Budi Dan Amnesianya

19 21 0
                                    

Aku masuk ke ruang rawat Budi.

"Budi, maafin gue. Gue ngga sempat mencegah aksi nekat elo. Kalo gue cepat tadi, pasti hal ini ngga akan terjadi." Kataku sambil menangis.

Apa tangisan ini tangisan kesedihan ya? Secara dia tetap temanku. Akhirnya Budi pun siuman.

"Kek... kamu siapa?" Kata Budi linglung.

Tangisanku memang merupakan tangisan kesedihan yang tulus. Meskipun Budi mantan kekasihku, dia tetaplah teman yang berarti bagiku. Melihatnya terbangun dan bertanya dengan bingung, membuat hatiku terasa hancur dan terombang-ambing dalam kekhawatiran.

Aku menahan tangis, mencoba mengumpulkan keberanian untuk menjawab pertanyaan Budi dengan lembut. Aku mendekat ke sisi tempat tidurnya dan memegang tangannya dengan penuh kelembutan.

"Gue Aura, Budi."

Budi menatapku dengan wajah penuh kebingungan. Matanya mencoba mencari-cari ingatan yang hilang. Lalu, wajahnya tiba-tiba terpancar raut kelegaan.

"Oh, Aura! Gue ingat sekarang. Maaf, semuanya masih buram di pikiranku. Terima kasih sudah ada di sini. Gue ngga tahu apa yang terjadi sama gue."

Aku merasakan sedikit kelegaan mendengar Budi mengingat namaku. Setidaknya, itu adalah tanda bahwa ingatannya tidak terlau parah korsletnya. Aku tersenyum lembut, tetap berusaha memberikan kehangatan dan dukungan.

"Ngga apa-apa, Budi. Yang penting sekarang elo dalam perawatan yang baik. Kita akan melalui ini bersama-sama. Gue di sini untuk mendukung elo sejauh yang gue bisa."

Budi menggenggam tanganku dengan erat, mencerminkan rasa terima kasih dan kepercayaannya. Meskipun ingatannya masih belum sepenuhnya pulih, kehadiranku memberikan kenyamanan dan harapan dalam perjalanan pemulihannya.

"Kok nama elo ngga asing ya?"

"Maksud elo?"

"Iya, gue seperti mengingat elo. Tapi dimana ya?" katanya mereka-reka.

"Inget kan sama gue Aura? Teman kampus elo. Elo gimana sekarang keadaannya?" Tanyaku.

"Masih pusing." Katanya dengan mata kosong.

"Kalo Alien-ku ingat ngga?" Pancingku.

"Oh, Alienku!" Mata Budi berbinar-binar.

Apa kata-kata itu? Kembali kudengar lagi kata "alienku".

Aku salah tingkah.

"Ya.. benar... kamu tuh... kamu pacar aku kan?" Matanya bersinar.

Aduh... aku jadi ngga tega bilang yang sebenarnya, kalo aku dan dia sudah putus. dan aku sudah pacaran sama Bagus. Aku harus bagaimana?

Dokter masuk ke ruangan.

"Saya periksa dulu ya." Kata dokter. "Temanmu ini mengalami amnesia lakunar. Temanmu mengalamai hilang ingatan mengenai suatu peristiwa secara acak. Amnesia jenis ini tidak akan merusak ingatan di masa lalu atau yang baru saja terjadi."

Kami mendengarkan dengan seksama penjelasan dari dokter mengenai kondisi Budi. Amnesia lakunar, seperti yang dijelaskan dokter, memberikan kami sedikit kelegaan. Setidaknya, ingatan masa lalu Budi tidak akan terganggu, dan kehilangan ingatannya terjadi secara acak.

"Dokter, apakah amnesia lakunar ini akan berlangsung lama? Apa yang harus kami lakukan untuk membantu Budi pulih?" tanyaku dengan cemas.

Dokter menjawab dengan penuh perhatian, "Durasi amnesia lakunar bisa bervariasi tergantung pada individu dan tingkat pemulihan. Hal terbaik yang dapat Anda lakukan adalah memberikan Budi lingkungan yang nyaman dan stabil. Jangan memaksa ingatannya kembali, tetapi biarkan ingatan kembali secara alami seiring waktu."

Kami mengangguk memahami. Ibu Budi menambahkan, "Apakah ada terapi atau pengobatan khusus yang perlu dilakukan?"

Dokter menjelaskan, "Pada umumnya, amnesia lakunar dapat pulih dengan sendirinya tanpa perlu terapi khusus. Tetapi dalam beberapa kasus, terapi rehabilitasi kognitif atau terapi psikologis dapat membantu mempercepat pemulihan. Kami akan mengawasi perkembangan Budi dan merekomendasikan terapi jika diperlukan."

"Kamu bisa bantu mengembalikan ingatannya. Kamu teman dekatnya kan? Pacarnya?"

Aku tak menjawab. Dokter memberikan beberapa instruksi dan informasi lebih lanjut mengenai perawatan dan tindak lanjut yang diperlukan. Setelah itu, dokter meninggalkan kami untuk memberikan ruang bagi kami bertiga.

Budi menatapku dengan ekspresi campuran antara kebingungan dan kelegaan. Aku menyentuh tangannya dengan lembut, mencoba memberikan dukungan dan ketenangan.

"Budi, kita akan menghadapi ini bersama-sama. Ingatlah bahwa aku di sini untukmu. Kita akan melalui proses ini dan menciptakan kenangan baru bersama-sama."

Budi tersenyum tipis, meskipun masih terlihat bingung. "Terima kasih, Aura. Aku beruntung memiliki kamu di sisiku."

Kami duduk berdampingan, saling mendukung dan memberikan harapan satu sama lain. Meskipun tantangan yang kami hadapi berat, kami bertekad untuk melalui ini bersama-sama, membangun kembali kenangan-kenangan indah yang pernah kami bagikan dan menciptakan cerita baru yang akan terukir dalam perjalanan pemulihan Budi.

Secret Admirer The TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang