Keesokan harinya,
Kami melanjutkan misi penyelidikan ini.
Dalam misi rahasia kami yang penuh keceriaan remaja,
Kami berempat; aku , Laura , Retno dan Aaron berjanji untuk tidak salfok (salah fokus) untuk mencari tahu ada hubungan apakah sebenarnya diantara Budi dan Lika. Dengan sentuhan komesi yang kocak, kami beraksi dan menyelidiki setiap petunjuk dengan semangat dan tekad yang begitu kuat.
"Oke, tim detektif remaja! Kita harus mencari petunjuk-petunjuk baru yang dapat membantu kita mengungkap kebenaran di balik hubungan rahasia yang Budi dan Lika tidak pernah cerita ke kita tentunya." Kataku mengarahkan.
"Benar! Ra. Ayuk kita cari tahu lebih banyak tentang kegiatan mereka di kampus barangkali ada jejak yang bisa diikuti." Kata Laura.
"Tapi guys, Budi kan mau buat pesta kok kita selidikin yang lain sih? Kenapa kita ngga selidikin kesana aja?" Saran 'si otak-lelet' Retno.
"Aduh, Aura. gue ngga kuat sama teman elo yang satu ini. Otaknya lelet betul ya?" pasrah Aaron.
"Maksudnya Retno kan baik...kok malah dibilang otak Retno lelet sih Babang Aaron?" Goda Retno genit dan curi-curi pandang pada Aaron.
Aaron pun terdiam. Aaron menatap Retno dengan wajah penuh ketidakpercayaan. "Bukan gitu maksud gue, Retno. Gue cuman bingung dengan kecepatan berpikir elo yang terkadang agak lambat dibandingkan dengan yang lain," jelas Aaron sambil mencoba menjelaskan maksudnya.
Retno memasang ekspresi terkejut tapi lucu. "Oh, maafkan gue jika gue terlihat seperti itu. Gue mungkin tidak selincah yang lain dalam menangkap informasi, tapi gue berusaha sebaik mungkin." Rajuk Retno.
Aura, yang menjadi saksi percakapan mereka, mencoba meredakan ketegangan. "Baiklah, baiklah, sudahlah. Setiap orang memiliki kecepatan berpikir yang berbeda-beda. Itu bukanlah sesuatu yang harus dijadikan masalah besar."
Aaron mengangguk dan tertawa, menyadari bahwa dia mungkin telah terlalu keras dalam mengungkapkan perasaannya. "Maaf, mungkin gue terlalu keras. Ngga ada masalah dengan kecepatan berpikirmu, Retno. Gue cuman perlu belajar buat lebih sabar."
Retno tersenyum lega. "Terima kasih, Aaron. Gue juga bakal berusaha buat meningkatkan kecepatan berpikir gue. Dan jangan khawatir, kita masih bisa berteman baik, kan?"
Aaron tersenyum kembali. "Tentu dong, Retno. Persahabatan kita tetap berharga buat gue, apa pun kecepatan berpikir elo."
"Guys, fokus dong."kata Laura.
"Tahu nih Retno yang serius dong.. Duh nyesel gue masukin elo ke dalam tim." Godaku.
"Retno salah ya? Ya uda gue ikut remedial aja nanti, hehehe... Maksud gue: Ya udah deh gue ikut rencana Laura sama Aura aja."
Hufft...ada-ada saja tingkah Retno, gumamku dalam hati.
"Ayo, ayo sambil cari tahu kita jangan lupa untuk tetap menjaga semangat dan selalu bersenang-senang." Kata Laura sambil memakan snack.
"Right, guys. Kita adalah detektif remaja paling kocak di kampus kita tercinta ini" kata Aaron memakai topi lucu.
Dia dapat topi itu dari mana ya? apa tasnya itu kantong doraemon? Sungguh misteri.
Kami berempat memutuskan untuk mengunjungi pesta yang dibuat oleh Budi dan Lika. Dengan mengenakan topeng kesenangan dan semangat, kami berkeliling sambil mencari kecurigaan-kecurigaan yang mungkin terjadi.
Rupanya Aaron mendapatkan topi lucu tersebut sebagai hadiah ulang tahun dari temannya. Teman yang memberikan topi tersebut sangat mengenal sifat kocak dan lucu Aaron, sehingga dia memilih hadiah yang sesuai dengan kepribadiannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer The Truth
RomanceSatu tahun telah melintas, Bagus kembali ke dalam kehidupan Aura setelah menghilang tanpa berita. Apakah romansa Budi dan Aura akan kandas setelah kembalinya Bagus? Apa yang membawa Bagus ke sini? Apakah menjadi petaka cinta? Atau bahkan sebaliknya...