10. Glassia?

150 4 0
                                    

“Orang-orang yang pernah ada di ceritamu sebelumnya kini kembali lagi di cerita kita.”
DAVANDRA 2

ARE YOU READY?

Kita ketemu Glassia lagi

Happy reading

.
.
.


“Dava, kalau kamu terus begini, bagaimana dengan kesehatan kamu?”

Hari ini Dava kembali harus menggunakan pakaian putih dan berada di dalam ruangan yang berbau obat-obatan. Bagaimanapun ia harus terus diawasi oleh dokter pribadinya, yaitu seorang lelaki yang kerap disapa dokter Eza.

Dava sedikit tertawa menanggapi ucapan Eza, “Saya baik-baik aja kok, Dok.”

Eza menggeleng, pasiennya ini memang sangat sulit diberitahu. Untung saja Eza sabar, ia terus berusaha untuk menyembuhkan Dava.

“Kurangi aktivitas yang tidak terlalu penting, beban pikiran mu juga jangan disimpan sendiri,” ucap Eza.

Mungkin karena mereka seumuran, Dava dan Eza terlihat sangat dekat. Mereka juga akrab, bahkan sering berbagi cerita bersama. Dava merasa Eza adalah dokter sekaligus teman baginya.

“Ayolah, Dok? Saya ini ingin hidup dengan normal,” ucap Dava memprotes pada Eza, berbaring di kasur tak akan membuatnya nyaman.

“Seharusnya kamu dirawat, untung saja saya masih membiarkan kamu keluar dan berkeluyuran hingga malam hari,” sahut Eza.

“Ya! Saya bukan anak kecil lagi, dok!”

Eza terkekeh mendengar jawaban Dava, lelaki ini sangat berbeda dari pertama kali ia bertemu. Dava menjadi orang yang lebih ceria saat ia mengetahui penyakitnya yang semakin parah.

“Iya, kamu masih muda!”

“Dih, selisih usia kita cuman sekitar lima tahun, lho!”

“Sudahlah, bagaimana dengan gadis itu?” tanya Eza sembari menyiapkan obat untuk Dava minum.
Bibir lelaki itu terlihat sangat pucat, tampak sekali jika kesehatan Dava mulai menurunkan kembali.

“Keyzha?”

Eza mengangguk, ia tidak tahu siapa Keyzha, siapa Ayyana. Namun, Dava sering menceritakan mereka, jadi sedikit banyak Eza tahu.

“Dia udah tahu kalau saya adalah tunangan Ayyana.”

Eza menyodorkan sepiring nasi dan segelas air putih pada Dava, meminta lelaki itu untuk memakannya.

“Lalu, bagaimana?” tanya Eza kembali.

Dava menjawab sembari memasukkan nasi dalam mulutnya, “Bagitulah wanita.”

Eza mengangguk mengerti, gadis memang seperti itu. Sudah Eza duga pasti akan ada adegan tangis, lalu marah-marah dan sebagainya.

Dava meneguk obatnya. Lelaki itu sedang berjuang untuk sembuh dari penyakitnya. Eza menatap sendu ke arah Dava, ia tidak tahu sampai kapan ia bisa mempertahankan lelaki yang ada di depannya sekarang ini.

“Santai aja kali, Dok. Saya ini tidak semenyedihkan itu,” ucap Dava yang menyadari tatapan iba dari Eza pada dirinya.

Eza mengangguk, “Cepat sembuh!”

***

“Gue benci sama dia, La!” Keyzha masih saja menangis atas kepergian Ayyana.

“Zha, tapi kelihatannya Kak Dava itu orang yang baik,” ucap Ayla mencoba untuk menenangkan sahabatnya.

Ayla sudah mengetahui tentang Ayyana. Keyzha telah menceritakan segalanya padanya. Gadis itu juga iba melihat keadaan Keyzha yang sepertinya sangat terpukul atas kabar duka itu.

DAVANDRA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang