14. Melewati Batas

65 3 0
                                    

Terlalu lama kah?

Welcome back!

Semoga kalian suka dan tetap mau nunggu Zeana update

Happy reading!


.
.
.

Suara rintik hujan terdengar sangat deras di luar jendela. Via tidak berniat untuk keluar dari kamarnya. Gadis itu berhadapan dengan laptopnya untuk mengerjakan beberapa tugas di sana.

Via memutar lagu dengan volume yang cukup kecil. Malam yang sudah larut dan jam pun telah menunjukkan hampir jam dua belas malam. Via tidak bisa tidur, makanya ia memilih untuk mengerjakan tugasnya saja.

Ceklek!

Pintu kamar Via yang lupa ia kunci kini mulai terbuka. Via sedikit kaget kala pintu itu terbuka dengan sendirinya. Ia bangkit dan memeriksa pintunya.

“Kak Fandi?” ucap Via semakin kaget dibuatnya, lelaki itu masuk dengan sempoyongan ke kamar Via.

Fandi sedikit meracau, “Kenapa ada lo di mana-mana sih, Vi?!”

Lelaki itu minum lagi, bau alkohol mendominasi tubuhnya. Nafas yang menggebu dan mata yang merah dengan sorot sayu. Lelaki itu seakan ingin menyiksa diri dengan meminum minuman beralkohol.

“Kak, balik ke kamar lo.” Via menarik lengan Fandi, ia ingin menghantarkan lelaki itu ke kamarnya sendiri.

“Bukannya ini kamar gue? Ngaur aja lo, bayangan Via!” ucap Fandi, lelaki itu kini malah mengunci pintunya dan berjalan melewati Via begitu saja.

Hati Via kembali tersayat melihat keadaan Fandi. Ia merasa bersalah dengan perasaan yang mereka miliki. Mengapa takdir sejahat itu pada dua orang ini?

Via menjauhkan laptop dan beberapa bukunya dari Fandi. Ia merapikan kamarnya dan hendak mengambil selimut untuk menutupi tubuh Fandi. Lelaki itu seakan kelelahan dan tertidur.

Via tak bisa berbuat apa-apa, ia akan membiarkan Fandi tidur di kamarnya malam ini dan dia yang akan tidur keluar. Gadis itu meletakkan selimut di atas tubuh Fandi agar kembarannya tak merasa kedinginan di malam yang kelam ini.

Hap!

Fandi menarik lengan Via hingga gadis itu terjatuh di sampingnya. Mereka cukup dekat sekarang, jantung keduanya sama-sama berdetak kencang. Mereka masih memiliki perasaan yang sama.

“Kenapa gue selalu bayangin lo, Vi?” ucap Fandi dengan nada bicara khas orang mabuk.

Via tersenyum, “Lo tidur aja, Kak. Gue mau keluar.”

Fandi tidak akan membiarkan Via pergi, ia menahan tangan gadis itu dan menariknya kembali. “Kenapa lo selalu mau ninggalin gue, Vi?”

“Bahkan bayangan lo gak bisa menenin gue malam ini?”

Via kembali meneteskan air matanya, lagi-lagi Fandi menganggap dirinya hanya sebuah bayangan saja. Fandi sama sekali tidak menganggap bahwa yang sekarang bersamanya adalah Via nyata bukan bayangannya semata.

“Gue masih kenal dengan jelas ini adalah bau lo, Vi.” Fandi mencium Via.

Malam ini, lelaki itu seakan menginginkan lebih terhadap kembarannya. Fandi memeluk tubuh Via, tubuh lelaki itu kini bergetar seakan sedang menangis di sana.

“Kenapa lo harus terlahir sebagai kembaran gue, Vi?” tanyanya masih dengan memeluk tubuh Via.

Via terjatuh dalam pelukan hangat lelaki itu, “Semoga di kehidupan selanjutnya lo dan gue bisa bersatu, Kak.”

DAVANDRA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang