16. Bayangan Itu

88 4 0
                                    

“Kenangan datang hanya untuk membunuh saja.”

Happy reading!

.
.
.

“Aaa!”

Suara teriakan Glassia memenuhi kamarnya, gadis itu merasakan sakit yang begitu dalam pada kepalanya. Ia tak kuasa menahan suaranya.

Tiba-tiba saja banyak ucapan-ucapan kotor muncul di kepala Glassia. Ia merasa itu adalah sebuah cacian dan makian terhadap dirinya. Tetapi, Glassia tidak bisa mengenali orang-orang yang ada dalam bayangannya itu.

Semuanya terlihat buram, Glassia benar-benar sulit memulihkan ingatannya. Setelah memandang foto yang diberikan Dava beberapa waktu lalu, Glassia terus merasakan nyeri pada bagian kepalanya.

Di kamarnya, Glassia hanya sendiri karena Khair pergi untuk bekerja. Beberapa orang yang disewa Khair untuk menjaga Glassia juga sedang berada di ruangan berbeda.

Mereka berpikir bahwa Glassia sedang istirahat dan tidur. Beberapa diantaranya memasak dan membersihkan rumah kediaman Glassia bersama Khair sekarang.

“Arkhh, sakit,” rintih Glassia, tubuhnya terjatuh ke lantai. Gadis itu menangis seraya berteriak kecil.

“Siapa kalian?” tanyanya asal kala ia menutup matanya, banyak bayangan seseorang yang sekarang tidak bisa ia kenali.

Di sana ada satu lelaki yang menonjol dalam ingatannya. Setelah itu muncul seorang perempuan dan menatap ke arahnya.

Glassia memegang kepalanya yang semakin sakit itu. Air matanya bercucuran ke sana kemari.
Tiba-tiba saja muncul banyak laki-laki dengan lampu-lampu gerlap-gerlip. Glassia tidak bisa melihat semuanya dengan jelas.

Hingga pada akhirnya bayangan itu berubah menjadi seorang laki-laki berseragam sekolah menatap ke arahnya. Glassia masih menutup matanya, rasanya gadis itu seperti melihat kejadian yang dulu pernah ia alami.

“Pagi, sayang!”

Kalimat itu terdengar jelas menembus lorong telinganya Glassia. Wajah itu sangat tidak asing baginya.

Glassia melempar fotonya bersama Dava yang kemarin lelaki itu berikan ke sembarang arah.

“DAVA!” teriaknya sembari membuka mata secara tiba-tiba.

“Glassi?”

Glassia langsung melihat ke arah sumber suara itu. Seorang lelaki dengan foto Glassia dan Dava yang ada tangannya.

Glassia bangkit dan berlari ke arah lelaki itu kemudian memeluk erat tubuhnya, “Mereka datang lagi,” adunya.

Khair membalas pelukan Glassia dengan hangatnya, “Tenang, hm.”

Lelaki itu mencoba menenangkan Glassia, namun pikirannya berjalan ke sana kemari kala memandang foto masa SMA Glassia. Ia bertanya-tanya, di mana Glassia menemukan foto itu?

Glassia melepaskan pelukannya dan menatap ke arah Khair, “Bayangan dia juga ada, Kha,” ucap gadis itu, merebut foto yang tadi masih dipegang Khair.

“Gak usah dipaksa, kalau kamu gak bisa ingat semuanya, gapapa.” Khair tersenyum ke arah Glassia seraya merapikan rambut gadis itu.

Khair berusaha bangkit, ia tidak sanggup jika harus kehilangan Glassia karena Dava untuk kedua kalinya. Lelaki itu mencoba kuat, ia tidak mungkin pula memaksakan perasaan Glassia.

Glassia menahan Khair yang ingin pergi dengan menarik lengan lelaki itu.

“Aku boleh minta bantuan kamu lagi, gak?”

DAVANDRA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang