Teater 36

39.5K 4.9K 365
                                    

Helia Seliadra bukanlah gadis sempurna seperti yang sering dibicarakan penggemarnya, dia mungkin terlihat baik dan ramah terhadap orang di depan kamera, namun selebihnya Helia menjalani hidup sebagai mana manusia lainnya.

Dia kadang baik namun bukan berarti tidak pernah jahat, begitulah kehidupan yang Helia jalani.

Sejak masih kecil Helia tidak pernah meyakini tentang cinta, orang tuanya membuangnya ke sebuah panti asuhan kecil yang terletak di pinggir kota, mereka kadang berebut sepotong roti hanya untuk makan, Helia selalu memasang wajah ramah apabila ada donatur yang ingin memberikan mereka sumbangan uang, itu adalah sebuah ketetapan.

Di depan orang kaya Helia harus bersikap merendahkan diri, kadangkala saat Helia menyalami orang-orang tersebut mereka memasang raut wajah jijik terhadap seluruh anak panti.

Helia sadar kebaikan mereka kebanyakan pencitraan, jangankan mereka ibu panti pun kadang hanya memutar bola mata melihat anak panti yang tidak terurus.

Menginjak waktu SMP kadangkala Helia melihat beberapa anak membicarakannya yang berasal dari panti asuhan, memang apa salahnya berasal dari panti? Hal itulah yang membuat Helia kesal, dia sering datang pagi hanya untuk memastikan kalau teman-temannya tidak membicarakan dirinya, Helia terlalu takut mendengar gosip tentang dirinya di sekolah, sampai sekarang pun Helia tidak pernah menyukai sekolah walaupun begitu Helia tahu pendidikan itu penting, makanya walaupun malas-malasan Helia tetap rajin ke sekolah dan tidak pernah terlambat, dia selalu datang di waktu pagi, kebiasaan.

Sampai usianya mencapai 17 tahun, Helia boleh keluar dari panti tersebut, dia mencari pekerjaan dari yang kasar sampai menjadi pelayan cafe.

Waktu SMA Helia beberapa kali mendapat pernyataan suka dari laki-laki namun setelah mengetahui asal-usulnya cowok-cowok itu perlahan menghilang, lantas besoknya menggandeng cewek lain.

Helia tidak sakit hati, dia tahu hidupnya tidak semudah orang-orang yang terlahir dengan sendok emas, Helia harus membuat sendok emasnya sendiri.

Kadang kala beberapa cowok merendahkan Helia yang bekerja serabutan, menghinanya yang dari panti asuhan, tapi Helia tidak marah sedikitpun, dia hanya tersenyum menanggapi pandangan meremehkan itu.

Helia menunggu kesempatannya sendiri, tidak mudah ikut casting dari banyaknya orang-orang hebat di luar sana, apalagi kadang kala melewati orang berduit, Helia jelas kalah telak, tapi Helia tidak pernah menyerah, dia berusaha sendiri, menggunakan kemampuan dengan tekat yang tinggi, Helia tidak pernah meminta tolong kepada orang lain, kenapa? Jawabannya simpel karena tidak ada orang lain di hidup Helia, dia sebatang kara sejak awal.

Dan puncaknya Helia berhasil, dia menjadi salah satu artis yang namanya di kenal seluruh negeri, Helia berhasil mengalahkan orang-orang yan dahulu menghinanya lewat karirnya yang cemerlang.

Sekarang dia menjadi Helia Shavonne, sang figuran yang hidupnya berakhir di tangan Agaris, bukan tanpa sebab Helia memilih Agaris di antara Hades dan Lioner. Jawabannya justru mudah karena Agaris lah yang membunuh Helia di dalam novel tersebut.

Helia berpikir dia harus dekat dengan malaikat mautnya sendiri agar tahu taktik apa yang harus dia gunakan, Helia tidak ingin mengandalkan orang lain karena dia terbiasa bekerja sendiri.

Saat di usir dari kontrakan, saat di bully bahkan saat Helia terkunci di perpustakaan dan jatuh, Helia tidak terbiasa meminta tolong, dia juga tidak biasa menerima bantuan orang lain, Helia memaksa dirinya sendiri berani walau kadangkala dia ketakutan setengah mati.

Kalau bukan dirinya sendiri, siapa lagi? Helia tidak pernah mempunyai pegangan.
_________________________

Hades memeluk Helia erat "sekarang lo punya gue, kalau gue gak bisa jadi pacar lo gue bisa jadi kakak yang baik"

TeaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang