Teater 32

42.9K 5.4K 689
                                    

Helia berdecak beberapa kali saat pintu perpustakaan tidak bisa di buka, dia kembali menekan-nekan knop pintu dan menggerakkannya namun tidak bisa.

Ayolah ini bercanda kan? Lagipula dimana petugas yang biasanya menjaga ruangan ini? Helia tidak sedang di kerjai kan?

Dia mencari sesuatu misalnya jarum atau apapun itu untuk membuka pintu, dan seolah menemukan jawaban Helia menemukan jepit rambut di meja administrasi perpustakaan, tempat biasanya penjaga duduk untuk melayani siswi yang biasanya meminjam buku atau mengembalikan buku.

Helia mengambil jepit rambut tersebut, di film yang sering Helia tonton, jepit rambut ini bisa membuka pintu yang terkunci.

Dengan pengetahuan itu Helia mengambil jepit rambut tersebut dan memasukkannya kedalam kunci pintu, menggerak-gerakkan jepit rambut tersebut.

Namun memang film tidak seindah kenyataan, beberapa kali mencoba sampai tangannya sakit dan jepit rambut itu bengkok pintu tetap tidak terbuka sama sekali.

Helia menyerah, dia meniup rambutnya yang jatuh di depan wajah dengan ekspresi lelah, terduduk di depan pintu perpustakaan.

"Ada orang di luar??? Haloooo...."

Hening, tidak ada yang menyahut perkataan Helia sama sekali.

Berpikir sebentar, Helia berdecak kemudian kembali duduk di tempat semula, ya sudah, Helia tidak takut sendirian di perpustakaan, dia akan menunggu sampai pintu terbuka sendiri toh jam istirahat nanti perpustakaan pasti akan kembali di buka.

Semenit setelah Helia berpikir begitu lampu perpustakaan yang tadi menyala terang kini padam, Helia terdiam kaku.

Helia memang tidak takut sendirian di perpustakaan asalkan lampu menyala terang di ruangan sebesar ini, cahaya matahari tidak banyak membantu apalagi Helia duduk di tengah ruangan, tapi Helia takut sekali duduk sendirian di perpustakaan dengan kondisi gelap seperti ini walaupun di ujung sana, masih ada cahaya matahari yang masuk.

Hening, Helia masih tidak berani bergerak karena takut, telinganya menajam mendengarkan situasi di sekitar,

"Hihihi" dan sedetik kemudian Helia berlari menuju pintu, menendang-nendang pintu tersebut agar terbuka.

"Tolong....!!!"

"Buka pintunya tolongg!!!"

Helia panik, dia menatap perpustakaan dengan kondisi takut, matanya menemukan cahaya yang masuk melalui jendela, Helia berlari kesana lalu membuka jendela tersebut lebih lebar sebelum kemudian lompat keluar.

Akibat rasa panik dan takut, Helia ceroboh, perpustakaan berada di lantai dua, dia jatuh di tanah yang untungnya berumput tebal lantas bergulingan disana sampai menabrak pohon.

Ya Tuhan, Helia memasang muka datar lalu bangun dengan eskpresi nelangsa, bajunya kotor dengan rambut berantakan kemana-mana.

Beberapa daun hinggap di tubuh Helia, membuat kondisinya makin terlihat nelangsa.

Helia bangkit, dia menepuk-nepuk pakaiannya sebelum kemudian tertegun melihat ke arah depan.

"Saga..ra?"

Sagara mengerjapkan mata beberapa kali melihat ke arah Helia, sedangkan teman di sampingnya sudah tergelak tawa.

"Hai" Sagara melambai dengan canggung, dia meneliti tubuh Helia dari atas sampai ke bawah, kemudian meringis kecil.

"Kenapa lo bisa ada disini?" Tanya Helia bingung, setahunya Sagara berada di sekolah yang berbeda dengan Agaris.

Sagara mengangguk, kemudian memukul temannya yang masih tertawa melihat kondisi Helia, "ekskul basket ada pertandingan persahabatan sama sekolah lo, gue tim basket"

TeaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang