29. HUT Daisy Books

57 4 0
                                    

Happy reading!

.
.
.


Kesehatan Dava semakin hari semakin menurun. Mungkin itu terjadi karena ia yang terus menerus menguras energinya sendiri. Dava kuliah lalu bekerja hingga larut malam guna menyibukkan dirinya.

Ia juga masih menjaga Keyzha meski sekarang dari kejauhan karena gadis itu terus menghindarinya. Beberapa waktu lalu, orang tua Keyzha mengajak Dava untuk makan malam di rumah mereka. Namun, Dava tolak karena ia tahu bahwa Keyzha seperti tidak menginginkannya.

Gadis itu mungkin masih kecewa dengan Dava. Meski begitu, diam-diam ia juga masih memperhatikan Dava. Keyzha menjadi sangat dingin sekarang, namun ia selalu mencoba memberikan perhatian pada Dava.

Begitu saja sudah cukup bagi Dava. Ia tahu, Keyzha ingin dekat kembali dengan nya tapi gengsi yang dimiliki gadis itu terlalu besar.

Sekarang juga Keyzha sudah mulai dekat dengan keluarganya. Setelah hari di mana ia kecelakaan waktu itu, Riski dan Lina mulai memberi perhatian pada Keyzha.

Hari ini adalah hari di mana genap satu tahun terbangunnya perpustakaan yang Ayyana impikan itu. Dava mengajak para pekerjanya untuk merayakan hari itu.

Di sana banyak pekerja Dava yang terlihat bahagia, termasuk Keyzha. Suasana sepi perpustakaan kini berganti dengan keramaian. Mereka menutupnya dan menyalakan musik untuk hiburan.

Bau alkohol mulai menembus Indra penciuman Keyzha. Gadis itu tidak pernah meminum alkohol. Jadi, sedikit saja bau nya muncul, sudah membuatnya menyengat di hidup Keyzha.

Keyzha menjauh dari minuman keras itu. Ia tidak ingin meminumnya karena takut.

Brukh!

Tubuh Keyza menabrak seseorang. Dia adalah Dava, atasan kerjanya.

Keyzha menunduk dan meminta maaf, “Maaf, Kak.”

“Gapapa. Lo baik-baik aja?” tanya Dava khawatir kala melihat wajah tidak enak Keyzha.

“Gue gapapa,” ucap Keyzha.

Senang rasanya bisa berinteraksi sedekat ini dengan Dava. Keyzha rindu lelaki itu tapi ia tidak ingin terlalu jatuh dalam perasaanya. Jika bisa, Keyzha tidak ingin lagi melihat wajah lelaki itu sebagai orang yang ia cintai.

“Lo gak minum?” tanya Dava. Ia melihat ke sekeliling, semua orang asik dengan gelas alkoholnya, sedangkan Keyzha malah menjauh dari kerumunan itu.

Keyzha menggeleng, ia tidak terbiasa. Dava pun mengangguk menanggapi gelengan kepala gadis itu. Tak lama bunyi tanda sebuah pesan masuk berbunyi di ponsel milik Dava.

“Gue keluar dulu, ya? Lo lanjutin pestanya,” ucap Dava setelah melihat pesan dari seseorang yang sudah menunggunya di luar sana.

Keyzha mengangguk, melarang juga tidak mungkin. Jadi, dia biarkan saja Dava keluar dan mengurus urusannya.

“Maaf aku ganggu kamu, Dav.” Seseorang yang menunggu Dava itu merasa bersalah karena ia datang di saat Dava merayakan sebuah pesta bersama bawahannya.

Dava mengangguk, “Santai aja, Sia.”

Glassia tersenyum, ia senang Dava tidak lagi membencinya. Mungkin karena penyesalan Glassia, gadis itu kini mulai dimaafkan oleh Dava.

“Lo ke sini, gak sama Khair?” tanya Dava saat menyadari Glassia datang seorang diri.

“Iya aku sendiri. Aku mau minta tolong ke kamu, Dav.”

“Apa?”

Glassia menarik nafasnya guna menenangkan hatinya. “Tolong bawa aku ke tempat pemakaman Ayyana. Aku mau minta maaf ke dia.”

Dava sedikit menunjukkan senyumnya, “Gue bakal ajak lo ke makam Ayyana.” Dava tahu, Ayyana pasti senang jika Glassia datang untuk mengunjunginya. Mengapa Dava tidak mau menolong Glassia?

“Satu lagi,” ucap Glassia, kini dengan wajah seriusnya.

Dava pun menatap Glassia, “Ada lagi?”

“Kamu terkena penyakit radang hati, Dav?” tanya Glassia, “Maaf kalau aku lancang, tapi aku bisa donorin hati aku ke kamu.”

“Darah kita sama, Dav. Kamu pasti lebih penting di dunia ini daripada aku.”

Dava sedikit kaget mendengar ucapan Glassia, namun sedetik kemudian ia tersenyum. Dava tidak menyangka Glassia akan mengatakan hal seperti itu. Dari mana ia tahu jika Dava memiliki penyakit radang hati?

“Lo itu berharga, Sia. Gue bisa sembuh, kok. Tenang aja,” ucap Dava dengan tangan menepuk pundak Glassia.

Wajah Glassia terlihat khawatir, “Kamu harus sembuh, Dav. Biarin aku melakukan kebaikan dalam hidup aku sekarang.”

“Lo udah sangat baik sekarang, Sia.” Dava menatap mata sayu Glassia, “Ada orang yang nunggu lo. Ada orang yang takut kehilangan lo, Glassia Andindita.”

Glassia mengerti siapa yang dimaksud Dava. Tapi, ia masih merasa belum pantas untuk orang itu. Khair adalah lelaki baik, meski Glassia juga mencintainya, tapi Glassia sadar bahwa dia dan Khair memiliki perbedaan yang sangat jauh.

“Tapi kehadiran kamu jauh lebih dibutuhkan dari aku, Dava. Ada Mamah, orang tua kamu, ada karyawan kamu, ada temen-temen kamu, dan ada Keyzha.”

“Tapi gak ada Ayyana,” sahut Dava singkat namun langsung membuat Glassia mengerti.

“Maaf.”

Dava tersenyum, “Gapapa. Gue bisa lawan penyakit gue sendiri. Lo tenang aja.”

“Aku boleh minta sesuatu sama kamu, Dav?” tanya Glassia dengan ragu.

Dava mengangguk, “Apa?”

“Aku boleh meluk kamu?”

Tanpa menjawab, Dava membawa mantan kekasihnya itu ke dalam pelukannya. Meski hubungan mereka dulu diakhiri dengan sebuah kesalahan besar. Tetapi, mereka berdua pernah berada di titik terendah bersama dan berjuang bersama.

Sekarang pun, di saat mereka sudah memiliki hidup masing-masing. Di saat Glassia yang kini sudah memiliki Khair dan Dava yang hatinya telah dimiliki Ayyana. Mereka berdua akan terus menjaga hubungan baik itu.

Di sisi lain, Keyzha menunggu Dava untuk kembali masuk. Tetapi, ia masih belum melihat kemunculan lelaki itu. Dengan ragu, langkah Keyzha menuju ke luar perpustakaan.

Tidak disangka, Keyzha melihat Dava sedang memeluk seorang gadis. Hatinya terluka hebat, ditambah ia melihat sosok gadis itu adalah mantan kekasih lama Dava.

“Seharusnya gue gak perlu mencari tahu,” ucapnya dengan suara gemetar. Menyesal karena telah keluar untuk mencari Dava.

Keyzha berlari masuk. Ia bergabung dengan para teman-temannya yang mengobrol bersama. Mata Keyzha mulai berkaca tetapi ia masih bisa menahan air mata itu.

“Lo kenapa, Zha?” ucap seseorang melihat wajah kecewa Keyzha.

Keyzha tersenyum, “Gapapa,” jawabnya.

Gadis itu melihat kekecewaan pada wajah Keyzha yang semakin mendalam. Ia berinisiatif memberi Keyzha secangkir alkohol.

Benar saja, Keyzha menerimanya tanpa sedikitpun menolak. Ia meneguk habis satu gelas dan memintanya lagi. Keyzha tidak terkontrol malam ini. Gadis itu seperti terbang membawa masalahnya dengan tegukan demi tegukan alkohol.

“Gue salah!” ucap Keyzha pada dirinya sendiri lalu kembali meneguk alkohol.

“Zha, lo berlebihan,” ucap seorang gadis yang tadi memberikan alkohol pada Keyzha, “Lo udah habis sampai lima gelas, Zha.”

Keyzha tersenyum mendengar ucapan gadis itu kemudian ia menangis. Sial, Alkohol memang sesuatu yang menyenangkan bagi Keyzha sekarang.

Setidaknya ia bisa berhenti memikirkan perasaannya pada Dava. Tapi, bagaimanapun juga mengonsumsi alkohol bukan hal yang baik bagi baikan diri juga kesehatannya.

“INI ADALAH PESTA! WAJAR KALAU MINUM ALKOHOL, KAN?”

.
.
.

TBC

Zeana

DAVANDRA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang