat ini!" Terdengar suara peringatan dari pihak kepolisian melalui pengeras suara yang kini sudah mengepung seluruh tempat itu.
"Jatuhkan senjatamu! Berbalik lah perlahan sambil mengangkat tangan mu ke atas!" Ujar seorang polisi sambil menodongkan senjata api pada Alpha.
"Sialan. Aku pasti akan mengurus si tua bangka itu." Gumam Alpha kesal.
Mendengar peringatan itu, lantas Alpha menjatuhkan pisaunya, suara logam yang berdering di lantai yang keras menjadi satu-satunya suara yang kini terdengar di ruangan itu. Dengan perlahan, dia berbalik, mengangkat kedua tangannya sebagai tanda menyerah. Namun, dalam sekejap, Alpha kembali melesat ke arah para polisi itu dengan kecepatan yang mengejutkan. Tembakan-tembakan mulai terdengar bergantian, tapi dia berhasil menghindari semuanya dengan lincah. Dalam sekejap sebuah kepalan mendarat tepat pada ulu hati seorang polisi dan membuatnya jatuh tersungkur.
Alpha meraih tubuh polisi itu dengan cepat dan menjadikannya sebagai tameng agar para polisi lain tidak menembaknya. Dengan perlahan ia berjalan ke belakang dan menuju pintu keluar.
"Sial! Pasti diluar sudah banyak polisi yang mengepung. Sebenarnya apa yang dilakukan pria tua itu, aku hanya memberikan tugas yang sederhana, tapi begini kah hasil kerjanya?!" Pekik Alpha kesal dalam batinnya.
"Cepat naik lah!" Titah Alpha pada polisi itu sambil terus menarik kerah bagian belakang polisi itu.
Mendengar ucapan Alpha, polisi itu tak dapat berkutik dan hanya bisa menuruti perintah Alpha. Dengan perlahan kakinya melangkah menaiki anak tangga hingga sampai ke bagian paling atas dari kapal tersebut.
Tak membutuhkan waktu yang lama, kini mereka tiba di haluan kapal. Sudah kesekian kali Alpha mengancam akan melukai polisi itu jika saja polisi yang lain berusaha mengejar ataupun menembaknya.
"Dengar, aku tidak berniat melukaimu. Aku sebenarnya di sini untuk membantu." Jelas Alpha sambil berbisik pada pria itu.
"Membantu? Bagaimana aku bisa mempercayaimu?" Ujar polisi itu pada Alpha.
"Kapal narkoba yang kalian tangkap ini hanya alibi. Itu pengalihan. Kapal yang sebenarnya membawa narkoba sedang menuju tempat tujuan sekarang." Jawab Alpha.
"Bagaimana kau tahu semua ini? Apa kau pikir aku akan percaya?!" Sangkal polisi itu tetap tidak percaya.
"Aku mengatakan sebenarnya. Ada seseorang di pihak berwenang yang membantu sindikat narkoba itu. Aku tidak tahu siapa, tapi aku punya informasi yang bisa membuktikannya. Kita harus bekerja sama untuk menghentikan mereka. Tak ada waktu untuk menjelaskan nya. Aku harus segera menuju ke kapal itu dengan segera." Ujar Alpha berusaha meyakinkan.
Mendengar ucapan tersebut, pria itu tampak dibuat bimbang oleh perkataan Alpha. Dalam situasi kebingungan tersebut, Alpha menggunakan kesempatan itu untuk kabur.
"Kita pasti akan bertemu kembali. Entah kau yang mencariku atau aku yang mendatangi mu di kantor polisi. Tapi kemungkinan aku yang mendatangi mu di kantor polisi lebih besar, karena aku harus membalas perbuatan seorang pria tua sialan disana. Sampai jumpa." Ujar Alpha yang kemudian menjatuhkan dirinya ke dalam air.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm the VILLAIN
Teen Fiction[SEDANG DALAM PERBAIKAN] Setelah semua yang ia korbankan, bahkan termasuk seluruh hidupnya, tapi kenapa justru kematian adalah balasannya? Apakah kehidupan itu benar-benar adil? Tidak, apa bahkan ia bisa dikatakan, 'Hidup'? Code name ALPHA. Seorang...