Teater 10

65.7K 6K 62
                                    

Helia langsung menutup telfon sesaat mendengar suara Hades. Iya itu Hades.

Tapi bagaimana bisa cowok itu tahu nomor telfonnya? Apakah Helia pernah bertukar nomor dengan cowok itu? Helia merasakan kepalanya berdenyut.

Ia bergegas berjalan menuju ranjang, merebahkan diri disana sambil berfikir. Kenapa ia bisa berada disini? Apakah ini mimpi? Khayalan? Apakah Helia terjebak dalam imajinasinya sendiri?

Seumur hidup Helia tidak pernah percaya dengan Transmigrasi, time traveler, dunia paralel atau yang lainnya. Hidupnya ia habiskan untuk membahagiakan diri sendiri dengan uang. Pendidikan bukanlah hal yang ia kuasai, otaknya bodoh sejak awal, Helia tidak berbakat di bidang akademik.

Ia berbakat di bidang hiburan, seni, atau yang sering disebut dunia perfilman, Helia adalah aktris yang aktingnya patut di acungi jempol, film layar lebar terakhirnya sukses besar sampai membuat namanya naik, ia dikenal banyak orang.

Tapi semua mimpinya untuk menjadi artis internasional hilang karena sekarang ia malah berada disini, di dunia ini? Sebenarnya dimanakah ini? Benarkah dunia novel yang pernah Helia baca?.

Helia tau novel transmigrasi memang trend dimana pemeran utama akan berpindah jiwa kedalam tubuh antagonis dan mengubah alur cerita, biasanya orang yang bertransmigrasi punya masalah hidup atau bahkan cewek super Badas yang di kelilingi oleh cowok-cowok tampan, itu seperti ciri khas. Lalu mereka akan meninggal entah karena tertabrak mobil, menelan makanan dan tersedak, bunuh diri, atau bahkan yang lainnya.

NAMUN HELIA HANYA TERTIDUR??

Helia tidak membenci tokoh manapun di dalam novel, dia menikmati novel dengan judul 'boys in luv' tersebut, sudah peran antagonis selalu sial karena memang itulah perannya, begitupun tokoh lainnya, Helia mengerti karena memang itulah jalan cerita yang sedang di tuliskan, mereka hanya pemeran tokoh, mereka mengikuti alur yang telah dibuat oleh si penulis, Helia tidak protes sedikitpun.

Hanya saja, Helia tidak suka novel tersebut di angkat sebagai film, itu terlalu porno dan banyak adegan dark yang harus di sensor. Helia bahkan sangsi kalau novel tersebut lebih banyak mengangkat kisah pembunuhan? Adegannya terlalu sadis dan tidak ramah untuk jantung, sepanjang membaca novel pun Helia nyaris tidak bernafas.

Itu baru novel belum film. Bahkam ada satu scene dimana Asteria berlutut di depan Lioner untuk tidak membunuh cowok yang mengganggunya, namun karena kecemburuan Lioner tetap membunuh cowok itu di depan Asteria, dia memotong leher cowok itu lalu menyayat..

STOPPP.

Helia merasakan dengkulnya bergetar, itu baru cowok yang menyapa Helia, nasib Irene dan dirinya jelas lebih buruk lagi kalau sekarang semua adegan itu benar-benar terjadi.

Helia menoleh kearah ponselnya yang kembali berbunyi, Hades kembali menelfon, namun Helia tidak peduli. Ingat jauhi orang gila atau kamu akan ikut gila.

Helia masih waras, walau bodoh otaknya masih bekerja, dia tidak mau terjerumus dalam rayuan setan para tokoh utama pria.
________________________

"Ternyata kapasitas otaknya beneran bodoh" seorang cowok dengan warna rambut sehitam malam terkekeh, dia duduk di atas lemari reot milik Helia, walau begitu lemari tersebut tidak terlihat seperti menimpa beban.

Cowok itu mengalihkan atensinya ke arah ponsel Helia yang kembali berdering, lalu mengenyirtkan dahi, bergumam "kenapa pemeran utama pria selalu se obsesi ini sama wanitanya?"

"Karena itu udah kodratnya" suara yang terdengar dari samping membuat dia menoleh.

"Hai Nael" sapa cowok yang berambut putih.

"Kamu gak melakukan tugas mu Zael? Siapa yang kamu awasi?"

"Ah talent kita yang itu agak berbeda, namanya Katherine lebih sering Sherin atau serin, galaknya minta ampun, sesekali aku merasa dia sedang marah-marah padaku" ujar Zael curhat, cowok itu cemberut yang membuat Nael terkekeh ringan.

TeaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang