Lika Ternyata.....

26 17 0
                                    

 "Siapa lika itu sebenarnya? Apakah dia sama seperti Bagus dulu?"

Hari ini dies natalis kampusku jadinya mata kuliah hari ini ditiadakan. Hari ini kita hanya mendengarkan webinar dari beberapa dosen dan kakak tingkat yang sudah lulus.

Kami dikumpulkan di aula. Suara riuh dan antusiasme memenuhi aula saat kami dikumpulkan untuk merayakanya. Meskipun mata kuliah hari ini ditiadakan, acara webinar yang diadakan oleh beberapa dosen dan kakak tingkat yang sudah lulus diharapkan memberikan wawasan dan inspirasi baru bagi seluruh mahasiswa yang hadir.

Di aula, panggung dan layar LED besar telah dipersiapkan untuk presentasi dan materi yang akan disampaikan. Beberapa dosen dan kakak tingkat yang telah berhasil dalam karir mereka di bidang terkait membagikan pengalaman mereka kepada kami. Topik-topik yang dibahas beragam, mulai dari pengalaman kerja hingga penelitian yang sedang mereka lakukan.

Ketika acara dimulai, kami duduk dengan penuh semangat dan antusiasme, siap untuk mendengarkan presentasi dari para pembicara. Acara akan dimulai dengan pengenalan singkat tentang setiap pembicara, termasuk prestasi mereka dan topik yang akan mereka bahas. Setelah itu, mereka akan memulai presentasi mereka masing-masing.

Aku celingkukan, kira-kira kemana ya Laura, Retno dan Anissa? Padahal ada hal penting yang aku mau sampaikan ke mereka sebelum webinar nya mulai.

Dari kejauhan sesosok cowok berambut hitam, diikat dan bermata coklat menengok ke kiri ke kanan. Aku jadi penasaran siapa dia?

Cowok itu terus berjalan celingak-celinguk mencari tempat duduk yang kosong. Saat dia sudah berada didekatku, dia memerhatikanku dengan tatapan yang sangat tajam. Setajam pisau yang baru saja diasah.

"Bangku ini kosong kan?" Tukas cowok itu.

"I-iya kok." Kok aku gugup sih? Kutukku pada diri sendiri.

Aku memperhatikannya dari kepala hingga ujung kaki. Pakaiannya begitu sederhana. Kaos putih celana panjang dan luaran jaket abu-abu. Keheningan terbentuk. Aku seperti pernah melihatnya. Tapi dimana ya?

"Hai... Boleh kenalan." Kata cowok itu.

"Boleh. Namaku Aura Cinta kalo elo?" Aku mendahului.

"Gue Aaron Hugo Alywar. Biasanya teman teman gue manggil Aaron, Hugo, Aron. Ah, terserah elo sih."

"Oh. Panggil gue Aura aja."

"Ok. Elo dari jurusan?"

"Sastra Indonesia kalo elo sendiri?"

"Gue anak Hukum."

Kebetulan banget aku bisa cari tau soal Lika ke dia, gumamku.

"Berarti elo kenal Cut Lika Ardani?"

"Ya kenapa emangnya?"

Apakah aku harus menceritakan semuanya? Nggalah. Aku baru kenal sama dia.

"Hey, kok malah diam. Kenapa?"

"Oh, cuman pengen tahu lebih banyak tentangnya karena baru-baru ini gue bertemu dengannya dan kita sempat berbincang. Tampaknya dia orang yang menarik. Apakah elo punya pengalaman atau cerita tentang doi?"

Aaron, cowok itu, memperhatikanku dengan seksama, dan ada senyum misterius di wajahnya. Dia merespons dengan nada sedikit menggoda, "Oh, jadi kamu tertarik sama profil doi ya? Lika memang salah satu cewek yang menarik di sekitar sini. Dia memiliki kepribadian yang ceria dan ramah. Gue punya beberapa cerita tentang dia, tapi gue rasa lebih baik elo mengenalnya sendiri."

Tanggapannya membuatku penasaran. Aku penasaran dengan cerita-cerita apa yang dimiliki Aaron tentang Lika. Dalam suasana canda, aku menjawab, "Hm, jadi elo punya rahasia tentang Lika, ya? Nanti pasti elo harus berbagi cerita itu sama gue ya!"

Aaron tertawa dan menjawab, "Siapa tahu, mungkin nanti gue akan membagikan beberapa cerita menarik tentang Lika. Tapi elo harus menunggu sampai kesempatan yang tepat. Lika sendiri orang yang sangat istimewa, jadi tidak mengherankan jika dia menarik perhatian banyak cowok."

Pertukaran percakapan ini membuat suasana semakin ceria, dan aku merasa semakin penasaran untuk mengenal Lika Ardani lebih dalam. Mungkin ada banyak hal menarik yang akan kamu temui tentangnya seiring berjalannya waktu.

Aku dan Aaron melanjutkan obrolan tentang topik lain, tetapi rasa ingin tahu tentang Lika masih ada di benakku. Siapa tahu, mungkin aku akan memiliki kesempatan lebih lanjut untuk berinteraksi dengan Lika dan mengetahui lebih banyak tentangnya.

"Jadi gini, gue waktu itu gak sengaja berpas-pasan sama doi. Dan tak sengaja bukunya terjatuh."

"Terus?"

"Di cover bukunya ada tulisan, I Love you Budi yang dicoret." lanjutku.

"Oh kebetulan gue mantannya. Kita putus karena gue mergokin dia sama seorang lelaki yang namanya Budi." Sahut Aaron itu tiba-tiba tertarik dengan ceritaku.

Budi? Apa Budi yang dia maksud Budi yang aku kenal? Aku harus cari tau lebih detailnya.

"Ini bukan?"kataku sambil menunjukkan foto di ponselku.

"Yap, elo kenal sama Budi? kok bisa?"

"Dia teman SMA gue sekaligus mantan pacar gue."

Aaron terdiam. Seakan-akan tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Elo mau bantuin gue? Cari tau lebih dalam soal Lika dan Budi?"

"Untungnya apa buat gue?"

"Gue juga sebelumnya diselingkuhin sama Budi."

"Terus kenapa elo kepo banget soal hubungan Lika dan Budi. bukannya... biarin aja mereka jalanin hubungan mereka sendiri..." kata Aaron

"Gue sama teman-teman gue lagi nyeledikin sesuatu soal Budi. Elo mau bantuin gue?"

"Hmm....boleh deh. Gue juga kepo juga sebenarnya." Mata Aaron berbinar-binar.

Dari kejauhan aku melihat Retno dan Laura Mereka pun menghampiriku, "Ya Allah, Ra. Gue cari-cariin elo. Ternyata elo udah disini."kata Laura.

"Dia siapa, Ra?" Bisik Retno kepo seraya melirik Aron.

"Kenalin dia Aaron...... Dia anak hukum, mantan pacarnya Lika." Tukasku. "Katanya dia mau bantuin kita cari tahu soal ada hubungan apa diantara Lika dan Budi." lanjutku.

"Salam kenal, gue Laura. Teman Aura yang paling cantik." Kata Laura narsis.

"Apaan sih Lau? Alay loe. By the way, kenalin gue Retno." Timpal Retno centil.

"Salam kenal semuanya. Jadi kita mulai dari mana?" tanya Aaron

"Nanti gue jelasin selesai webinar." Kata Laura.

"Tadinya gue mau bilang sesuatu sama elo, Lau." kataku

"Nanti aja, Ra. acaranya udah mau mulai." Kata laura

Laura emang anak terpintar di SMA, mungkin juga terpintar seangkatan jurusanku. Karena dia bisa mengerjakan tugas yang diberikan dosen dengan cepat. Sedangkan aku... aku saja harus bertanya padanya maksud dari dosen itu apa. Aku jadi bersyukur punya teman sepertinya.

Benar, acara dimulai. Para pembicara berbagi pengalaman pribadi mereka, memberikan wawasan tentang tantangan yang mereka hadapi selama studi dan di dunia kerja setelah lulus. Mereka juga memberikan tips dan saran berharga tentang bagaimana menghadapi masa depan yang menantang dan bagaimana mempersiapkan diri dengan baik.

Selama webinar, kami memiliki kesempatan untuk bertanya kepada para pembicara, baik melalui pertanyaan langsung atau melalui platform virtual yang disediakan. Hal ini memungkinkan kami untuk berinteraksi langsung dengan mereka dan mendapatkan informasi lebih lanjut tentang topik yang dibahas.

Acara ini memberikan inspirasi dan motivasi kepada kami, mengingatkan kami bahwa perjalanan pendidikan ini hanyalah langkah awal dalam perjalanan yang panjang dan menarik. Meskipun mata kuliah hari ini tidak ada, acara ini dapat menjadi pengalaman berharga yang memberikan wawasan baru dan memperkaya pemahaman kami tentang bidang studi yang sedang ditekuni.

Setelah acara selesai, kami berkesempatan untuk berbincang-bincang dengan para pembicara atau dengan teman-teman sekelas. Ini adalah kesempatan yang baik untuk saling bertukar pendapat, memperdalam pemahaman, atau bahkan membangun jaringan baru dalam lingkungan kampus.

Secret Admirer The TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang