01. Daisy Books

376 12 0
                                    

Hallo!

Gimana weekend kalian?

Yuk, bagi cerita!

Happy reading!




.
.
.

“Selamat atas berhasilnya perpustakaan dan toko buku yang telah Anda bangun, Pak.”

Kalimat itu keluar dari mulut lelaki yang berpakaian rapi dengan dasi di lehernya. Ia merupakan rekan kerja sekaligus investor untuk PT. Wijaya.

“Terimakasih karena telah membantu untuk melancarkan dan mempercepat pembangunan ini, Pak,” jawab seorang lelaki muda yang kini telah menjabat sebagai CEO sekaligus mahasiswa.

“Sama-sama, ini adalah hasil dari usaha Anda selama satu setengah tahun terakhir ini.” Lelaki itu menepuk punggung CEO muda yang berparas tampan itu.

“Kalau begitu saya pamit, silahkan resmikan toko ini, Dava.” Lelaki paruh baya itu pergi dengan mobil mewahnya dari sana.

Menyisakan seorang lelaki muda dan kaya di sana sendiri. Dia adalah Davandra Haryan Wijaya, seorang lelaki yang menjadi penerus utama untuk PT. Wijaya. Dava sekarang berusia 21 tahun, ia telah melanjutkan pendidikan di sebuah universitas terbaik di Kalimantan.

Dava memandang bangga bangunan yang selama ini ia usahakan. Ia sudah lama ingin mewujudkan impian seseorang yang menginginkan sebuah perpustakaan kota yang dapat meminjamkan sekaligus menjual buku kepada masyarakat luas.

“Ini yang lo mau, Ay?” ucapnya dengan gemetar, lelaki yang berpakaian serba hitam dengan dasi merah itu berdiri sambil menatap langit biru yang cerah.

“Lo berhasil, Dav.” Tiga laki-laki yang selama ini selalu menemani Dava dan selalu mendukung sahabat mereka itu datang untuk Dava. Mereka adalah Fandi, Alvi, dan Bian.

Berteman sejak SMA hingga sekarang, mereka sudah seperti keluarga. Dulu mereka memang selalu berlima ke mana-mana, tetapi setelah lulus sekolah, salah satu diantara mereka pergi untuk melanjutkan kuliahnya di Swiss.

Arka memilih untuk meninggalkan Dava, Fandi, Alvi, Bian untuk melanjutkan pendidikannya. Ia juga ingin mencari suasana baru agar ia tidak teringat pada satu gadis yang pernah membuatnya jatuh hati.

“Masuk?” ajak Dava yang diangguki oleh ketiga sahabatnya itu.

Mereka memasuki toko buku yang telah Dava bangun. Di sana tersusun rapi buku-buku fiksi juga non-fiksi.

“Kapan lo buka?” tanya Bian saat melihat tidak ada satupun pengunjung di sana.

“Besok,” jawab Dava.

Fandi menatap puluhan buku yang indah itu, sudut bibirnya gemetar dan ia sangat ingin mengucapkan satu nama saat melihat itu semua. Tetapi, Fandi tidak ingin melihat Dava kembali terluka karena mulut Fandi lagi.

“Gak usah ditahan, gue udah bisa menerima semuanya.” Dava sangat mengerti bagaimana sahabatnya karena mereka sudah lama bersama.

“Gue yakin Ayyana pasti senang lihat ini semua, Dav,” ucap Fandi sambil tersenyum.

Alvi mengangguk, “Dia sangat menyukai buku.”

“Lo udah berhasil mewujudkan impian Ayyana, Dav,” ucap Bian memberikan semangat pada Dava.

Dua tahun lalu, Dava kehilangan sosok Ayyana dalam hidupnya. Gadis yang dulu menjadi tunangannya itu kini telah berada di sisi Tuhan. Di saat bersamaan Dava juga kehilangan Glassia, gadis yang dulu menjabat sebagai kekasihnya.

DAVANDRA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang