Pagi itu,
Aku sedang siap-siap berangkat kuliah. Aku mengambil baju untuk hari ini dan langsung memakainya. Aku memakai kemeja putih dan celana jeans, dan memaki pashmina berwarna hitam.
Sesampainya di kampus,
Aku langsung duduk di bangku. Kulihat Budi yang dari tadi diam saja. Tidak seperti biasanya, ada apa ya? Aku ingin bertanya kepadanya, tapi apa kata dia nanti. Ah sudahlah.
Duduk di bangku, aku melihat Budi yang tampak agak murung. Biasanya dia selalu ceria dan bersemangat, tetapi hari ini dia terlihat berbeda. Aku merasa ingin tahu apa yang sedang mengganggunya, tapi ragu untuk bertanya karena takut mendapat respons yang tidak diinginkan.
Aku berpikir sejenak, mencoba memutuskan apakah aku harus mengajaknya bicara atau tidak. Namun, pikiran negatif dan keraguan menghampiriku. Apa kata dia nanti? Apa yang akan terjadi jika aku bertanya padanya? Pertanyaan-pertanyaan itu memenuhi pikiranku, membuatku ragu untuk mengambil tindakan.
Setelah berpikir sejenak, aku memutuskan untuk menghormati privasi Budi. Aku menyadari bahwa setiap orang memiliki hak untuk merasa tidak baik atau ingin menyendiri tanpa harus memberikan penjelasan kepada orang lain.
Sambil melanjutkan aktivitasku di kampus, aku tetap memperhatikan Budi dari kejauhan. Setiap orang memiliki perjalanan dan prosesnya sendiri.
Kami berdua tetap menjalani hari-hari di kampus, tanpa saling bertegur sapa dan berinteraksi seperti biasa. Kehidupan terus berjalan, dan kami belajar menerima bahwa semua orang akan tumbuh dan mengatasi kesulitan mereka dengan caranya sendiri.
Dosenku sudah memasuki kelas dan mulai memaparkan materi.
Selesai kelas,
Aku langsung menuju kantin. Dan memesan makanan di sana. Seperti biasa, hari ini aku akan memesan nasi goreng.
Setelah memesan nasi goreng favoritku, aku duduk di salah satu meja di kantin. Sambil menikmati hidangan itu, pandanganku tertuju pada Budi yang tampak murung, memain-mainkan makanannya tanpa nafsu seperti biasanya. Aku merasa ada yang tidak beres. Tidak seperti biasanya dan di mana Hamda? Apa dia sudah putus dengannya? Banyak sekali pertanyaan di benakku.
Aku mencoba mengamati sekitar mencari tahu keberadaan Hamda, pacar Budi. Namun, aku tidak melihatnya di sekitar. Pertanyaan-pertanyaan mulai muncul dalam benakku. Apakah mereka berdua sudah putus? Apa yang sedang terjadi di antara mereka? Aku merasa ingin tahu, tetapi ragu untuk bertanya.
Aku ingin menghampirinya, tapi nanti yang ada dia marah-marah lagi. Ah sudahlah lebih baik aku kembali ke kelas. Ngapain mikirin mantan. Mantan harusnya di buang di tempat sampah kan?
Sesampainya di kelas berikutnya,
Aku langsung duduk. Laura dan Retno menghampiriku.
"Elo kenapa Ra? Dari tadi gue liatin di kelas, elo liatin Budi terus. Kenapa?" tanya Retno.
"Gue ngerasa ada yang aneh aja sama Budi hari ini. Ngga seperti biasanya." Kataku.
"Elo masih ingat aja, Ra sama keanehan-keanehan Budi. Gue denger-denger dari anak Ilkom dia baru putus sama si Hamda. Hamda yang itu... Galau dia, lagi sedih dan terpukul. Karena cewek yang dia pikir setia malah mutusin dia."
"Aneh, padahal waktu itu aku denger dia cinta mati dan sayang banget sama Budi."
"Iyakah? Elo tau dari mana, Ra?" Kejar Retno.
"Iya gue pernah denger dari mulutnya Hamda sama teman-temannya langsung." Jelasku.
"Oh gitu ya." Sahut Laura.
Dosen sudah masuk ke kelas. Tapi di mana Budi? Kenapa dia belum masuk kelas ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer The Truth
RomanceSatu tahun berlalu, Bagus kembali ke dalam kehidupan Aura setelah menghilang tanpa kabar. Apakah kisah percintaan Budi dan Aura akan berantakan setelah kembalinya Bagus? Dan apa maksud kedatangan Bagus? Apakah membawa malapetaka? atau justru sebalik...