Pada saat itu,
Seperti ada yang mengikutiku, entah itu apa. Seperti sesosok monster. Monster itu mengejarku sangat cepat. Tiba-tiba ...
Bruk...
Tanpa sadar aku sudah terjatuh dari kasurku. Untung itu hanya mimpi gumamku. Aku bernapas lega saat menyadari bahwa kejadian yang baru saja aku alami: hanya sebuah mimpi. Keringat dingin masih menggenang di dahi, dan aku merasakan detak jantungku kembali normal. Aku duduk di tepi kasurku, memeriksa sekeliling untuk memastikan bahwa semuanya baik-baik saja.
Mimpi itu meninggalkanku dengan perasaan cemas dan sedikit terganggu. Aku mencoba mengingat detail dari mimpi tersebut, mencoba memahami apa yang mungkin menjadi penyebabnya. Namun, terkadang mimpi hanya merupakan cerminan dari pikiran bawah sadar yang rumit dan sulit dipahami.
Untuk menenangkan diri, aku mengambil beberapa napas dalam-dalam. Aku menyadari bahwa kejadian dalam mimpi tidak nyata dan tidak memiliki pengaruh langsung terhadap kehidupan nyata.
Aku memutuskan untuk menghadapi hari ini dengan sikap positif dan melupakan ketegangan yang diakibatkan oleh mimpi tadi. Aku mencoba memfokuskan diri pada tugas-tugas dan kegiatan yang ada di hadapanku.
Saat beranjak dari tempat tidur, aku merasa bersyukur bahwa itu hanya mimpi dan aku masih aman. Aku berharap hari ini akan menjadi hari yang baik dan penuh keberuntungan.
Pukul 5 pagi. Aku pun segera ke kamar mandi. Selesai madi dan berdandan aku langsung menuju kampus. kali ini rencana nya aku akan naik bus. Kak Dimas tak sempat mengantar hari ini.
Para penumpang turun berdesak-desakan dari dalam bus. Seorang cewek terlihat memaksa keluar dari bus dan langsung berlari menjauh dan muntah di dekat pohon tanpa memedulikan tatapan aneh penumpang lain. Cewek itu ternyata Hamda. Beberapa temannya mengerubungi dirinya. Aku menguping pembicaraannya dengan teman-temannya dari kejauhan.
Dengan hati-hati, aku mendekati tempat di mana Hamda dan teman-temannya berada. Aku berusaha tidak terlalu mencolok agar tidak mengganggu mereka, sambil berusaha untuk mengetahui apa yang terjadi. Meskipun penasaran, aku tetap menghormati privasi mereka dan tidak ingin terlalu ikut campur.
Dari kejauhan, aku bisa mendengar percakapan antara Hamda dan teman-temannya. Meskipun tidak bisa mendengar dengan jelas setiap kata yang mereka ucapkan, aku bisa merasakan ketegangan dan kekhawatiran dalam suara mereka.
"Elo kenapa tiba-tiba seperti itu, Hamda? Apa yang terjadi?" tanya salah satu temannya dengan nada cemas.
Hamda terlihat gelisah saat mencoba menjawab, "Gue ngga tahu... tiba-tiba perut gue terasa ngga enak, dan gue merasa pengen muntah. Rasanya buruk banget."
Teman-temannya saling pandang, mencoba mencari tahu apa yang bisa mereka lakukan untuk membantu. Mereka memberikan dukungan dan mencoba menenangkan Hamda.
"Mungkin elo perlu istirahat sebentar, Hamda. Apa elo udah makan hari ini?" tanya teman lainnya.
Hamda menggeleng, "Gue ngerasa tegang belakangan ini. Sulit buat gue untuk makan enak."
"Da, elo enggak apa apa?" tanya cewek berbaju biru terlihat Hamda yang mabuk darat.
"Gue kan udah bilang elo itu kalo enggak bisa naik bus, kenapa enggak naik mobil?" Kesal cewek berbaju merah yang langsung memberikan minyak kayu putih kepada Hamda.
"Gue butuh air gue dehidrasi." Ujar hamda yang lemas meminta temannya air dengan cepat mereka langsung memberikan air kepada Hamda dan Hamda langsung meneguk air itu sampai habis dan menatap mereka dengan lemas. Ya dia ada Hamdalina Nathalia.
"Gue pikir Budi ikut, makanya gue naik bus." Ujar Hamda sambil bersandaran di sebuah kursi berusaha meredakan mualnya.
Bu-budi??!
aku pun lanjut menguping karena aku penasaran. Sebenarnya ada hubungan apa Hamda dan Budi?Cewek berbaju biru (Dina) menatap Hamda dengan kesal.
"Udah jelas jelas itu cowok enggak setia sama elo, masih aja elo harapin." Kata Dina sengit.
What? Maksudnya apa ini? Akupun terus menguping untungnya kelasku hari ini siang jadi untuk mendengarkan masalah ini enggak apa-apa lah ya.
Hamda menggeleng tidak mau.
"Enggak peduli. Gue suka sama Budi. Mau dia setia atau enggak, gue ngga peduli." Hamda masih tetap pada pendiriannya bahwa Budi tidak mungkin berkhianat.
Apa? dia suka Budi? Jadi ini alasan dia putusin aku karena dia selingkuh beneran dari aku. Di tengah sakit hatiku, aku terus mendengarkan percakapan antara Hamda dan teman temannya agar semua ini jelas.
"Elo udah gila ya? Mending elo sama yang lain aja. Udah jelas-jelas dia pacar orang. Elo ngga malu jadi orang ketiga dalam hubungan Budi dan pacarnya?" Jelas cewek berbaju merah (Rifa).
"Ngga peduli gue. Lagi pula dia dan pacarnya sudah putus kok. Gue jamin!"
Dina dan Rifa memasang muka kecut. Mereka membalikkan badan dan meminta Hamda Untuk tidak menyesal di kemudian hari, karena dia sudah menjadi orang ketiga di hubungan orang. Hamda hanya mengganguk dan meninggalkan mereka lalu masuk ke dalam mobil hitam yang sudah menunggunya.
Ya Allah... Budi diam-diam suka tebar pesona. Aku pun langsung meninggalkan tempat itu dan melanjutkan perjalananku kembali menuju ke kampus.
Sesampainya di kampus,
Aku pun langsung menuju kelas dan langsung melihat Budi yang sedang duduk dan... menamparnya keras.
"Oh jadi elo mainnya gitu? Bilang Hamda bukan siapa-siapa. Tenyata elo selingkuh beneran waktu itu, karena keciduk gue, jadinya elo buat alasan." Beberku kesal.
"Apa sih datang-datang marah-marah terus nampar gue? Inget kita udah putus."
"Iya tapi sebelum putus emang elo jelasin alasannya? Kan ngga. Dasar munafik elo Bud."
Seisi kelaspun menengok dan menonton aksi nekatku ke Budi.
"Gue udah muak sama elo Ra. Ayo kita selesain di luar. Ngga malu diliatin banyak orang." Kata budi sambil menarik tanganku.
"Lepasin ngga."
Dia tetap menarikku sampai ke luar kelas.
"Selesain di sini jangan di dalam. Bikin malu aja. Repurtasi gue jadi hancur gara-gara elo. Sok tahu banget elo, gue ada hubungan sama Hamda."
"Tadi gue satu bus sama hamda dan teman temannya dan teman-temannya nasehatin dia. Mau ngelak apa lagi? Cantik banget ya main elo."
"Ya.. gue akuin gue sama Hamda udah pacaran pada saat itu. Puas elo?"
"Itu yang mau gue denger dari mulut sampah elo itu." Akupun langsung memasuki kelas.
Laura dan Retno menghampiriku.
"Ada apa sih Ra? Elo bikin heboh satu kelas tau ngga?" Kata Laura.
"Tau tuh. Ada masalah apa lagi elo sama Budi?" Timpal Retno.
"Gue Cuma minta penjelasan alasan dia mutusin gue apa? Ternyata karena cewek lain toh."
"Baguslah, Ra. Elo bikin dia malu sama seisi kelas." Lanjut Laura sambil tertawa.
Budi hanya menatapku tajam. Dan langsung duduk di bangkunya kembali.
"Tenang aja lagi gue masih ada Bagus. Selesai kelas gue bakal ceritain ini semua ke dia. Pasti dia syok." Kataku.
Dosenku memasuki kelas, pembelajaran pun dimulai.

KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer The Truth
RomanceSatu tahun telah melintas, Bagus kembali ke dalam kehidupan Aura setelah menghilang tanpa berita. Apakah romansa Budi dan Aura akan kandas setelah kembalinya Bagus? Apa yang membawa Bagus ke sini? Apakah menjadi petaka cinta? Atau bahkan sebaliknya...