Putus?

21 22 0
                                    

Suasana menjadi canggung setelah aku mengungkapkan perasaanku kepada Budi. Tiba-tiba, aku merasa keinginan untuk jujur tentang perasaanku terhadap Bagus. Tanpa berpikir panjang, aku spontan mengatakan, "Kalo iya, emang kenapa?"

Budi terdiam sejenak, tampak terkejut dengan reaksiku. Setelah beberapa saat, Budi memberikan keputusan tegas.

"Oh... gitu. Ok, kalau begitu. Kita sampai di sini saja, kita putus."

Kata-kata itu terlontar begitu saja, menyisakan keheningan di antara kami. Budi kemudian meninggalkan rumahku dengan langkah tergesa-gesa.

Aku merasakan campuran perasaan antara lega dan sedih. Aku lega karena kebenaran telah terungkap, dan sedih karena hubungan kami berakhir seperti itu. Meskipun perpisahan itu terasa mendadak, aku menghormati keputusan Budi dan menerima konsekuensinya.

Aku duduk sendirian, merenungkan apa yang baru saja terjadi. Aku menyadari bahwa jujur kepada diri sendiri dan kepada pasangan adalah langkah penting dalam menjaga kebahagiaan dan kejujuran dalam sebuah hubungan.

Dalam kesendirian, Aku merenung tentang perasaanku terhadap Bagus dan melihat masa depan yang masih belum jelas. Meskipun ada rasa sedih, aku juga merasakan kelegaan dan harapan baru untuk mengeksplorasi perasaanku yang mungkin masih terpendam.

Aku tidak percaya... putus? Padahal aku belum tahu jawaban sebenarnya...ah kenapa sih dia? Berarti benar dong apa yang dikatakan Bagus kepadaku tempo hari? Ah sudahlah. Untuk apa aku pikirin. Lebih baik aku ke kamar saja dan menelpon Anita dan menceritakan semua yang terjadi.

Di telepon

"Halo Ra, kenapa?"

"Budi Nit, gue ngga percaya."

"Kenapa?"

"Dia putusin gue Nit. Cuma gara-gara gue ceritain soal Bagus."

"Hah? Soal kemarin?"

"Iya soal itu. Gue masih ngga nyangka aja. Kenapa dia gak jujur? Kalo dia jujur kan masalahnya gak akan begini."

"Lo mau coba tanya ke Bagus? Biar dia ceritain semuanya. Biar gue sambungin juga ke dia."

"Hummm.. boleh gue penasaran banget soalnya."

Bagus memasuki panggilan:

"Halo, Nit tumben.. kenapa?"

"Gus, ada..yang.. mau... gue.. ceritain"

"Lho Ra, kenapa?"

"Budi putusin gue gara-gara masalah yang lo ceritain kemarin. Sebenarya gimana sih ceritanya?"

"Untuk itu gue ngga bisa cerita Ra."

"Cerita aja Gus, gue sama Aura penasaran banget soalnya gue pernah liat elo sama Budi ngobrol waktu itu."

"Hmm gitu ya... ya udah deh gue ceritain. Sebenarnya secret admirer lo dulu itu benaran gue Ra. Tapi entah kenapa Budi ngga suka kalo gue suka sama elo. Jadi dia suruh gue untuk ngaku sama elo kalo secret admirer elo itu dia, bukan gue, dan gue harus pergi jauh-jauh dari elo."

"Hah maksud elo gimana?"

"Iya Gus maksudnya gimana dah, gue sama Aura bingung nih. Jadi selama ini bener-bener elo?"

"Ya percaya ngga percaya. Sebenarnya gue udah mau bilang soal ini ke elo Ra dulu, tapi Budi tahu rencana gue dan ngancem gue kalo gue ngga turutin apa yang dia mau, elo bakal kenapa-kenapa. Jadi gue urungin niat gue dan memutuskan mengikuti permainan dia."

Aku tidak percaya dengan apa yang kudengar. Selama ini Budi bohongin aku? Untuk apa? Apa karena dia takut kalah saing sama Bagus? Aku pun mematikan telepon itu.

Kenapa Budi jahat sama aku? Aku salah apa sih? Kok bisa-bisanya dia bohongin aku begini? Dan kenapa aku baru tahu sekarang. Apa yang aku harus lakukan sekarang?

Secret Admirer The TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang