Budi Membenciku Lagi?

20 18 0
                                    

Setelah mengetahui kondisi Budi yang sudah sembuh dari amnesianya, aku jadi khawatir. Apakah kedepannya dia akan kembali membenciku.

Hari ini aku akan ke rumah sakit melihat perkembangan kondisinya, karena hari ini hari libur jadi aku lebih leluasa untuk pergi. Meskipun ada tugas kuliah yang menumpuk. Tapi aku bisa mengerjakannya nanti kan?

Sesampainya di rumah sakit, aku masuk ke ruangan rawat Budi. Akupun menyapanya. "Hai, Bud. Gimana kondisi kamu? Udah enakan belum?"

Tatapannya sinis. Dan enggan menjawab pertanyaanku, "Ngga usah sok baik deh." Jawab Budi tajam.

Aku menghela napas. Aku Cuma ingin mengetahui perkembangan kondisimu Bud, bisikku dalam hati. Tapi kenapa kamu tidak merespons dengan baik dan bahkan memberikan respons yang sinis? Apa ada sesuatu yang mengganggu pikirannya? Terkendala oleh emosiku yang memuncak, aku tak dapat menahan diri dan meluapkan kekecewaanku kepada Budi. Aku tak menuntut ungkapan terima kasih darinya karena merawatnya sampai sembuh, tapi bahkan dia tidak memberikan apresiasi yang layak.

"Elo setidaknya bilang makasih kek, gue udah ngerawat elo sampe sembuh. Gak ada berterima kasih banget kayaknya ya." Terlontar juga kejudesanku.

"Lah, emang siapa yang minta dirawat sama elo? Ngga ada kan? Elo aja yang inisiatif bantuin gue. Untuk apa? Semestinya elo biarin aja gue mati. Jadi ngga ada yang ganggu elo lagi kan? Bukan nya elo senang ngga ada gue?"

"Ya, gue nyelamatin hal nekat lo karena gue peduli sama elo. Sejahat apa pun elo. Kayaknya kebencian lo sudah menutup semuanya ya? Nggak ada gitu kebaikan gue yang elo ingat?"

"Untuk apa inget kebaikan elo? Nggak penting. Sekarang elo keluar. Keluar!"

"OK, gue keluar." Kataku sambil keluar ruangan rawatnya.

Aku gak ngerti sama apa yang ada di pikirannya. Aku pikir ini awal yang baik untuk memperbaiki hubungan pertemananku dengannya ternyata tidak sama sekali.

Aku pun duduk di kursi rumah sakit. Rasanya aku ingin menelpon Bagus atau men-chat-nya. Tapi aku takut aku ganggu dia. Takutnya dia lagi banyak tugas juga dari kampusnya. Ah bodoh amat. Lebih baik aku chat aja deh.

Whatsapp

Aku

Yang, kamu lagi sibuk gak?

Aku mau cerita

Bagus

Iya,

Kenapa sayang?

Aku

ini soal Budi.

Dia udah sehat kembali, udah mengingat semua memorinya

Bagus

Baik dong kalo gitu, terus masalahnya dimana?

Aku

Dia kayaknya benci aku deh, Yang.

Soalnya tadi dia usir aku dari ruang rawatnya.

Kira-kira aku ada salah apa ya?

Bagus

Kamu gak salah apa-apa kok, sayang. Emang dianya aja yang udah terlalu membenci kamu. Sampai-sampai dia lupa kebaikan-kebaikan yang telah kamu berikan ke dia..

Aku

Iya sih... Tapi kenapa dia membenciku? Padahal aku berharap setelah aku merawatnya dia akan baik lagi sama aku.. ternyata enggak.

Bagus

Gimana kalo besok aku temenin kamu?
besok aku ke Jakarta. Kalo sekarang aku lagi banyak tugas. Jadi besok aja kamu ceritain semua unek-unek kamu ke aku.

Aku

Boleh.

Kalo gitu lanjutin deh nugasnya. Aku juga udah mau pulang.

Bagus

Yaudah, kamu pulang sama siapa?

Kak Dimas ya?

Aku

Gak,

Kak Dimas lagi ada acara sama teman-teman kampusnya. Jadi aku pulang naik gojek

Bagus

Yau dah kalo gitu. Hati-hati dijalan ya, sayang.


Akupun langsung memesan gojek dan langsung pulang, aku ingin langsung buru-buru nyendiri di kamarku.

Secret Admirer The TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang