22. Pembunuh

75 3 0
                                    

Happy reading!

.
.
.


“JAUHI VALEN!”

Alvi melawan tiga preman sekaligus. Ia sudah lama ingin menghantam para preman yang terus menerus mengusik hidup kekasihnya itu. Alvi tidak segan untuk menumpahkan darah jika preman itu terus memeras Valen.

“Gak akan pernah!” teriak salah seorang preman dengan wajah yang penuh lebam karena Alvi.

BRUKH!

Satu pukulan berhasil kembali Alvi layangkan pada wajahnya. Darah Alvi terasa mendidih kala mendengar ucapan preman itu. Mengapa mereka mengganggu Valen?

Alvi tidak suka jika ada orang yang terus menekan kekasihnya. Tidak akan Alvi biarkan hidup Valen terusik oleh siapapun. Jika ia sudah terlanjur mencintai seseorang, beginilah menyeramkan nya Alvi. Ia tidak mungkin melepaskan orang yang mengganggu Valen.

“Kalau lo tahu apa yang dibuat, lo pasti bakal dukung gue sama temen-temen gue!” ucap preman lainnya dan membantu temannya yang terjatuh karena Alvi.

Kening Alvi bertaut, hanya saja ia tidak mudah percaya. Alvi ini sulit percaya jika ia tidak melihat bukti nyata di depannya. Bisa saja jika para preman ini ingin memisahkan Alvi dan Valen, bukan?

Mencoba untuk mengadu domba pasangan itu dengan tujuan menyiksa Valen. Bukankah mereka sangat tidak menyukai Valen? Lantas sudah dapat dipastikan jika mereka mengatakan hal buruk tentang gadis itu.

“Apapun alasannya, pergi dari hidup Valen!” perintah Alvi kemudian ia berniat pergi meninggalkan para preman itu.

“Gadis bernama Arasya Bella, meninggal dunia enam tahun lalu,” ucap seorang preman yang berhasil membuat Alvi kembali menatapnya.

Dari mana preman itu mengetahui tentang Ara? Gadis yang saat ini masih segar diingatan Alvi. Gadis yang membuat Alvi menjatuhkan hatinya untuk pertama kali.

Dia adalah gadis yang membuat Alvi menjadi sedingin ini. Meski sekarang ia sudah bersama Valen, tetap saja posisi Ara di hatinya tidak akan tergantikan.

Pertanyaannya sekarang adalah, dari mana preman itu mendapatkan nama Ara? Arasya Bella, mereka menyebut nama lengkap gadis itu seakan mereka pernah bertemu dengannya.

Sudut bibir para preman itu terangkat, mereka saling menatap satu sama lain seolah merasa ucapannya akan berhasil. Alvi memang selalu tenang menghadapi masalah apapun kecuali itu berurusan dengan Ara.

Kematian Ara memang masih menjadi misteri bagi Alvi. Bagaimana mungkin gadis itu tertabrak truk hanya dengan modal kebetulan saja? Sedangkan sore itu, jalanan terlihat sepi dan tidak sepadat biasanya.

Bahkan jika diingat, truk yang menabrak Ara hari itu terlihat bersengaja. Alvi melihat seluruh kejadiannya namun sial, ia tidak bisa melakukan apapun kala itu.

“Di mana kalian tahu tentang Ara?!” tanya Alvi mencoba berbicara tanpa amarah.

Alvi menatap tiga preman itu secara bergantian. Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut mereka. Rasanya Alvi geram, ia menjadi sulit mengendalikan dirinya karena ada orang yang menyebut nama Ara.

“JAWAB!”

Mereka semua masih diam. Alvi mengangguk, ia mengerti dengan tatapan preman itu. Beruntungnya hari ini Alvi membawa uang tunai tidak kartu saja seperti biasanya.

Alvi mengambil semua uang tunai berwarna merah yang ada di dalam sakunya. Lelaki itu melemparnya pada wajah tiga preman yang ada di depannya.

“Sekarang jelaskan semuanya!”

DAVANDRA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang