Budi Dan Segala Keanehannya

18 22 0
                                    

Apa aku harus kasih tahu ke Budi soal ini ya? Soal kedatangan Bagus dan kecurigaanku?

Aku masih terus saja memikirkan apa yang Bagus katakan padaku. Di sisi lain, aku curiga sama Budi. Tapi disisi lain aku percaya sama Budi. Gimana ya? Aku jadi bingung. Apa aku harus tanyakan saja soal ini?

***

Hari ini hari minggu. Mungkin hari ini hari yang biasa-biasa saja untukku. Tapi otakku terus saja berpikir soal masalah ini. Apa aku ceritain aja ya ke kak Dimas soal ini, siapa tahu dia ada solusi apa yang aku harus lakukan.

Aku berjalan menuju kamar kak Dimas dan mengetuk pintunya.

Tok... tok... tok

Kak Dimas pun membuka pintu kamarnya

"Ada apa dek, sini masuk!"

"Heum. Aku sebenarnya mau cerita kak."

"Soal?"

"Soal Bagus."

"Kenapa lagi dia?"

Aku pun menceritakan semuanya ke kak Dimas.

"Tunggu, tunggu, tunggu, maksud kamu Budi bukan secret admirer kamu dulu?"

"Aku ngga tahu sih kak pastinya gimana? Makanya aku lagi selidikin benar atau ngga-nya?"

Setelah mendengarkan dengan saksama, Kak Dimas memberikan sudut pandangnya dengan penuh perhatian. "Aura, kakak ngerti bahwa ini adalah situasi yang membingungkan dan sulit bagi kamu. Tapi ingatlah, kepercayaan dan komunikasi sangat penting dalam hubungan apa pun. Hmm, saran kakak sih, kamu boleh aja tanya soal ini ke Budi, tapi ya di waktu yang tepat. Kakak ngga mau kamu sampai berantem hebat sama Budi. Jadi kamu pikirin baik-baik ya, dek."

"Iya kak, makasih udah mau dengerin cerita aku. Aku pergi dulu ya soalnya laper hehe." Aura merasakan kelegaan mendengar nasihat kakaknya. Ia merasa lebih siap untuk menghadapi Budi dan membicarakan semua kekhawatirannya secara terbuka. Dengan dukungan dari Dimas, Aura merasa lebih kuat untuk menemukan jalan terbaik dalam situasi ini.

"Ya udah yuk turun bareng kakak."

Kami pun menuju meja makan, turun ke bawah dan duduk bersama di meja makan.

Kami duduk berseberangan, sambil menata makanan di depan kami. Dimas melihat ekspresiku yang masih penuh pertanyaan dan kekhawatiran.

"Percayalah, kakak berharap selalu bisa membantu menyelesaikan masalahmu," kata Dimas dengan lembut. "Tapi ingatlah, setiap keputusan ada pada dirimu sendiri. Kakak di sini hanya sebatas mendukungmu."

Selesai makan,

Terdengar suara motor di depan rumahku.

"Assalamualaikum." Terdengar teriakan lelaki yang sepertinya aku kenal.

"Yah, Aura yang buka ya!"

Aku pun membuka pintu dan setelah aku lihat yang datang kerumahku adalah Budi.

Duh, gimana ini? Apa aku bilang aja yang sebenarnya ya ke Budi?

"Alienku..."

"Eh, iya. Ummm..."

" Kenapa?"

"Kebetulan, Aku mau ngomong sesuatu sama kamu tapi didalam aja ya?"

"Ok."

Budi pun masuk ke halaman rumah dan menuju teras lalu duduk di sofa teras.

"Kamu mau ngomong apa?"

"Hm... sebenarnya aku mau cerita."

"Soal?"

"Soal Bagus"

Budi pun terdiam. Ada apa dengannya?

"Bagus cerita soal... soal..."

"Soal apa, Yang?" kata Budi penasaran.

"Hum... dia cerita soal kamu yang bukan secret admirer ku dulu." Jelasku lirih.

"A-ap-apa?" kata Budi gelagapan seperti ada yang dia sembunyikan.

"Iya, itu benar?"

"Hmmm..."

"Itu benar ngga?" Sergahku sambil menahan emosi.

"Ngga. Itu ngga bener." Kilah Budi cepat.

Aneh... sangat mencurigakan gumamku dalam hati. Aku agak kurang percaya sama apa yang Budi katakan. Lagipula, aku rasa... aku masih ada rasa sama Bagus. Aku udah ngga tahan. Aku harus tanyain soal ini lebih dalam soal kecurigaanku.

"Kamu lagi ngga bohong kan?"

"Heumm... maksud kamu? Kamu ngga percaya sama aku dan malah percaya sama Bagus itu. Aku ngga nyangka, Ra kamu begini." Elak Budi tajam.

Kok malah dia yang marah aku semakin curiga.

"Ya, kalo kamu ngga bohong... untuk apa marah?"

"Ya wajarlah aku marah, apa jangan-jangan kamu masih sayang sama dia?"

Aku diam mematung. Aku tidak pernah melihat Budi semarah ini sebelumnya kepadaku. Budi yang aku kenal tidak seperti ini.

Suasana semakin memanas. Aku sudah tidak kuat lagi. Aku udah ngga tahan bohongin perasaanku lagi.

"Ya... tinggal jawab aja kenapa sih? Aku kecewa sama kamu. Kalo kamu aja ngga bisa jujur sama aku untuk apa kita pacaran?"

"Maksudnya kamu mau kita putus gitu?"

Tunggu... tunggu... tunggu putus? Budi kenapa sih? Kenapa dia seperti bisa membaca pikiranku?  Aku memang masih suka sama Bagus tapi aku ngga mau kehilangan Budi. Apa aku egois?

Secret Admirer The TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang