Air mata terus menetes melewati pipi cantik seorang gadis yang kini terisak dalam tangisnya, dalam sebuah ledakan emosi yang tak terkendali, ia membanting semua barang yang berada di dekatnya.
Perasaan bersalah dan penyesalan membanjiri dirinya, membuatnya merasa seolah-olah ia telah mengkhianati dirinya sendiri. Setiap pecahan di lantai seakan mencerminkan hatinya yang hancur, dan ia tak bisa menghindari rasa jijik terhadap dirinya sendiri.
Ia kemudian meringkuk disudut ruangan kamarnya dengan air mata yang terus mengalir. Berulang kali ia berpikir berharap bisa menghapus tindakan yang telah ia lakukan. Namun, kenyataan bahwa ia tak bisa mengubah apa yang sudah terjadi membuatnya semakin terpuruk dalam kegelapan dan rasa bersalah.
Gadis itu meringkuk dengan tubuh gemetar. Matanya yang besar dan penuh air mata menatap kosong ke arah lantai, tertegun dengan apa yang sudah ia lakukan. Wajahnya pucat, bibirnya bergetar, dan napasnya tersengal-sengal. Dia merasa kotor, seolah-olah noda tak terlihat menempel di kulitnya. Tangannya yang gemetar memeluk lututnya erat-erat, mencoba menahan rasa jijik yang menggerogoti dirinya. Ekspresi wajahnya penuh penyesalan dan rasa bersalah, seakan-akan dunia di sekitarnya runtuh dan hanya menyisakan kegelapan yang menyesakkan.
Mendengar suara ketukan pintu kamarnya, ia hanya melirik ke arah sumber suara itu tanpa mengatakan apapun. Terdengar langkah seseorang masuk ke kamarnya dan menyalakan lampu kamar nya itu. Netranya kini terfokus pada seorang gadis yang terlihat berusia beberapa tahun lebih tua darinya tengah berjalan mendekati nya.
Gadis itu kemudian menatapnya lekat sebelum akhirnya membuka suara.
"Kau tau, aku sangat ingin memukulmu sekarang." Ujar Jenny pada Eva yang kini meringkuk di bawahnya.
"Kalau bukan karena Alpha aku pasti sudah mengusir parasit seperti mu dari rumahku." Sambungnya kesal.
"Dunia itu memang kejam, seperti itulah realita kehidupan. Dunia bukan tempat yang nyaman untuk putri yang manja seperti mu." Ucap Jenny sambil berdecih menatap Eva.
Ia kemudian menekuk lututnya dan duduk tepat di hadapan Eva.
"Aku tidak sengaja mendengar pembicaraan mu dengan Alpha dari luar. Apa kau tidak diajari sopan santun oleh orang tuamu? Dimana rasa terimakasih mu? Apa menurutmu kata-kata itu pantas kau ucapkan pada orang yang sudah membantumu?" Ujar Jenny menaikkan alisnya kesal.
"Kalau kau hanya ingin menyalahkan ku lebih baik pergilah. Keluar dari kamar ku." Sahut Eva.
"Ini rumahku! Aku bisa kemanapun dan melakukan apapun di rumahku sendiri. Kau tau, Alpha bukanlah orang yang dengan mudah menerima permintaan atau misi dari orang lain. Bahkan dariku. Saat aku tau dia menerima permintaan misi dari mu dan dia menyetujuinya, aku terkejut mendengar nya. Kau tau kenapa? Karena ayahmu lah yang telah membuat hidup Alpha kotor." Ujar Jenny.
Eva tertegun mendengar ucapan Jenny, ia menatap Jenny lamat-lamat dan bingung dengan apa yang dikatakan nya.
"Kau pikir Alpha menerima permintaan mu itu hanya karena uang? Tidak. Dia bisa menghasilkan uang lebih dari yang kau berikan. Banyak orang mau membayarnya mahal lebih dari yang kau bayangkan. Tapi dia mau menerima mu, bahkan setelah dia tau kau adalah putri dari musuhnya. Kau tau kenapa? Karena dia melihat dirinya sendiri di dalam dirimu. Dia tau betul bagaimana rasanya dihianati oleh keluarga yang dianggap rumah itu. Kau pikir dia hidup seperti ini karena dia mau? Dia terpaksa hidup dengan cara yang kotor hanya untuk bertahan hidup. Dan tangan kotor itulah yang sudah berulang kali menyelamatkan mu." Sambung Jenny dengan nada bicara yang kesal.
"Aku sangat berterimakasih padanya. Tapi itu tidak mengubah kenyataan bahwa aku sudah membunuh orang lain karena terikat dengannya." Jawab Eva mengernyitkan dahinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm the VILLAIN
Teen Fiction[SEDANG DALAM PERBAIKAN] Setelah semua yang ia korbankan, bahkan termasuk seluruh hidupnya, tapi kenapa justru kematian adalah balasannya? Apakah kehidupan itu benar-benar adil? Tidak, apa bahkan ia bisa dikatakan, 'Hidup'? Code name ALPHA. Seorang...