21. Perasaan Itu Terlarang

56 3 0
                                    

Hidup memang harus memilih

Happy reading!

.
.
.

“Saya mohon, terima saja uang ini,” ucap Riski sambil menyodorkan sejumlah uang pada Dava.

Sudah kesekian kalinya, Dava menolak uang itu. Ia datang untuk membantu Keyzha, bukan memberi sebuah pinjaman yang harus dibayar oleh orang tuanya.

“Jika kamu masih tidak mau menerima uang ini.” Riski mulai memutar otaknya, “Maka berikanlah pada orang yang telah mendonorkan darahnya pada Keyzha kemarin.”

Dava mengangguk namun tangannya masih menolak, “Dia adalah bawahan saya, jadi Om tenang aja.”

“Dava, jika bukan karena dia, entah apa yang akan terjadi dengan Keyzha.” Kini Riski meletakkan uang yang ia sodorkan itu di atas meja.

“Kami tidak bisa mendonorkan darah kami padanya,” sambung Riski.

Dava tidak ingin ini terus berlanjut, ia mengambil uang yang diberikan Riski. “Saya akan memberikan uang ini kepada pendonor untuk Keyzha.”

“Terimakasih, Nak.”

“Om, saya boleh meminta sesuatu?” tanya Dava dan mengalihkan pembicaraan mereka ke level yang lebih serius.

“Apa?”

“Tolong, perlakuan Keyzha seperti anak kalian sendiri,” ucap Dava.

Deg!

“Maksudnya Keyzha bukan anak Papah?” Keyzha datang menghampiri Dava dan Riski.

Dua lelaki yang sedang duduk bersama di ruang tamu rumah Keyzha itu sangat terkejut atas kedatangan tiba-tiba gadis itu. Tadi bukannya Keyzha pergi dengan temannya? Mengapa ia pulang secepat ini?

“Keyzha?” ucap Riski dan Dava serempak.

“Kak, apa maksud ucapan Kakak barusan?” tanya Keyza yang kini menahan air matanya agar tidak terlihat lemah.

Pandangan gadis itu kini beralih pada sang ayah, “Dan kenapa Papah gak bisa jadi pendonor buat Keyzha?”

Dua lelaki itu terdiam, mereka tidak dapat mengucapkan kalimat apapun. Dava ingin mengatakan pada Keyzha tentang hal yang sebenarnya. Tapi, apakah itu akan terdengar begitu kejam?

Lalu Riski, rasanya ia tak sanggup jika melihat Keyzha hancur. Gadis itu baru saja sembuh setelah kejadian kecelakaannya kemarin.

Tidak lama Lina dan Della yang baru pulang dari tempat perbelanjaan untuk persediaan dapur mereka memasuki ruang tamu. Lina dan Della masih mencerna apa yang terjadi di sana.

“Ada apa ini?” tanya Lina sambil meletakkan keranjang belanjaannya.

Keyzha menatap Riski dan Lina secara bergantian, “Apa Keyzha bukan anak kandung kalian?”

Dor!

Lina kaget mendengar pertanyaan itu keluar dari Keyzha. Bagaimana ia bisa bertanya demikian? Della bahkan kini tak sanggup menahan tangisnya, rahasia yang mereka simpan kenapa diketahui Keyzha?

Sedangkan Dava, ia bingung di posisi sekarang ini. Jika ia pergi, ia akan terlihat tidak sopan dan tak bertanggung jawab. Namun, jika ia tetap di sini, apakah wajar? Bukan kah ini adalah masalah pribadi mereka?

“Kami bisa menjelaskan semuanya, Zha,” ucap Riski mencoba untuk menenangkan Keyzha.

Keyzha menggeleng, ia sudah mengerti sampai di sini. Pantas saja Riski dan Lina selalu mengutamakan Della. Wajar sekali jika mereka lebih memperhatikan anak kandung daripada anak pungut.

DAVANDRA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang