Teater 53

30.5K 3.4K 274
                                    

Hari kesekian yang tidak Helia ketahui, dia masih di kurung di dalam kamar, beberapa buku terletak sembarangan di ranjang, juga beberapa camilan yang telah Helia habiskan. Rantai yang ada di kaki dan tangannya sudah terlepas, tapi Helia tidak bisa kemana-mana, hanya berdiam diri di dalam kamar.

Helia bangun, dia membersihkan kamarnya dengan segera, merapikan selimut juga bungkus-bungkus makanan. Selesai merapikan kamarnya, dia mendorong kursi roda menuju jendela yang terpasang gembok, Saegar sangat niat sekali untuk mengurung Helia.

Beberapa hari yang lalu, Helia sudah berusaha mencoba kabur, dari yang paling halus sampai cara paling licik sekalipun, namun tidak berhasil.

Dia hanya bisa melihat dunia luar dari jendela seperti ini, benar-benar kasihan.

Pintu ruangan terbuka, menampilkan Saegar yang masuk sambil membawa beberapa dokumen, cowok itu menghampiri Helia.

"Sayang, nanti mau menu apa buat makan malam?"

Helia menoleh, memasang wajah cemberut sok cantik, kalau dengan Saegar dia harus berlaku manja dan manis, cowok itu sangat menyukainya.

"Mau makan di luar"

Raut wajah Saegar sedikit berubah, dia mendekati Helia lalu mengecup keningnya mesra "gak bisa, sayang"

"Kenapa?"

Tangan Saegar mengelus kepala Helia penuh sayang "Lo masih harus di kurung"

"Sampai kapan? Ini udah lama bangett, lama-lama aku bisa gilaaaaa" Helia menepukkan tangannya ke kursi roda, menatap Saegar dengan wajah memerah kesal.

Bukannya marah, Saegar malah tertawa geli, dia mencubit pipi Helia gemas "gak papa gila, gue tetap cinta"

"Sinting!!" Helia berteriak, lalu kemudian dia mendongak, menatap Saegar sambil memegang ujung baju cowok itu "mau keluar kak, bosan di rumah"

Saegar menghela nafas panjang, tidak peduli pada rengekan Helia "mau menu makan apa sayang?"

Helia mendengus, tapi kemudian menyahut "mau steak"

Lalu kemudian Saegar kembali menggendong Helia menuju ranjang, mengecup kening Helia sayang, "kita bakal makan di luar sekalian dinner, dengan syarat, jangan coba kabur dan harus nurut sama gue, ngerti?"

Kepala Helia mengangguk dua kali dengan antusias.

Saegar kembali menjelaskan beberapa kata, dia jadi bawel hanya karena mengajak Helia keluar, Helia terlalu malas mendengarkan jadi dia hanya menatap wajah Saegar yang memang tampan, lumayan cuci muka sebelum kabur nanti.

"Paham kan sayang?" Ujar Saegar mengakhiri omongannya,

Helia tidak paham karena tidak mendengarkan, jadi dia mengangguk dua kali sambil nyengir.

"Jawab sayang, pake mulut lo"

"Iya kak Saegar, paham" balas Helia langsung, takut kalau Saegar berubah pikiran untuk mengajaknya keluar.

"Kalo paham coba ulang apa yang tadi gue jelasin?"

Aduh, Helia berpikir keras, dia meringis saat Saegar berkacak pinggang sambil geleng-geleng kepala melihat tingkahnya.

"Kenapa sayang? Gak paham?" Ujar Saegar menyeringai, lalu kemudian mendengus sambil mengalihkan pandangan "gak usah pasang muka gemesin gitu bisa? Tahu banget kelemahan gue"

kemudian dia menunduk, mengecup pipi Helia sekali lagi, sambil menjelaskan "gue bilang lo gak usah cantik-cantik malam ini, jangan lirik siapapun selain gue, dan harus selalu pegang tangan gue, paham?"

"Siap paham kak Saegar" Helia berkata sambil hormat, menatap Saegar manis sambil menunjukkan senyumnya.

Melihatnya Saegar berdecak, "ah sial lo lucu banget, apa gak jadi aja ya? Gue gak suka orang lain ngelihat lo"

TeaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang